Pengamat Kupas Plus Minus Anies-Sandi dan Ahok-Djarot

Kamis, 16 Februari 2017 - 22:32 WIB
Pengamat Kupas Plus Minus Anies-Sandi dan Ahok-Djarot
Pengamat Kupas Plus Minus Anies-Sandi dan Ahok-Djarot
A A A
JAKARTA - Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno dinilai merupakan sosok pemimpin alternatif yang mampu membawa Jakarta lebih baik dan pemerintahan lebih humanis.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Hurriyah mengatakan, keunggualan Ahok-Djarot pada putaran pertama merupakan pencapaian kinerja mereka sebagai petahana yang terlihat sekali sangat ditekankan selama kampanye dan dalam tiga debat beberapa waktu lalu.

"Di sisi lain keunggulan Ahok-Djarot ini juga bisa jadi kelemahan karena dinilai sangat teknokratis, cenderung status quo alias tidak membuka terobosan baru misal soal solusi penggusuran, banjir, dan permasalahan di Jakarta lainnya," kata Hurriyah kepada SINDOnews, Kamis (16/2/2017).

Ketimbang menawarkan program-program terobosan, pasangan calon nomor urut 2 justru sangat defensif menekankan keunggulan program-program yang sudah dilaksanakan. "Klaim ini menurut saya, perlu dicek juga kebenarannya dengan melihat bagaimana hasil perolehan suara paslon nomor 2 di daerah-daerah yang terdampak penggusuran atau reklamasi. Kalau perolehan suara mereka tinggi dan mereka menang disana, artinya program rusunawa atau reklamasi memang bermanfaat dan buat warga yang terkena kebijakan itu," ungkapnya.

Hurriyah menuturkan, untuk Anies-Sandi keunggulan mereka adalah komunikasi politik yang mengesankan politik santun. Anies-Sandi muncul dengan wacana anti-establishment, perubahan Jakarta baru dengan gubernur baru.

"Pasangan calon nomor tiga ini merepresentasikan diri sebagai kekuatan populis baru dan sebagai pemimpin alternatif yang mampu membawa Jakarta lebih baik dan pemerintahnya lebih humanis," ujarnya.

Hurriyah menilai, program OKE OCE yang ditawarkan Anies-Sandi juga cukup mampu menarik minat pemilih, karena program ini dianggap menjawab kebutuhan riil masyarakat terkait lapangan pekerjaan.

Anies-Sandi, alnjut Hurriyah, juga mempunyai dukungan yang cukup besar terutama dari pemilih muslim. Apalagi, mesin PKS sangat efektif bekerja memobilisasi dukungan masyarakat.

Ini berbeda dengan Ahok-Djarot yang lebih mengandalkan mesin relawan, ketimbang partai pendukungnya. Namun, Anies-Sandi juga bukan tanpa kelemahan.

Selain program-programnya dinilai masih belum jelas bentuknya dan terkesan jargonistik, manuver politik Anies-Snadi yang dianggap terlalu mendekat ke kanan bisa menjadi bumerang untuk pemilih mereka yang anti dengan kelompok tersebut.

Menurut Hurriyah, dengan perolehan suara hampir sama kuat yang jadi rebutan tentu saja suara dari pendukung AHY-Sylvi serta pemilih golput di putaran pertama kemarin. Meskipun banyak yang meyakini bahwa paslon 3 akan banyak mendapat limpahan suara dari paslon 1, namun Hurriyah melihat faktor politik Jakarta yang sangat dinamis memungkinkan segalanya terjadi.

"Apalagi di media sudah ada statement bahwa PDIP alan merangkul Demokrat. Di sosial media pun pasca pidato kekalahan AHY kemarin, sudah keliatan perubahan tone yang lebih positif dari pendukung Ahok terhadap AHY. Padahal, sebelumnya performa AHY dalam debat maupun programnya seringkali disikapi negatif oleh pendukung paslon 2," ungkapnya.

Yang pasti, sentimen primordial masih akan terlihat dalam putaran dua nanti, meskipun isu SARA terbukti tidak terlalu mempengaruhi pemilih Jakarta yang cukup rasional. Suara paslon 3 di daerah basis FPI misalnya, justru tertinggi.

"SBY akan tetap jadi faktor penting dalam hal ini, baik paslon 2 dan 3 sangat butuh suara dari pemilih paslon 1. SBY saya yakin paham betul soal ini, dan akan berusaha memainkan kartunya sebaik mungkin. Tapi juga saya percaya pemilih pun punya logikanya sendiri. Artinya, kemana pun suara Demokrat beralih, pada akhirnya semua bergantung pada pemilih, yang cenderung bebas partai dalam menentukan pilihannya," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8315 seconds (0.1#10.140)