Hewan Langka Ini Hasilkan Sebutir Telur dalam 2 hingga 3 Tahun

Senin, 23 September 2019 - 09:08 WIB
Hewan Langka Ini Hasilkan Sebutir Telur dalam 2 hingga 3 Tahun
Hewan Langka Ini Hasilkan Sebutir Telur dalam 2 hingga 3 Tahun
A A A
BOGOR - Salah satu spesies hewan istimewa di Indonesia adalah elang jawa (Nisaetus bartelsi). Keistimewaan hewan predator ini membuat habitatnya harus dilestarikan karena merupakan spesies hewan langka. Tak seperti hewan lain, salah satu bentuk kelangkaan elang jawa berupa lamanya masa produksinya, yakni hanya menghasilkan sebutir telur dalam waktu 2-3 tahun.

Sore itu seekor elang jawa terlihat terbang membelah angkasa di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, tepatnya di sekitar perkebunan teh di Kampung Citalahab, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Elang jawa biasa terlihat terbang di atas perkebunan teh maupun hutan-hutan sekitar yang masuk kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Kampung Citalahab merupakan kampung binaan pengelola kawasan konservasi TNGHS yang menjadi salah satu habitat elang jawa.

TNGHS membentang di Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Menurut Wardi Septiana, salah satu petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di kawasan TNGHS, sejauh ini keberadaan elang jawa memang menjadi salah satu spesies hewan endemik yang terus dijaga kelestariannya di kawasan TNGHS bersama dua jenis binatang endemik lain, yakni owa jawa (Hylobates moloch) dan macan tutul (Panthera pardus).

“Hewan yang bersifat predator biasanya memang langka, seperti elang jawa ini, maka kita lindungi dan lestarikan,” ungkap Wardi mengawali ceritanya soal keberadaan elang jawa di kawasan TNGHS. Menurut data yang dimilikinya, Wardi menyebutkan, di kawasan TNGHS secara umum terdapat lebih dari 264 spesies burung dan lebih dari 700 jenis spesies tumbuh-tumbuhan. Sedangkan data yang dimilikinya menyebutkan populasi elang jawa di TNGHS pada 2016 berkisar antara 65-68 individu (ekor).

Diakuinya, jumlah itu memang tidak terlalu banyak meski juga dalam beberapa tahun terakhir dirinya memperkirakan populasinya tetap stabil dengan berkurangnya perburuan liar. Sebagai salah satu hewan endemik langka yang menjadi salah satu “keistimewaan” TNGHS, pihaknya saat ini juga terus melakukan rehabilitasi dan penangkaran elang jawa. Salah satunya berada di kawasan Kampung Loji, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.

Wilayah ini juga masuk Resort Salak I, kawasan TNGHS. Amir, salah satu petugas di kawasan Resort Riset Cika-niki, Kampung Citalahab, TNGHS menceritakan, elang jawa memang tergolong jenis hewan istimewa. Selain jumlahnya langka, satwa predator ini dalam keseharian juga merupakan binatang yang sensitif. Elang jawa sangat terganggu dengan suara keramaian. “Makanya, kalau kita akan melihatnya harus hati-hati dan tidak bersuara keras karena akan mengusiknya,” kata Amir yang mengaku sudah hampir 20 tahun bekerja di kawasan TNGHS.

Menurut Amir, sikap kehati-hatian juga sangat dibutuhkan agar proses produksi elang jawa tidak terganggu. Sebab elang jawa hanya bertelur sebanyak sebutir dalam rentang waktu 2-3 tahun. Karena itu, dibutuhkan suasana kondusif agar telur elang jawa bisa menetas sempurna.

“Karena kalau dia merasa terganggu ketika sedang mengerami telur, maka telurnya bisa dimakan atau dibiarkan saja tidak dierami lagi,” ungkap Amir. Jika sudah begitu, proses produksi elang jawa akan terganggu dan membuat populasinya menurun. Selain dibutuhkan suasana tenang, elang jawa selama ini juga suka membuat sarang atau hidup di dekat sumber mata air.

“Biasannya sarang elang jawa banyak ditemukan di pohonpohon yang dekat dengan sungai. Sedangkan pohon yang dijadikan sarang biasannya tinggi antara 40-50 meter sehingga aman dari incaran predator pemangsa telur,” kata Amir. Elang jawa dewasa biasanya bertubuh sedang, tegap, dan berbulu lebat. Ukuran tubuhnya mencapai 60-70 sentimeter dari ujung paruh hingga ujung ekor.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5521 seconds (0.1#10.140)