Pembelajaran Tatap Muka Ditangguhkan, Ini Tanggapan Anggota DPRD dan Orangtua Siswa di Bogor
loading...
A
A
A
BOGOR - Rencana pembelajaran tatap muka (PTM) yang sedianya dilaksanakan 11 Januari 2021 ditangguhkan oleh Pemerintah Kota Bogor . Keputusan tersebut mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan.
Mulai dari anggota DPRD Kota Bogor sampai orang tua siswa ikut bersuara atas keputusan itu. Menurut Anggota Fraksi Partai Demokrat Mulyadi, keputusan tersebut tepat, tapi perlu juga dicoba pembelajaran tatap muka ini.
"Sebab kita menyadari, selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), sudah banyak yang dirugikan. Dalam hal ini orang tua siswa yang merasa tertekan, karena kebutuhan pulsa hingga efektivitas kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif," ungkapnya.
Mulyadi pun menanyakan, kenapa pembelajaran perlu dicoba dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. "Saya secara pribadi sebagai orang tua siswa setuju pembelajaran tatap muka di tengah pandemi COVID-19 ini dilaksanakan. Hanya saja jam belajar dan jumlah siswa di ruang kelas dibatasi hingga 50%," katanya.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti tentang fasilitas WiFi gratis yang dipasang di setiap RW selama pembelajaran jarak jauh. Menurutnya, hal tersebut sangat kontraproduktif atau paradoks dengan semangat penerapan protokol kesehatan agar menjaga jarak.
"Buktinya mereka yang belajar jarak jauh tetap berkerumun dalam menggunakan fasilitas wifi gratis. Kalau seperti ini sama saja bohong, maka dari itu sebaiknya pembelajaran tatap muka saja, soalnya Pembelajaran jarak jauh sudah sangat tidak efektif dan merugikan," ungkapnya.
Sementara itu, Rosdiana (30) orang tua siswa asal Bogor Timur, Kota Bogor mengaku setuju pembelajaran tatap muka segera dilaksanakan. Apalagi selama lebih dari 8 bulan anaknya hampir tidak serius mengikuti pembelajaran online. (Baca juga; Ketua DPRD DKI Sengaja Beberkan Data 6 Anggotanya yang Positif Covid-19, Ini Alasannya )
"Kemudian hasil evaluasi atau ujiannya jadi jeblok. yang biasanya rangking sekarang tidak lagi rangking. Kalau seperti ini siapa yang harus disalahkan. Untuk itu saya setuju pembelajaran tatap muka segera diterapkan," ungkap warga Bantarkemang, Bogor Timur, Kota Bogor itu.
Lain halnya dengan Intan (31), orangtua siswa asal Ciapus, Tamansari, Kabupaten Bogor. Dia mengaku tidak setuju dengan rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan bulan ini.
"Intinya saya masih trauma dan takut anak saya tertular virus corona. Saya nggak mau mengambil risiko hanya demi pendidikan tapi keselamatan anak saya terancam," ungkapnya. (Baca juga; Masih Sekolah Online, Warganet: Kalau Sampai 13 Maret, Ulang Tahun Dah Anak-anak Belajar dari Rumah )
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin mengaku berdasarkan hasil polling orang tua siswa, hampir sebagian besar orang tua siswa tidak setuju pembelajaran tatap muka yang dijadwalkan dilaksanakan 11 Januari 2020.
Alasannya, cukup beragam, tapi sebagian besar para orang tua siswa khawatir dengan keselamatan anak-anaknya. Sebab jika melihat situasi penularan COVID-19 saat ini kondisinya cukup mengkhawatirkan terus mengalami peningkatan.
"Iya banyak orang tua siswa yang tidak mengizinkan anaknya untuk ikut pembelajaran tatap muka. Sedangkan yang setuju tidak terlalu banyak (sedikit). Jadi, kecenderungannya kebijakan pembelajaran tatap muka ditunda," ungkapnya.
Pihaknya mengaku belum bisa memastikan sampai kapan rencana pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan. Sebab, pihaknya dalam mempersiapkan pembelajaran tatap muka hanya berpedoman kepada kondisi terkini grafik kasus COVID-19 di Kota Bogor.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 Kota Bogor, jumlah warga Kota Hujan yang tertular berada di angka 5.698 orang per 4 Januari 2021.
