Dari Klenteng ke Weltevreden, Kisah Pasar Baru yang Legendaris
loading...
A
A
A
Sejarahwan dan Budayawan Chandrian Atthiriyat menyebut dari bentuk dan ukiran yang detail. Dirinya yakin toko dimiliki oleh saudagar kaya. Hal ini terlihat dari ukiran kayu di sisi toko yang detail hingga ke bagian atap bangunan toko. Meski begitu Chandirian belum dapat menafsirkan pasti kapan toko itu berdiri.
India dan Departement Store
Saat tahun 1960 an, Pasar Baru sendiri menjelma menjadi kawasan paling ramai. Kondisi pasar yang luas, hingga ruko yang rapih membuat masyarakat nyaman berbelanja di kawasan ini.
Terkenal menjual tekstil, beberapa ruko ruko penjahit bermunculan seiring menjamurnya mode pakaian. Los los kecil menjual benang dan kancing juga ikut merambah disekitaran pasar.
Tahun 70-an Wiyoto melihat sejumlah orang India yang dahulu sempat menghilang kembali berdatangan. Mereka kemudian membeli beberapa ruko disisi barat dekat jalan pintu kecil. Kain halus mumbai banyak dijual di jalan itu.
Chandrian sendiri menyebutkan India sendiri sempat berdatangan ke Pasar Baru sejak abad 19. Kolonial Inggris yang memiliki peran besar dalam membawa sejumlah orang India ke Indonesia.
Saat berada disana, lanjut Chandrian, mereka membuat usaha seperti berjualan kain dan menjadi penjahit. Kian laun ekspansi India bertambah. Bersama pedagang Cina mereka kemudian membentuk koloni, pedagang cina berada di sisi selatan dan pedagang India berada di barat. “Setelah sukses mereka kemudian merambah ke bisnis lain, salah satunya perfilman,” lanjut Chandirian.
Sisa penjual india mulai terlihat hingga kini di pasar baru. Bahkan Tahun 2002ada sekitar 2.000 keluarga India yang terdaftar sebagai penduduk Jakarta, dan sebagian besar di antara mereka tinggal di pusat kota, khususnya di kawasan Pasar Baru dan Pintu Air.
10 tahun setelahnya, sejumlah ritel pakaian mulai bermunculan mulai dari Matahari, Robinson, hingga Ramayana. Di tahun itu pula Pasar Baru menjelma menjadi pasar tersibuk setelah tanah abang. Setiap harinya sejumlah orang datang membeli beberapa potong pakaian untuk di jual kembali.
Lapangan Tergerus
Banyaknya pengunjung membuat Pemprov DKI terpaksa mengekspansi pasar, Wiyoto menceritakan ketika ekspansi pasar belum di lakukan aktifitas pedagang hanya berkutat di kawasan tengah, atau yang kini dipenuhi ruko ruko.
Sementara gedung bertingkat yang berada disisi utara atau berdekatan dengan jalan Samanhudi hanya lapangan luas. Saat pagi hari, sejumlah pedagang tradisional seperti sayuran berjualan disana. “Menjelang siang dan sore, pasar jadi kawasan delman,” kenang Wiyoto.
India dan Departement Store
Saat tahun 1960 an, Pasar Baru sendiri menjelma menjadi kawasan paling ramai. Kondisi pasar yang luas, hingga ruko yang rapih membuat masyarakat nyaman berbelanja di kawasan ini.
Terkenal menjual tekstil, beberapa ruko ruko penjahit bermunculan seiring menjamurnya mode pakaian. Los los kecil menjual benang dan kancing juga ikut merambah disekitaran pasar.
Tahun 70-an Wiyoto melihat sejumlah orang India yang dahulu sempat menghilang kembali berdatangan. Mereka kemudian membeli beberapa ruko disisi barat dekat jalan pintu kecil. Kain halus mumbai banyak dijual di jalan itu.
Chandrian sendiri menyebutkan India sendiri sempat berdatangan ke Pasar Baru sejak abad 19. Kolonial Inggris yang memiliki peran besar dalam membawa sejumlah orang India ke Indonesia.
Saat berada disana, lanjut Chandrian, mereka membuat usaha seperti berjualan kain dan menjadi penjahit. Kian laun ekspansi India bertambah. Bersama pedagang Cina mereka kemudian membentuk koloni, pedagang cina berada di sisi selatan dan pedagang India berada di barat. “Setelah sukses mereka kemudian merambah ke bisnis lain, salah satunya perfilman,” lanjut Chandirian.
Sisa penjual india mulai terlihat hingga kini di pasar baru. Bahkan Tahun 2002ada sekitar 2.000 keluarga India yang terdaftar sebagai penduduk Jakarta, dan sebagian besar di antara mereka tinggal di pusat kota, khususnya di kawasan Pasar Baru dan Pintu Air.
10 tahun setelahnya, sejumlah ritel pakaian mulai bermunculan mulai dari Matahari, Robinson, hingga Ramayana. Di tahun itu pula Pasar Baru menjelma menjadi pasar tersibuk setelah tanah abang. Setiap harinya sejumlah orang datang membeli beberapa potong pakaian untuk di jual kembali.
Lapangan Tergerus
Banyaknya pengunjung membuat Pemprov DKI terpaksa mengekspansi pasar, Wiyoto menceritakan ketika ekspansi pasar belum di lakukan aktifitas pedagang hanya berkutat di kawasan tengah, atau yang kini dipenuhi ruko ruko.
Sementara gedung bertingkat yang berada disisi utara atau berdekatan dengan jalan Samanhudi hanya lapangan luas. Saat pagi hari, sejumlah pedagang tradisional seperti sayuran berjualan disana. “Menjelang siang dan sore, pasar jadi kawasan delman,” kenang Wiyoto.