Anggota DPRD DKI Jakarta Kenneth Nilai Perpanjangan PSBB Total Tidak Efektif

Sabtu, 26 September 2020 - 13:56 WIB
loading...
Anggota DPRD DKI Jakarta Kenneth Nilai Perpanjangan PSBB Total Tidak Efektif
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth, menilai perpanjangan PSBB Total sangat tidak efektif dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Jakarta. Foto: SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth, menilai perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Total, sangat tidak efektif dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Jakarta, melainkan akan memperburuk keadaan.

Pasalnya, sambung pria yang kerap disapa Kent, lonjakan kasus Covid-19 masih terus terjadi, meskipun Pemprov DKI telah menerapkan PSBB Total. Saat ini kasus positif Covid-19 di Jakarta masih berada di angka 1.000 per hari.

"Kasus positif Covid-19 di Jakarta terus melonjak, walaupun sudah dilakukan penerapan PSBB Total selama dua pekan kemarin. Saat ini secara total di Jakarta positif Covid-19 mencapai 68.927 kasus," kata Kent dalam keterangannya, Sabtu (26/9/2020). (Baca juga: 2 Pekan PSBB Ketat, Kasus Harian Positif Covid-19 di Jakarta Masih di Atas 1.000)

Melonjaknya kasus positif Covid-19 di Jakarta selama PSBB Total, kata Kent, tidak terbukti menekan angka penyebaran virus tersebut, melainkan menambah angka pasien yang terpapar Covid-19. "Artinya menang tidak efektif Pemprov DKI memperpanjang PSBB Total, Yang ada akan memperburuk perekonomian DKI Jakarta dan akan bisa memicu angka PHK besar- besaran," tegasnya.

Menurut Kent, terjadinya hal tersebut karena kurangnya sosialisasi dari Pemprov DKI Jakarta. Salah satu contoh konkrit adalah dengan mengganti layanan iklan komersial di transportasi umum dengan menampilkan imbauan protokol kesehatan, untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan memakai masker, dan lain sebagainya kepada masyarakat Jakarta yang mayoritas masih menggunakan transportasi umum, seperti kereta api, angkutan kota (angkot), bus TransJakarta, dan MRT. Selain itu juga bisa melakukan sosialisasi secara massif ke seluruh kampung-kampung.

"Layanan iklan tentang imbauan disiplin protokol kesehatan untuk memutus mata rantai Covid-19 harus diperbanyak, karena transportasi umum bisa dibilang adalah sebuah wadah yang paling dekat dengan masyarakat luas. Saya yakin pengguna transportasi umum akan berubah mindset-nya, begitu juga secara psikologi akan menjadi doktrin tersendiri supaya output-nya bisa disiplin dalam menjalani protokol kesehatan dalam memutus mata rantai Covid-19. Sosialisasi harus terus digalakkan," tutur Kent.

Hingga saat ini, Kent juga menilai Pemprov DKI tidak ada ketegasan terhadap para pelanggar protokol kesehatan Covid-19, dimana saat ini masih banyak warga yang mengabaikannya. (Baca juga: PSBB Ketat, Satpol DKI Tindak 15.389 Pelanggar Protokol Kesehatan)

"Jika perlu sanksi yang diberikan kepada pelanggar kesehatan berupa kurungan badan agar mereka jera. Saya yakin hal itu akan ampuh dan efektif jika dilakukan untuk membuat angka penyebaran virus corona menurun. Tapi sebelum di laksanakan wajib melakukan sosialisasi dahulu kepada warga agar tidak ada resistensi di kemudian hari, dan jika perlu bisa di lakukan jam malam," sambungnya.

Kent menilai penerapan PSBB tidak tepat sasaran seperti razia masker di dalam mobil pribadi pada saat menyetir sendiri. Hal itui sangat tidak efektif dan tidak tepat, karena kondisi di dalam mobil bisa di bilang lebih aman.

