Mengenal Palagan Lengkong, Saksi Bisu Gugurnya Mayor Daan Mogot saat Melawan Tentara Jepang
loading...
A
A
A
Pasukan Daan Mogot hanya bisa menunggu di luar gerbang sambil menunggu hasil perundingan. Di tengah proses itu, tiba-tiba terdengar letusan senjata api dari bagian luar gerbang rumah tempat pertemuan. Pasukan Jepang lantas bereaksi dan menembaki para pejuang, termasuk mereka yang berada di dalam.
"Mayor Daan Mogot termasuk yang gugur ditembak pasukan Jepang, di luar juga banyak yang gugur. Hanya sedikit yang selamat menyelamatkan diri melalui Sungai Cisadane menggunakan rakit," imbuh Rendra. (Baca juga: Monumen Plataran Saksi Bisu Perjuangan Taruna Akmil Jaga Kemerdekaan)
Dikatakan Rendra, sumber letusan senjata api itu diketahui berasal dari senjata salah satu turis yang dilibatkan para pejuang saat mendatangi markas tersebut. Taktik pelibatan turis, merupakan siasat pejuang agar tentara Jepang mengira kehadiran pasukan Mayor Daan Mogot mewakili pasukan sekutu.
"Jadi kan waktu itu Jepang posisinya memang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Itu mengapa para turis di Tangerang dibawa dan dipersenjatai, untuk menyamar saja seolah itu tentara sekutu juga. Hanya taktik menekan pihak Jepang agar mau dilucuti senjatanya. Meletuslah senjata itu dari tangan salah satu turis, karena mereka memang bukan tentara, jadi kesentuh pelatuknya. Letusan itu dianggap pihak Jepang sebagai serangan," bebernya.
Peristiwa berdarah itulah yang kemudian disebut pertempuran Lengkong. Dalam monumen, tertera nama-nama pejuang yang gugur. Guna mengenang pertempuran Lengkong terdapat 2 tempat bersejarah yang diabadikan, yakni Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna di Jalan Daan Mogot dan Monumen Palagan Lengkong.
Pada upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI pagi tadi, terlihat pula Rahayu Saraswati yang merupakan salah satu keturunan pejuang yang gugur dalam peristiwa Lengkong, Letnan Soebianto Djojohadikusumo. Rahayu nampak mengenakan pakaian putih dengan selendang merah.
"Kali ini dalam rangka kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, kami datang untuk menghormati dan menghargai pengorbanan dari para leluhur, terutama karena juga ada ikatan batin bagi saya," ucap Rahayu.
"Mayor Daan Mogot termasuk yang gugur ditembak pasukan Jepang, di luar juga banyak yang gugur. Hanya sedikit yang selamat menyelamatkan diri melalui Sungai Cisadane menggunakan rakit," imbuh Rendra. (Baca juga: Monumen Plataran Saksi Bisu Perjuangan Taruna Akmil Jaga Kemerdekaan)
Dikatakan Rendra, sumber letusan senjata api itu diketahui berasal dari senjata salah satu turis yang dilibatkan para pejuang saat mendatangi markas tersebut. Taktik pelibatan turis, merupakan siasat pejuang agar tentara Jepang mengira kehadiran pasukan Mayor Daan Mogot mewakili pasukan sekutu.
"Jadi kan waktu itu Jepang posisinya memang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Itu mengapa para turis di Tangerang dibawa dan dipersenjatai, untuk menyamar saja seolah itu tentara sekutu juga. Hanya taktik menekan pihak Jepang agar mau dilucuti senjatanya. Meletuslah senjata itu dari tangan salah satu turis, karena mereka memang bukan tentara, jadi kesentuh pelatuknya. Letusan itu dianggap pihak Jepang sebagai serangan," bebernya.
Peristiwa berdarah itulah yang kemudian disebut pertempuran Lengkong. Dalam monumen, tertera nama-nama pejuang yang gugur. Guna mengenang pertempuran Lengkong terdapat 2 tempat bersejarah yang diabadikan, yakni Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna di Jalan Daan Mogot dan Monumen Palagan Lengkong.
Pada upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI pagi tadi, terlihat pula Rahayu Saraswati yang merupakan salah satu keturunan pejuang yang gugur dalam peristiwa Lengkong, Letnan Soebianto Djojohadikusumo. Rahayu nampak mengenakan pakaian putih dengan selendang merah.
"Kali ini dalam rangka kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, kami datang untuk menghormati dan menghargai pengorbanan dari para leluhur, terutama karena juga ada ikatan batin bagi saya," ucap Rahayu.
(thm)