Begini Rahasia Jakarta Tangani Pandemi Covid-19, Anies: Enggak Pakai Kosmetik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah berupaya membangun sistem managemen yang baik dalam menanggulangi Covid-19 . Anies menyebut penanganan Corona harus menggunakan sistem, bukan pakai kosmetik.
“Hikmahnya besar sekali. Begitu sistem ini dibuat enggak bisa terlihat, kalau difoto sistem enggak bisa difoto, enggak bisa dicitrakan, wong sistem kok. Maka itu, saya sering bilang, menangani Covid-19 itu jangan kosmetik, jangan pakai touch up. Tangani pandemi itu pakai kerja otentik, kelihatan di grafik, virusnya difoto enggak bisa pakai atraksi. Jadi bangun sistem, bangun data yang benar, nanti terlihat penanganannya benar atau tidak,” ujarnya.
Anies menyebut sebanyak 332 puskesmas di Jakarta saling berkoordinasi untuk membagikan kebutuhan dan mengetahui situasi di lapangan.
“Ketika sistem dibangun untuk rapid test, APD, distribusi penanganan Covid sehingga 332 Puskesmas di Jakarta terkoordinasi untuk membagikan kebutuhan dan situasi di lapangan,” bebernya.
Anies mengungkapkan bahwa Pemprov DKI telah menyiapkan sistem penanganan Corona sejak awal pandemi. “Begitu dideklarasikan pandemi ini panjang, maka kita harus buat sistem yang rapih, managemen yang benar untuk penanganan, karena ini bukan sesuatu yang selesai minggu depan, bulan depan,” tegas Anies.
“Di Jakarta ini program vaksinasi itu ada angkanya, nanti saya laporkan, tapi organisasinya berdiri sejak tahun lalu. Ketika pandemi datang kami memseriusi membangun sistem, karena akan ada durasi yang panjang, begitu pada Maret wabah ini ditetapkan pandemi,” sambungnya.
Anies juga menuturkan bahwa Pemprov DKI saat ini terus menggenjot kecepatan vaksinasi Corona. Vaksinasi dikejar hingga tingkat rukun tetangga (RT).
“Jadi kami beroperasi dengan 60.000 vaksin per hari, lalu digenjot jadi 100.000, lalu dinaikan 200.000 vaksinasi. Gimana caranya 1 kelurahan harus vaksin 1.000 orang, RW harus 100 orang, 1 RT 10 harus orang. Tercapailah angka 200.000 lebih per hari," tukasnya.
“Hikmahnya besar sekali. Begitu sistem ini dibuat enggak bisa terlihat, kalau difoto sistem enggak bisa difoto, enggak bisa dicitrakan, wong sistem kok. Maka itu, saya sering bilang, menangani Covid-19 itu jangan kosmetik, jangan pakai touch up. Tangani pandemi itu pakai kerja otentik, kelihatan di grafik, virusnya difoto enggak bisa pakai atraksi. Jadi bangun sistem, bangun data yang benar, nanti terlihat penanganannya benar atau tidak,” ujarnya.
Anies menyebut sebanyak 332 puskesmas di Jakarta saling berkoordinasi untuk membagikan kebutuhan dan mengetahui situasi di lapangan.
“Ketika sistem dibangun untuk rapid test, APD, distribusi penanganan Covid sehingga 332 Puskesmas di Jakarta terkoordinasi untuk membagikan kebutuhan dan situasi di lapangan,” bebernya.
Anies mengungkapkan bahwa Pemprov DKI telah menyiapkan sistem penanganan Corona sejak awal pandemi. “Begitu dideklarasikan pandemi ini panjang, maka kita harus buat sistem yang rapih, managemen yang benar untuk penanganan, karena ini bukan sesuatu yang selesai minggu depan, bulan depan,” tegas Anies.
“Di Jakarta ini program vaksinasi itu ada angkanya, nanti saya laporkan, tapi organisasinya berdiri sejak tahun lalu. Ketika pandemi datang kami memseriusi membangun sistem, karena akan ada durasi yang panjang, begitu pada Maret wabah ini ditetapkan pandemi,” sambungnya.
Anies juga menuturkan bahwa Pemprov DKI saat ini terus menggenjot kecepatan vaksinasi Corona. Vaksinasi dikejar hingga tingkat rukun tetangga (RT).
“Jadi kami beroperasi dengan 60.000 vaksin per hari, lalu digenjot jadi 100.000, lalu dinaikan 200.000 vaksinasi. Gimana caranya 1 kelurahan harus vaksin 1.000 orang, RW harus 100 orang, 1 RT 10 harus orang. Tercapailah angka 200.000 lebih per hari," tukasnya.
(thm)