Mengenal Palagan Lengkong, Saksi Bisu Gugurnya Mayor Daan Mogot saat Melawan Tentara Jepang

Senin, 17 Agustus 2020 - 23:01 WIB
loading...
Mengenal Palagan Lengkong, Saksi Bisu Gugurnya Mayor Daan Mogot saat Melawan Tentara Jepang
Rahayu Saraswati, salah satu keturunan pejuang yang gugur dalam peristiwa Pertempuran Lengkong. Foto: Hambali/SINDOnews
A A A
MONUMEN Palagan Lengkong merupakan salah satu cagar budaya yang menjadi bagian dari sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia . Lokasinya berada di sisi lapangan Golf BSD, Jalan Bukit Golf Utara, Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).

Area monumen itu tidak terlalu luas, totalnya hanya sekitar 500 meter persegi. Didapati pula sebuah bangunan berbentuk rumah di dalamnya. Disebutkan, rumah itu adalah tempat berlangsungnya negosiasi terakhir Mayor Daan Mogot dengan pasukan Jepang.

Bentuk rumah itu sangat sederhana, dimana terdapat 2 kamar kecil dan 2 ruang utama. Kini bangunan tersebut nampak tengah menjalani renovasi. Jika berdasarkan sejarah, rumah itu sempat dijadikan markas persinggahan sementara tentara Jepang tahun 1945-1946.

Monumen itu menggambarkan peristiwa pertempuran antara pasukan Mayor Daan Mogot melawan tentara Jepang pada Jumat 25 Januari 1946. Dari pihak Indonesia, total ada 33 taruna dan 3 perwira yang gugur, termasuk Mayor Daan Mogot, Letnan Soebianto Djojohadikusumo, dan Letnan Soetopo.

"Monumen itu menjadi saksi gugurnya Mayor Daan Mogot dan para taruna saat itu, Jumat 25 Januari 1946," ungkap TB Sos Rendra, Sejarawan Kota Tangsel, Senin (17/8/2020). (Baca juga: Laksamana Maeda di Antara Cerita Penyusunan Naskah Proklamasi)

Rendra menceritakan mengenai kronologis pemicu pertempuran itu, di mana awalnya pasukan Jepang yang berada di markas itu kerap meresahkan warga sekitar. Saat usai latihan, sejumlah tentara Jepang kedapatan kerap mencuri dan merampok hewan ternak serta buah-buahan untuk dibawa ke markas.

"Akhirnya diserang lah oleh laskar rakyat Serpong di bawah pimpinan Raden Toni. Kemudian ada salah satu orang laskar Serpong, yang ikut sekolah militer di Tangerang. Laporan lah ke sana soal kejadian itu," terangnya.

Laporan itu sampai ke Militer Akademi di Tangerang dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Di mana sekolah itu, merupakan bagian dari naungan resimen IV Siliwangi. Lalu diperintahkanlah Mayor Daan Mogot oleh Komandan Resimen IV Siliwangi Letkol Singgih, untuk melucuti senjata Jepang di markas tersebut. . (Baca juga: Dari Bandar Kecil di Sungai Ciliwung Sejarah Jakarta Dimulai)

"Jam 2 habis salat Jumat meluncurlah ke sana 76 personel, di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Sampai gerbang, akhirnya diperbolehkan masuk untuk musyawarah dengan komandan pasukan Jepang tapi Kapten Wibowo dijadikan jaminan, ditahan di gedung sebelahnya. Perwakilan yang lain akhirnya masuk, di antaranya Mayor Daan Mogot dan dua pengawalnya," jelasnya.

Mengenal Palagan Lengkong, Saksi Bisu Gugurnya Mayor Daan Mogot saat Melawan Tentara Jepang


Pasukan Daan Mogot hanya bisa menunggu di luar gerbang sambil menunggu hasil perundingan. Di tengah proses itu, tiba-tiba terdengar letusan senjata api dari bagian luar gerbang rumah tempat pertemuan. Pasukan Jepang lantas bereaksi dan menembaki para pejuang, termasuk mereka yang berada di dalam.

"Mayor Daan Mogot termasuk yang gugur ditembak pasukan Jepang, di luar juga banyak yang gugur. Hanya sedikit yang selamat menyelamatkan diri melalui Sungai Cisadane menggunakan rakit," imbuh Rendra. (Baca juga: Monumen Plataran Saksi Bisu Perjuangan Taruna Akmil Jaga Kemerdekaan)

Dikatakan Rendra, sumber letusan senjata api itu diketahui berasal dari senjata salah satu turis yang dilibatkan para pejuang saat mendatangi markas tersebut. Taktik pelibatan turis, merupakan siasat pejuang agar tentara Jepang mengira kehadiran pasukan Mayor Daan Mogot mewakili pasukan sekutu.

"Jadi kan waktu itu Jepang posisinya memang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Itu mengapa para turis di Tangerang dibawa dan dipersenjatai, untuk menyamar saja seolah itu tentara sekutu juga. Hanya taktik menekan pihak Jepang agar mau dilucuti senjatanya. Meletuslah senjata itu dari tangan salah satu turis, karena mereka memang bukan tentara, jadi kesentuh pelatuknya. Letusan itu dianggap pihak Jepang sebagai serangan," bebernya.

Mengenal Palagan Lengkong, Saksi Bisu Gugurnya Mayor Daan Mogot saat Melawan Tentara Jepang


Peristiwa berdarah itulah yang kemudian disebut pertempuran Lengkong. Dalam monumen, tertera nama-nama pejuang yang gugur. Guna mengenang pertempuran Lengkong terdapat 2 tempat bersejarah yang diabadikan, yakni Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna di Jalan Daan Mogot dan Monumen Palagan Lengkong.

Pada upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI pagi tadi, terlihat pula Rahayu Saraswati yang merupakan salah satu keturunan pejuang yang gugur dalam peristiwa Lengkong, Letnan Soebianto Djojohadikusumo. Rahayu nampak mengenakan pakaian putih dengan selendang merah.

"Kali ini dalam rangka kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, kami datang untuk menghormati dan menghargai pengorbanan dari para leluhur, terutama karena juga ada ikatan batin bagi saya," ucap Rahayu.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1426 seconds (0.1#10.140)