Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Udara di Jabodetabek Mulai Awal Pekan Ini

Senin, 21 Agustus 2023 - 09:56 WIB
loading...
Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Udara di Jabodetabek Mulai Awal Pekan Ini
BMKG akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengatasi polusi udara di Jabodetabek mulai awal pekan ini. Foto/MPI/Ilustrasi.dok
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengatasi polusi udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mulai awal pekan ini.

“Sudah diskusikan, kita di KLHK sudah rapat-rapat dengan BMKG juga sudah didiskusikan bahwa nanti dilihat. Kemungkinan tanggal 22, 21, 22, 28 Agustus, kemudian nanti di bulan September tanggal 2, 5, dan seterusnya,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam keterangannya, dikutip Senin (21/8/2023).

Sementara itu, saat ini Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menentukan standar jenis hingga penempatan alat yang akan diterapkan pada saat dilakukan TMC.

“Tanggal 15 Agustus kemarin, Badan Standardisasi Nasional sudah mengeluarkan standar untuk jenis alat dan penempatan alat,” kata Siti.


Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, jika pihaknya telah lama mempersiapkan TMC. Namun, masih menunggu awan-awan hujan yang cukup untuk dilakukan TMC.

“Saat ini kami sebetulnya sudah beberapa waktu yang lalu kami sudah menyiapkan TMC tetapi belum bisa dilakukan karena menunggu awan yang cukup memadai untuk disemai menjadi hujan,” kata Dwikorita.


Dwikorita pun menjelaskan bahwa dampak dari kemarau kering yang menyebabkan buruknya kualitas udara khususnya di wilayah Jakarta.

“Salah satu dampak dari musim kemarau yang kering, di mana hujan, curah hujan bulanan rendah, bahkan tidak hujan sama sekali selama beberapa bulan itu dapat berdampak pada memburuknya kualitas udara akibat tidak terjadinya pencucian polutan oleh air hujan,” ucapnya.

“Dan karena kejadiannya itu beberapa hari, bahkan beberapa minggu di beberapa wilayah sampai beberapa bulan, polutan itu akan terakumulasi dan diperparah dengan, dari hasil observasi kami, angin saat ini itu kalem terutama di DKI,” ungkap Dwikorita.

“Jadi kami ada data hasil observasi kecepatan angin mayoritas angin di DKI itu kalem. Artinya apa seandainya disitu ada polutan itu sulit untuk bergerak. Jadi apa ya, ngendon (diam) lama di situ. Sudah enggak tercuci oleh hujan juga tidak tertiup oleh angin,” ucapnya.
(hab)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1519 seconds (0.1#10.140)