Aksi Rawamangun Bergerak, BEM UNJ Tuntut Pemerintah Perhatikan Biaya Pendidikan yang Tinggi

Rabu, 28 Februari 2024 - 20:03 WIB
loading...
Aksi Rawamangun Bergerak,...
Ketua BEM UNJ, Tsabit Syahidan mengungkapkan salah satu tuntutan dari Gemarak yang menjalankan Aksi Rawamangun Bergerak bersama ratusan mahasiswa se-Jabodetabek dan sivitas akademika lainnya. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) , Tsabit Syahidan mengungkapkan salah satu tuntutan dari Gerakan Mahasiswa bersama Rakyat (Gemarak) yang menjalankan Aksi Rawamangun Bergerak bersama ratusan mahasiswa se-Jabodetabek dan sivitas akademika lainnya.

Tsabit mengatakan sebagai insan akademika di kampus yang berfokus pada ilmu pendidikan, sudah sewajarnya mereka menyuarakan tingginya biaya bersekolah di negeri ini.



"Untuk biaya pendidikan memang salah satu isu yang concern kita bahas, jadi kita di kampus pendidikan, kita sudah selayaknya memperjuangkan hak-hak pendidikan kepada seluruh masyarakat yang ada," ujar Tsabit saat ditemui selepas aksi, Rabu (28/2/2024).

Dalam aksi long march yang dilakukan mengelilingi Jalan Pemuda Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur sedari Rabu siang tersebut, Tsabit mengatakan banyak teman-temannya yang bahkan bersekolah di kampus negeri, mengalami kesulitan membayar biaya kuliah.

"Ya, karena setiap waktu pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) itu cukup banyak laporan yang masuk bahwa mereka kesulitan dan juga kita dari advokasi beberapa kali membantu mengadvokasi teman-teman mahasiswa," terang Tsabit.

Dia melanjutkan tuntutan agar turunnya biaya pendidikan di seluruh tingkatan pendidikan sedari SD hingga universitas harus menjadi perhatian pemerintah secara serius.

"Ini menjadi satu indikator bahwa ya memang biaya pendidikan itu mahal dan harus diperhatikan pemerintah," terang Tsabit.

Menambahkan penjelasan Tsabit, Komandan Green Force UNJ Bidang Sosial Politik, Muhammad Kholid Hidayatulloh mengungkapkan kendala biaya pendidikan ini sudah merata di kalangan masyarakat. Dia bahkan menyebutkan adanya rekan-rekan mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terpaksa meminjam uang via pinjaman online (pinjol) untuk bisa berkuliah.

"Buat pinjol kita tidak hanya di UNJ, ada juga di beberapa kampus dan lembaga lain, seperti contoh di ITB. Mereka menyuarakan bahwa ada beberapa mahasiswa ITB bahkan ada mahasiswa ITB yang sampai harus terjerat pinjol untuk memenuhi biaya pendidikan," terang Kholid.

Maka dari itu, Kholid mengatakan jika pemerintah peduli dengan keberlangsungan masa depan anak-anak bangsa, sudah seharusnya biaya pendidikan perlu ditinjau kembali agar kebutuhan akan ilmu pengetahuan menjadi merata di seluruh Indonesia.

"Jadi memang bukan hanya concern di UNJ, di semua pendidikan, SD-SMP-SMA, masih banyak sekolah negeri yang dituntut biaya," tutur Kholid.

"Kita harus perjuangkan juga pendidikan hal yang penting yang harus kita perjuangkan. Banyak teman-teman kita putus sekolah karena biaya mahal," sambung Kholid.

Seperti diketahui, Aksi Rawamangun Bergerak yang diinisiasi oleh Gemarak tersebut membawa tiga tuntutan utama. Adapun tuntutannya yaitu, turunkan harga bahan pokok khususnya beras, turunkan harga biaya pendidikan dan kesehatan yang hari ini mahal, dan ketiga yakni turunkan Presiden Jokowi.



"Jadi aksi ini simbolik untuk sebuah Seruan untuk memanggil kawan-kawan kita setiap elemen, mahasiswa, buruh, masyarakat, untuk bergabung satu suara, kita satuan barisan menyuarakan hal yang sama, yaitu menurunkan bahan pokok kemudian menurunkan biaya pendidikan dan kesehatan. Kemudian penurunan Jokowi," pungkas Kholid.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2042 seconds (0.1#10.140)