Hadapi Lonjakan Pasien Covid-19, Petakan Kesiapan Rumah Sakit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Grafik pasien positif Covid-19 di Tanah Air terus menanjak. Dalam enam bulan masa pandemi kasus positif harian sudah menembus angka 3.000. Salah satu imbas dari lonjakan kasus baru adalah rumah sakit mulai kewalahan melayani pasien karena kapasitas ruang perawatan yang penuh.
Kondisi rumah sakit penuh antara lain terjadi di Jakarta dan Bekasi, Jawa Barat. Informasi dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, bed occupancy rate(BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur pada rumah sakit di Jakarta sudah jauh melampaui levelaman. (Baca: 70 Rekannya Meninggal, Kini Para Perawat Khawatir Tertular Covid-19)
Angka keterisian pada unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit dilaporkan sudah mencapai 77%. Adapun angka keterisian ruang isolasi mencapai 69%. Ini jauh di atas batas ideal angka keterisian yakni 60%.
Ketersediaan ruang perawatan rumah sakit, khususnya rumah sakit umum daerah (RSUD), hingga kemarin memang terus menipis. Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui laman http://eis.dinkes.jakarta. go.id hingga pukul 20.00 WIB, dari 17 RSUD di Jakarta tersisa tiga ruang ICU di tiga RSUD.
Selain itu, ruang intensive coronary care unit(ICCU) tersisa 17. Untuk ruang isolasi tersisa 138. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut kondisi keterisian rumah sakit di atas 70% sudah tidak ideal sehingga pemerintah terus berupaya menurunkannya ke level yang aman.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut angka keterisian rumah sakit di atas 70% dilaporkan terjadi di banyak daerah. Menyikapi situasi tersebut, PB IDI menyarankan kepada pemerintah, khususnya pemerintah daerah, agar segera memetakan kondisi rumah sakit di daerah masing-masing.
“Dari pemetaan yang dilakukan akan ketahuan apakah dengan lonjakan pasien ini rumah sakit perlu menyiapkan bed tambahan atau menambah ruang perawatan,” ujar Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi kemarin. (Baca juga: Hamas Sebut Kesepakatan UEA-Israel Memalukan)
Menurut Daeng, hal yang harus dihitung misalnya berapa pertambahan pasien reguler, berapa persen pasien yang butuh perawatan, berapa jumlah ranjang yang ada, berapa ranjang yang masih kosong, dan jika ada tambahan pasien apakah jumlah ranjang yang ada mencukupi atau tidak. Kalau hasil hitungan ternyata ranjang kurang, rumah sakit harus siapkan penambahan. Apabila dengan penambahan bed dan ruang perawatan namun masih saja tidak cukup, pemerintah daerah perlu segera menyiapkan rumah sakit rujukan tambahan. “Termasuk menyiapkan alat-alatnya, fasilitasnya, juga tenaga kesehatannya,” ujar Daeng.
Tak hanya Jakarta, kondisi rumah sakit penuh juga terjadi di Bekasi. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah, mengatakan, lonjakan kasus positif datang dari kluster kawasan industri selama sepekan terakhir. “Kondisi ruang isolasi sudah penuh, karena menampung kluster industri,” katanya kemarin.
Sebagai antisipasi, Kabupaten Bekasi menyiapkan dua tempat isolasi, yaitu di Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang Utara dan Wisma Mahasiswa President University yang memi liki 130 ranjang lebih untuk tempat isolasi pasien. Namun, pemerintah membantah anggapan bahwa rumah sakit di Indonesia penuh karena pasien Covid-19.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadir mengungkapkan, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit Covid-19 saat ini baru mencapai 42,3%. “Kapasitas ini untuk sementara dianggap cukup. Dengan demikian, tidak benar institusi yang mengatakan bahwa rumah sakit semuanya penuh. Itu semua adalah hoaks sebenarnya,” ujarnya pada sebuah diskusi virtual kemarin. (Baca juga: Begini Suasana Pembatasan Aktivitas Warga Depok)
Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay menjelaskan, semestinya selama 6 bulan masa pandemi alat kesehatan (alkes) yang dibutuhkan oleh rumah sakit di berbagai daerah sudah terpenuhi. Namun, dari 132 rumah sakityang disiapkan hanya sebagian saja yang alat-alat nya terpenuhi.
Akibatnya, banyak rumah sakit di daerah yang langsung merujuk ke rumah sakit lain karena tidak sanggup menangani pasien Covid-19 . “Akibatnya yang penuh itu rumah sakit pusat dan provinsi,” ujarnya kemarin.
Menurut Saleh, Rumah-rumah sakit kecil di daerah masih banyak ruang rawat inap yang masih kosong. “Bahkan, ada juga di suatu daerah yang rumah sakit umumnya kalah ramai dengan rumah sakit swasta. Padahal, statusnya rumah sakit pemerintah. Jadi ini masa lahyang kompleks,” tuturnya.