"Razia masker saat di dalam mobil pribadi pada saat menyetir sendiri sangat tidak tepat. Kalau tidak pakai masker di mobil pribadi terus di razia, apa dasarnya? bisa tertular dari mana dan menularkan ke siapa? karena Covid-19 ini menular sudah pasti lewat droplet dari lawan bicara kita. Jadi kalau menyetir mobil sendirian tidak pakai masker bisa tertular dari mana dan bisa menularkan ke siapa? Jelas di dalam mobil pasti lebih aman, daripada di luar, aturan ngawur seperti ini wajib untuk dievaluasi," tuturnya.

Kent juga meminta kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan lebih fokus untuk mengetatkan razia di pasar tradisional dibandingkan melakukan razia masker kepada pengguna kendaraan pribadi. Pasalnya, saat ini berdasarkan data dari Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), ada 336 pedagang yang berjualan di 52 pasar DKI Jakarta terkonfirmasi positif Covid-19, sejak Maret hingga 22 September 2020 lalu.

"Saat ini pasar-pasar tradional kurang jadi fokus penertiban protokol kesehatan, banyak pedagang dan pembeli yang saya lihat masih tidak memakai masker dan cuek. Intinya mereka masih tidak percaya bahwa Covid-19 itu ada, dan ini sangat berbahaya sekali. Jadi seharusnya Pak Anies harus lebih intens di pasar pasar tradisional serta bisa melakukan sosialisasi tentang bahaya penularan Covid-19 dan membuat protokol kesehatan ketat di pasar-pasar tradisional supaya para pedagang dan pembeli paham serta bisa kooperatif disiplin dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19," tegas Kent.

Kent pun merasa aneh, jika mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyampaikan alasan bahwa kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 dikarenakan semakin banyak warga yang dilakukan rapid test maupun swab test, sehingga sangat wajar jika angkanya naik.

"Saya merasa aneh dengan statement Pak Anies ini, memang benar kalau dilakukan tes secara massif, pasti kurva pasien positif Covid-19 itu akan naik. Permasalahannya apa solusinya? Saya yakin sekali kalau langkah sosialisasi dan sanksi tegas yang saya sarankan di jalankan dengan fokus dan serius, pasti akan bisa menurunkan kurva positif Covid-19. Pak Anies harus fokus betul dan berani melakukan terobosan yang out of the box supaya bisa mendapatkan hasil baik dan maksimal," ketus Kent.

Kent mengimbau kepada warga Jakarta khususnya, jika hendak berpergian agar benar-benar mengindahkan protokol kesehatan Covid-19, seperti jaga jarak, memakai masker, dan menyiapkan hand sanitizer.

"Saya mengimbau tak henti-hentinya kepada warga DKI Jakarta, wajib menaati protokol kesehatan Covid-19 dengan disiplin dimanapun berada. Penyebaran virus akan terhenti jika dari diri kita yang benar-benar disiplin terhadap diri sendiri. Jangan bosan dan malas dalam melakukan standart protokol kesehatan. Pakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun atau membawa hand sanitizer. Kita wajib bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri, dan orang lain," pungkasnya.

Perlu diketahui sebelumnya, berdasarkan data Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta, Jumat (25/9/2020). Dilakukan tes PCR sebanyak 10.834 spesimen. Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 8.144 orang dites PCR untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 894 positif dan 7.250 negatif.

Namun, total penambahan kasus positif sebanyak 1.289 kasus, lantaran terdapat akumulasi data sebanyak 395 kasus dari 14 hari sebelumnya, dari 1 laboratorium yang baru dilaporkan. Untuk rate tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 82.926. Jumlah orang yang dites PCR sepekan terakhir sebanyak 69.543.

Sedangkan jumlah kasus aktif di Jakarta sampai saat ini sebanyak 12.898 (orang yang masih dirawat/isolasi). Di sisi lain, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 68.927 kasus.

Dari jumlah total kasus tersebut, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 54.352 dengan tingkat kesembuhan 78,9%, dan total 1.677 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 2,4%, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 3,8%.

Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 10,9%, sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 7,8%. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1111 seconds (0.1#10.140)