Obituari Anton Medan: Preman Insyaf, Murid Zainuddin MZ hingga Tuduhan Mei 1998

Senin, 15 Maret 2021 - 20:22 WIB
loading...
Obituari Anton Medan: Preman Insyaf, Murid Zainuddin MZ hingga Tuduhan Mei 1998
Anton Medan atau Tan Hok Liang. Foto: Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Tan Hok Liang atau dikenal Anton Medan (63) telah berpulang. Pria yang juga memiliki nama lain yakni Muhammad Ramdhan Efendi meninggal dunia di rumahnya Kampung Bulak Rata, Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (15/3/2021).

Perjalanan pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara ini penuh lika liku. Anton kecil menjadi anak jalanan dengan bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi. Pada suatu hari Anton Medan berselisih dengan salah satu sopir bus. Karena terpancing emosi, dia memukul sopir itu dengan balok. Kejadian tersebut untuk pertama kalinya menyeret Anton berurusan dengan pihak kepolisian.
Baca juga: Besok, Anton Medan Dimakamkan di Ponpes At-Taibin Cibinong Bogor

Setelah kejadian itu, dia kembali ke Kota Medan. Peristiwa serupa terjadi lagi. Setelah dipukuli beberapa sopir bus, Anton Medan membalas dengan sabetan parang yang membuat salah satu sopir tewas. Anton pun mendekam di penjara selama empat tahun.

Singkat cerita, Anton Medan merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Awalnya dia ke ibu kota dengan tujuan mencari alamat pamannya di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Tapi, bukannya disambut pamannya itu malah mengusir Anton.

Kekecewaan mendalam dan merasa sebatang kara membuat Anton Medan geram. Dia merasa masa depannya telah usai. Perjalanannya menjadi penjahat kelas teri pun dimulai.

Awal mula kriminalitas yang dilakukan Anton adalah menjadi seorang penjambret. Merasa tak cukup, dia lambat laun berubah menjadi seorang perampok. Semua itu dilakukan Anton Medan lantaran keadaan dan situasi yang mendorongnya menjalani aktivitas sebagai penjahat.

Anton Medan pun mulai mengepakkan sayapnya ke dunia perdagangan obat-obatan terlarang. Dari modal itu, dia akhirnya menjadi bandar judi.

Dengan segala kejahatan yang diperbuat akhirnya orang-orang menjulukinya Anton Medan, sang penjahat kelas kakap yang keluar masuk penjara.

Tapi, semua itu tinggal cerita dan kenangan. Kejamnya hidup membuat dia tersadar. Proses pencarian Tuhan pun menjadikannya pribadi yang agamais.
Baca juga: Anton Medan Meninggal, Warganet Ucapkan Belasungkawa

Anton menjadi mualaf sejak tahun 1992. Dia banyak belajar ilmu agama Islam dari banyak organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di Indonesia. "Saya mempelajari Islam dari banyak guru, mulai dari guru NU, Persis dan Muhammadiyah. Akhirnya, hati saya pun menjadi tenang," ujar Anton di sebuah kegiatan tausiah pada 2013.

Murid Dai Sejuta Umat KH Zainuddin MZ itu akhirnya menemukan ketenangan dalam Islam. "Saya mempelajari Islam dari balik tembok-tembok penjara," ucapnya.

Dia pun pernah menjadi Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) pada 2012 dan mendirikan Masjid Jami Tan Hok Liang di Pondok Pesantren At-Taibin, Pondok Rajeg, Cibinong.

Tuduhan Mei 1998
Saat terjadi kerusuhan di Jakarta, Mei 1998, Anton Medan dituduh terlibat. Kerusuhan yang awalnya merupakan demonstrasi mahasiswa untuk memprotes Presiden Soeharto berubah menjadi demonstrasi anti Tionghoa di Jakarta.

Meski Anton memiliki keturunan Tionghoa, dia memberanikan turun ke jalan untuk membuktikan bahwa dirinya setia kepada rakyat, tapi yang terjadi Anton Medan malah menjadi sasaran.

Dalam penyidikan kasus kerusuhan 1998, Anton Medan membantah tuduhan terlibat aktif di balik layar meski mengaku berada di tengah-tengah massa. Dia pun menolak bersaksi kecuali Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merehabilitasi namanya terlebih dahulu.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1326 seconds (0.1#10.140)