Mulai dari anggota DPRD Kota Bogor sampai orang tua siswa ikut bersuara atas keputusan itu. Menurut Anggota Fraksi Partai Demokrat Mulyadi, keputusan tersebut tepat, tapi perlu juga dicoba pembelajaran tatap muka ini.
"Sebab kita menyadari, selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), sudah banyak yang dirugikan. Dalam hal ini orang tua siswa yang merasa tertekan, karena kebutuhan pulsa hingga efektivitas kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif," ungkapnya.
Mulyadi pun menanyakan, kenapa pembelajaran perlu dicoba dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. "Saya secara pribadi sebagai orang tua siswa setuju pembelajaran tatap muka di tengah pandemi COVID-19 ini dilaksanakan. Hanya saja jam belajar dan jumlah siswa di ruang kelas dibatasi hingga 50%," katanya.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti tentang fasilitas WiFi gratis yang dipasang di setiap RW selama pembelajaran jarak jauh. Menurutnya, hal tersebut sangat kontraproduktif atau paradoks dengan semangat penerapan protokol kesehatan agar menjaga jarak.
"Buktinya mereka yang belajar jarak jauh tetap berkerumun dalam menggunakan fasilitas wifi gratis. Kalau seperti ini sama saja bohong, maka dari itu sebaiknya pembelajaran tatap muka saja, soalnya Pembelajaran jarak jauh sudah sangat tidak efektif dan merugikan," ungkapnya.
Sementara itu, Rosdiana (30) orang tua siswa asal Bogor Timur, Kota Bogor mengaku setuju pembelajaran tatap muka segera dilaksanakan. Apalagi selama lebih dari 8 bulan anaknya hampir tidak serius mengikuti pembelajaran online. (Baca juga; Ketua DPRD DKI Sengaja Beberkan Data 6 Anggotanya yang Positif Covid-19, Ini Alasannya )
"Kemudian hasil evaluasi atau ujiannya jadi jeblok. yang biasanya rangking sekarang tidak lagi rangking. Kalau seperti ini siapa yang harus disalahkan. Untuk itu saya setuju pembelajaran tatap muka segera diterapkan," ungkap warga Bantarkemang, Bogor Timur, Kota Bogor itu.
Lain halnya dengan Intan (31), orangtua siswa asal Ciapus, Tamansari, Kabupaten Bogor. Dia mengaku tidak setuju dengan rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan bulan ini.
"Intinya saya masih trauma dan takut anak saya tertular virus corona. Saya nggak mau mengambil risiko hanya demi pendidikan tapi keselamatan anak saya terancam," ungkapnya. (Baca juga; Masih Sekolah Online, Warganet: Kalau Sampai 13 Maret, Ulang Tahun Dah Anak-anak Belajar dari Rumah )
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Fahrudin mengaku berdasarkan hasil polling orang tua siswa, hampir sebagian besar orang tua siswa tidak setuju pembelajaran tatap muka yang dijadwalkan dilaksanakan 11 Januari 2020.
Alasannya, cukup beragam, tapi sebagian besar para orang tua siswa khawatir dengan keselamatan anak-anaknya. Sebab jika melihat situasi penularan COVID-19 saat ini kondisinya cukup mengkhawatirkan terus mengalami peningkatan.
"Iya banyak orang tua siswa yang tidak mengizinkan anaknya untuk ikut pembelajaran tatap muka. Sedangkan yang setuju tidak terlalu banyak (sedikit). Jadi, kecenderungannya kebijakan pembelajaran tatap muka ditunda," ungkapnya.
Pihaknya mengaku belum bisa memastikan sampai kapan rencana pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan. Sebab, pihaknya dalam mempersiapkan pembelajaran tatap muka hanya berpedoman kepada kondisi terkini grafik kasus COVID-19 di Kota Bogor.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 Kota Bogor, jumlah warga Kota Hujan yang tertular berada di angka 5.698 orang per 4 Januari 2021.
(wib)