Kejahatan Sadis di Ibu Kota Terjadi Setiap 12 Menit

Kamis, 31 Agustus 2017 - 06:03 WIB
Kejahatan Sadis di Ibu Kota Terjadi Setiap 12 Menit
Kejahatan Sadis di Ibu Kota Terjadi Setiap 12 Menit
A A A
JAKARTA - DKI Jakarta sebagai ibu kota negara belum aman dari aksi kejahatan. Perampokan, pembunuhan, pembegalan, dan pemerkosaan masih mengintai warga. Karena itu, kewaspadaan di tempat-tempat rawan perlu ditingkatkan.

Berdasarkan catatan Polda Metro Jaya, terdapat puluhan titik rawan kriminalitas di Jakarta. Di Jakarta Pusat seperti perempatan Coca-cola, Stasiun Senen; di Jakarta Barat seperti Taman Sari, Tambora, kolong jembatan Grogol; Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur; dan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Sepanjang 2016 angka kejahatan menurun dibanding tahun sebelumnya, namun waktu kejahatan (crime clock) mengalami percepatan selama 8 detik. Pada 2015, waktu kejahatan 12 menit 26 detik menjadi 12 menit 18 detik. Artinya, pada 2016 setiap 12 menit 18 detik terdapat satu kasus kejahatan di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

Secara umum, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) mengalami penurunan angka kriminalitas. Dari 44.304 kasus pada 2015 menjadi 42.149 kasus pada 2016 atau turun sekitar 3%. Meski demikian, pada tahun lalu terjadi kasus-kasus menonjol seperti perampokan yang mengalami kenaikan 12% dari 2015. Kasus pencurian dengan kekerasan (curas) sebanyak 641 kasus (2015) menjadi 719 kasus (2016).

Meski terjadi peningkatan kasus curas, terdapat penurunan angka kriminalitas pada kasus pencurian dengan pemberatan (curat), penganiayaan berat (anirat), dan pembunuhan. Kasus curat menurun 9,96% dari 1.004 kasus pada 2015 menjadi 904 kasus pada 2016. Kasus pembunuhan menurun 4 kasus atau 5% dari 75 kasus pada 2015 menjadi 71 kasus pada 2016.

Pada Juni 2017, publik digemparkan oleh kasus perampokan yang menimpa pengusaha Davidson Tantono di SPBU Jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat. Korban dibuntuti seusai mengambil uang di bank, kemudian ditembak dari jarak dekat di pom bensin. Pelaku membawa kabur Rp300 juta. Setelah beberapa hari polisi melakukan pengejaran akhirnya pelaku berhasil ditangkap.

Kriminolog Universitas Indonesia Ikraq Sulhin menilai secara kualitas aksi kejahatan di wilayah Jakarta dan sekitarnya mengalami peningkatan. Para pelaku kejahatan nekat menggunakan senjata api untuk melumpuhkan korbannya. Ini tak terlepas dari peredaran senjata api di pasar gelap, mulai dari senjata sewaan hingga senjata ilegal.

“Karena, nomor seri senjata-senjata gelap tidak terdaftar. Polisi pasti akan kesulitan melakukan pelacakan," ujar Ikraq di Jakarta, Rabu (30/8/2017).

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, aksi sadis dan membahayakan pelaku kejahatan sudah membuat resah warga Ibu Kota. Maka itu, tindakan tegas dan terukur harus dilakukan oleh anggota di lapangan. "Tentunya dengan prosedur yang berlaku," katanya.

Anggota yang menindak tegas pelaku kejahatan berimbas positif. Ada pelaku yang justru menyerahkan diri seperti pelaku penembakan terhadap Italia, warga Tangerang dan Davidson. "Kita juga pernah menembak mati pelaku begal yang beraksi di Jakarta Timur," tegasnya.

Aksi pelaku kejahatan memang dilakukan oleh kelompok berbeda, namun pihak kepolisian sudah memiliki database yang cukup. Database tersebut kumpulan para pelaku yang sudah beraksi sebelumnya, karena motif dan aksi mereka pastinya tidak banyak mengalami perubahan.

Dari angka kamtibmas dibandingkan tahun lalu bedanya jauh sekali. Anggota patroli siang-malam untuk mengamankan wilayah Ibu Kota, namun pelaku yang menggunakan senjata api juga cukup banyak.

Pihak kepolisian kerap kesulitan mengungkap penjual senjata api kepada para pelaku kejahatan. Pasalnya, mereka hanya mendapatkan senjata dari kurir sehingga penyelidikan selalu terputus. Meski demikian, polisi berhasil mengungkap pabrik pembuatan senpi ilegal di Jawa Barat beberapa waktu lalu.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5252 seconds (0.1#10.140)