Sementara itu, penambahan kasus positif Covid-19 secara nasional kemarin ada 2.775. Berdasarkan informasi dari Satgas Penanganan Covid-19, total kasus positif menjadi 177.571, tersebar di 488 kabupaten/kota di 34 provinsi. Kemarin lagi-lagi DKI Jakarta menjadi provinsi terbanyak kasus baru, yakni 901. (Lihat videonya: Kericuhan Warnai Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kesepuhan Cirebon)
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Erizon, mengatakan, kasus baru di Ibu Kota terus naik karena Pemprov DKI belakangan ini gencar melakukan swab test. “Bisa saja kalau mau menurunkan data positif Covid-19 di Jakarta Pusat, misalnya, turunkan saja jumlah swabtest-nya,” kata Erizon kemarin. (Kiswondari/Abdullah M Surjaya)
Kondisi rumah sakit penuh antara lain terjadi di Jakarta dan Bekasi, Jawa Barat. Informasi dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, bed occupancy rate(BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur pada rumah sakit di Jakarta sudah jauh melampaui levelaman. (Baca: 70 Rekannya Meninggal, Kini Para Perawat Khawatir Tertular Covid-19)
Angka keterisian pada unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit dilaporkan sudah mencapai 77%. Adapun angka keterisian ruang isolasi mencapai 69%. Ini jauh di atas batas ideal angka keterisian yakni 60%.
Ketersediaan ruang perawatan rumah sakit, khususnya rumah sakit umum daerah (RSUD), hingga kemarin memang terus menipis. Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui laman http://eis.dinkes.jakarta. go.id hingga pukul 20.00 WIB, dari 17 RSUD di Jakarta tersisa tiga ruang ICU di tiga RSUD.
Selain itu, ruang intensive coronary care unit(ICCU) tersisa 17. Untuk ruang isolasi tersisa 138. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut kondisi keterisian rumah sakit di atas 70% sudah tidak ideal sehingga pemerintah terus berupaya menurunkannya ke level yang aman.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut angka keterisian rumah sakit di atas 70% dilaporkan terjadi di banyak daerah. Menyikapi situasi tersebut, PB IDI menyarankan kepada pemerintah, khususnya pemerintah daerah, agar segera memetakan kondisi rumah sakit di daerah masing-masing.
“Dari pemetaan yang dilakukan akan ketahuan apakah dengan lonjakan pasien ini rumah sakit perlu menyiapkan bed tambahan atau menambah ruang perawatan,” ujar Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi kemarin. (Baca juga: Hamas Sebut Kesepakatan UEA-Israel Memalukan)
Menurut Daeng, hal yang harus dihitung misalnya berapa pertambahan pasien reguler, berapa persen pasien yang butuh perawatan, berapa jumlah ranjang yang ada, berapa ranjang yang masih kosong, dan jika ada tambahan pasien apakah jumlah ranjang yang ada mencukupi atau tidak. Kalau hasil hitungan ternyata ranjang kurang, rumah sakit harus siapkan penambahan. Apabila dengan penambahan bed dan ruang perawatan namun masih saja tidak cukup, pemerintah daerah perlu segera menyiapkan rumah sakit rujukan tambahan. “Termasuk menyiapkan alat-alatnya, fasilitasnya, juga tenaga kesehatannya,” ujar Daeng.
Tak hanya Jakarta, kondisi rumah sakit penuh juga terjadi di Bekasi. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah, mengatakan, lonjakan kasus positif datang dari kluster kawasan industri selama sepekan terakhir. “Kondisi ruang isolasi sudah penuh, karena menampung kluster industri,” katanya kemarin.
Sebagai antisipasi, Kabupaten Bekasi menyiapkan dua tempat isolasi, yaitu di Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang Utara dan Wisma Mahasiswa President University yang memi liki 130 ranjang lebih untuk tempat isolasi pasien. Namun, pemerintah membantah anggapan bahwa rumah sakit di Indonesia penuh karena pasien Covid-19.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadir mengungkapkan, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit Covid-19 saat ini baru mencapai 42,3%. “Kapasitas ini untuk sementara dianggap cukup. Dengan demikian, tidak benar institusi yang mengatakan bahwa rumah sakit semuanya penuh. Itu semua adalah hoaks sebenarnya,” ujarnya pada sebuah diskusi virtual kemarin. (Baca juga: Begini Suasana Pembatasan Aktivitas Warga Depok)
Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay menjelaskan, semestinya selama 6 bulan masa pandemi alat kesehatan (alkes) yang dibutuhkan oleh rumah sakit di berbagai daerah sudah terpenuhi. Namun, dari 132 rumah sakityang disiapkan hanya sebagian saja yang alat-alat nya terpenuhi.
Akibatnya, banyak rumah sakit di daerah yang langsung merujuk ke rumah sakit lain karena tidak sanggup menangani pasien Covid-19 . “Akibatnya yang penuh itu rumah sakit pusat dan provinsi,” ujarnya kemarin.
Menurut Saleh, Rumah-rumah sakit kecil di daerah masih banyak ruang rawat inap yang masih kosong. “Bahkan, ada juga di suatu daerah yang rumah sakit umumnya kalah ramai dengan rumah sakit swasta. Padahal, statusnya rumah sakit pemerintah. Jadi ini masa lahyang kompleks,” tuturnya.
Sementara itu, penambahan kasus positif Covid-19 secara nasional kemarin ada 2.775. Berdasarkan informasi dari Satgas Penanganan Covid-19, total kasus positif menjadi 177.571, tersebar di 488 kabupaten/kota di 34 provinsi. Kemarin lagi-lagi DKI Jakarta menjadi provinsi terbanyak kasus baru, yakni 901. (Lihat videonya: Kericuhan Warnai Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kesepuhan Cirebon)
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Erizon, mengatakan, kasus baru di Ibu Kota terus naik karena Pemprov DKI belakangan ini gencar melakukan swab test. “Bisa saja kalau mau menurunkan data positif Covid-19 di Jakarta Pusat, misalnya, turunkan saja jumlah swabtest-nya,” kata Erizon kemarin. (Kiswondari/Abdullah M Surjaya)
(ysw)