BMKG: Ada 2 Syarat agar Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Jakarta Berhasil

Kamis, 24 Agustus 2023 - 07:58 WIB
loading...
BMKG: Ada 2 Syarat agar Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Jakarta Berhasil
BMKG menyatakan ada dua syarat agar pelaksanaan modifikasi cuaca khususnya untuk mengatasi polusi udara Jakarta bisa berhasil. Foto/MPI/Ilustrasi.dok
A A A
JAKARTA - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) mengatasi polusi udara di wilayah Jakarta saat ini terus diupayakan oleh pemerintah dengan menurunkan hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan ada dua syarat agar pelaksanaan modifikasi cuaca khususnya untuk mengatasi polusi udara Jakarta bisa berhasil.

Diketahui, TMC tahap pertama telah dilakukan pada periode 19 hingga 21 Agustus lalu. Kemudian rencananya akan dilanjutkan lagi tahap kedua yakni tanggal 24 Agustus sampai 2 September 2023.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, teknologi modifikasi cuaca artinya suatu usaha untuk mengkondisikan bagaimana kondisi atmosfer yang di udara itu potensi hujannya jatuh ke permukaan bumi itu sama jumlahnya atau menjadi kenyataan.

“Jadi untuk (menurunkan hujan) syarat itu dibutuhkan dua hal paling tidak yang pertama adalah adanya potensi pertumbuhan awan yang di atas 70%,” kata Guswanto kepada MNC Portal, Kamis (24/8/2023).

Guswanto memberikan ilustrasi terkait kondisi awan-awan hujan di Jawa Barat, khususnya sekitar Jakarta. Terpantau, kondisi awan-awan hujan di sekitar Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2023 berada di kategori sedang yakni hanya 50-70%.

BMKG: Ada 2 Syarat agar Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Jakarta Berhasil

Foto:BMKG/Istimewa

“Pertumbuhan kalau kita lihat gambar itu ada tiga kategori, satu adalah tidak ada pertumbuhan awan sama sekali, yang tidak ada titik-titiknya. Kemudia ada yang titik-titik cokelat, titik-titik cokelat itu adalah potensi yang 50-70% ya, itu sangat kecil potensinya kalau jadi hujan. Sedangkan yang banyak (pertumbuhan hujan) yang warna hitam, yang warna hitam itulah yang memiliki potensi lebih besar menjadi hujan,” ungkap Guswanto.

Kedua, lanjut Guswanto, dibutuhkan juga kelembaban udara lebih dari 80% di atas lapisan 700 atau 850 milibar.
“Kalau sudah kondisi itu tercipta di udara, di atas, baru kita berikan inti kondensasi, kita percepat hujan itu,” ujarnya.


“Inti kondensasinya itu berasal dari serbuk atau bubuk NaCl yang kita tabur melalui pesawat atau intinya kita percepat dengan diberikan inti kondensasi. Sehingga, kondisi awan yang tadi itu bisa menjadi hujan sesuai yang diharapkan dan jatuh ke permukaan bumi, itu kira-kira,” paparnya.

(hab)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2126 seconds (0.1#10.140)