Selamat Jalan Mas Edi...Kebaikanmu Akan Selalu Kami Kenang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Innalillahi Waiinnailaihi Rojiun, keluarga besar SINDO MEDIA kembali berduka. Koordinator Layout KORAN SINDO, Edi Kusnadi, meninggal dunia di Jalan Sam Ratulangi, Jakarta, saat dalam perjalanan pulang dari tugas kantor, Minggu (4/10/2020) malam.
Informasi dari istri almarhum, berdasarkan keterangan pedagang kopi yang pertama kali menolong di lokasi, almarhum sempat berhenti dari motor dan berdiri di tepi jalan, sebelum terjatuh. Menurut istri almarhum, kebiasaan mengatur napas seperti itu sering dilakukan suaminya ketika merasa agak sesak karema asam lambungnya naik.
Kabar meninggalnya Edi Kusnadi tentu membuat banyak rekan kerjanya kaget. "Makin deres ujannya. Nanti ajalah pulang, nunggu agak reda," ujar almarhum Edy Kusnedi, kepada rekan kerjanya, Hendri Irawan, yang mengenang pertemuan terakhir dengan almarhum, Minggu malam.
"Melihat Pak Edi tak jadi pulang, saya yang tadinya juga berniat sama terpaksa menunda. Malam itu, jarum jam dinding di kantor menunjukkan pukul 10 lewat 35 menit. Padahal, tadi rencananya mau pulang jam 10. Karena tak jadi pulang, Pak Edy lantas menaruh kembali jas hujan di atas meja kerjanya. Saya yang baru selesai salat Isya, sempat sekilas melirik jas hujan warna biru itu," sambung Hendri.
"Makanya seperti tak percaya, pagi ini melihat pesan di WAG kantor, foto Pak Edy sudah terbujur kaku mengenakan jas hujan biru itu," tutup Hendri.
Wakil Redaktur Pelaksana KORQN SINDO, Yanto Kusdiantono, mengatakan, tidak ada tanda-tanda akan kepergian almarhum. "Mas Edy aman? begitu seru saya hampir setiap malam setelah jam deadline koran selesai. Kata-kata itu juga saya ucapkan tadi malam sekitar jam 10.16 Waiab saat saya hendak pulang kerja. Seperti biasa, Edy menjawab, 'Aman'," sebut Yanto.
Menurut Yanto, almarhum Edy memang bertugas sebagai penjaga gawang terakhir di KORAN SINDO sebelum naskah dikirim ke percetakan. Dia akan mengecek ulang PDF koran mulai judul naskah, grafis, caption foto, dan memastikan iklan terpasang sesuai partitur yang dipesan.
"Teliti sekali. Tak jarang jika ada yg salah atau kurang pas, Mas Edy nyamperin ke meja saya," ucap Yanto.
"Tak disangka, interaksi saya dengan Mas Edy tadi malam rupanya adalah yang terakhir. Mas Edy kini telah berpulang selamanya saat di perjalanan ke rumah. Innalilahi wainna ilaihi rojiuun. Semoga Mas Edy husnul khotimah," pungkas Yanto.
Di mata sahabat dan rekan kerja, almarhum dikenal orang yang baik, sabar, dan ramah.
"Aman Mas Edi? Kalimat ini nyaris sama diucapkan semua temen-teman redaktur di Gedung SINDO yang pernah berpartner dengan almarhum Edi. Begitu pun saya yang pernah mengalami kerja sama dengan orang baik ini," kata Yogi Pasha, mantan asisten redaktur KORAN SINDO yang kini bekerja di salah satu media online di Jakarta.
"Selamat Jalan Mas Edi. Banyak yang bersaksi Mas Edi orang baik. Termasuk saya," tutup Yogi.
Lihat Juga: Saksikan Live Streaming Debat Kedua Pilkada Jakarta 27 Oktober di SINDOnews Pukul 18.00 WIB
Informasi dari istri almarhum, berdasarkan keterangan pedagang kopi yang pertama kali menolong di lokasi, almarhum sempat berhenti dari motor dan berdiri di tepi jalan, sebelum terjatuh. Menurut istri almarhum, kebiasaan mengatur napas seperti itu sering dilakukan suaminya ketika merasa agak sesak karema asam lambungnya naik.
Kabar meninggalnya Edi Kusnadi tentu membuat banyak rekan kerjanya kaget. "Makin deres ujannya. Nanti ajalah pulang, nunggu agak reda," ujar almarhum Edy Kusnedi, kepada rekan kerjanya, Hendri Irawan, yang mengenang pertemuan terakhir dengan almarhum, Minggu malam.
"Melihat Pak Edi tak jadi pulang, saya yang tadinya juga berniat sama terpaksa menunda. Malam itu, jarum jam dinding di kantor menunjukkan pukul 10 lewat 35 menit. Padahal, tadi rencananya mau pulang jam 10. Karena tak jadi pulang, Pak Edy lantas menaruh kembali jas hujan di atas meja kerjanya. Saya yang baru selesai salat Isya, sempat sekilas melirik jas hujan warna biru itu," sambung Hendri.
"Makanya seperti tak percaya, pagi ini melihat pesan di WAG kantor, foto Pak Edy sudah terbujur kaku mengenakan jas hujan biru itu," tutup Hendri.
Wakil Redaktur Pelaksana KORQN SINDO, Yanto Kusdiantono, mengatakan, tidak ada tanda-tanda akan kepergian almarhum. "Mas Edy aman? begitu seru saya hampir setiap malam setelah jam deadline koran selesai. Kata-kata itu juga saya ucapkan tadi malam sekitar jam 10.16 Waiab saat saya hendak pulang kerja. Seperti biasa, Edy menjawab, 'Aman'," sebut Yanto.
Menurut Yanto, almarhum Edy memang bertugas sebagai penjaga gawang terakhir di KORAN SINDO sebelum naskah dikirim ke percetakan. Dia akan mengecek ulang PDF koran mulai judul naskah, grafis, caption foto, dan memastikan iklan terpasang sesuai partitur yang dipesan.
"Teliti sekali. Tak jarang jika ada yg salah atau kurang pas, Mas Edy nyamperin ke meja saya," ucap Yanto.
"Tak disangka, interaksi saya dengan Mas Edy tadi malam rupanya adalah yang terakhir. Mas Edy kini telah berpulang selamanya saat di perjalanan ke rumah. Innalilahi wainna ilaihi rojiuun. Semoga Mas Edy husnul khotimah," pungkas Yanto.
Di mata sahabat dan rekan kerja, almarhum dikenal orang yang baik, sabar, dan ramah.
"Aman Mas Edi? Kalimat ini nyaris sama diucapkan semua temen-teman redaktur di Gedung SINDO yang pernah berpartner dengan almarhum Edi. Begitu pun saya yang pernah mengalami kerja sama dengan orang baik ini," kata Yogi Pasha, mantan asisten redaktur KORAN SINDO yang kini bekerja di salah satu media online di Jakarta.
"Selamat Jalan Mas Edi. Banyak yang bersaksi Mas Edi orang baik. Termasuk saya," tutup Yogi.
Lihat Juga: Saksikan Live Streaming Debat Kedua Pilkada Jakarta 27 Oktober di SINDOnews Pukul 18.00 WIB
(thm)