Tak Sekadar Turun, Pemkot Tangerang Targetkan Kasus Stunting Tuntas
loading...
A
A
A
TANGERANG - Intervensi Pemkot Tangerang melalui seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terhadap kasus stunting di Kota Tangerang terus diperkuat. Kini, Pemkot Tangerang menargetkan kasus stunting di Kota Tangerang bisa selesai atau tuntas bukan sekadar penurunan angka kasus.
Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Pemkot Tangerang berhasil menekan angka stunting dari 15,3 persen pada 2021 menjadi 11,8 persen pada 2022 atau turun 3,5 persen. Angka ini termasuk terendah di Banten.
Intervensi ini diperkuat dengan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yang menugaskan seluruh OPD mengambil peran sesuai tupoksinya sehingga target ini dapat tercapai.
“Walaupun Kota Tangerang termasuk terendah masalah stunting se-Banten, tapi dengan berbagai program dan ikhtiar yang dilakukan, Pemkot Tangerang tetap targetkan permasalahan stunting di Kota Tangerang dapat selesai optimal,” ujar Arief, Selasa (16/5/2023).
Kepala DP3AP2KB Jatmiko menuturkan DP3AP2KB di 2022 dalam penanganan stunting membentuk 754 Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di 13 kecamatan. Tim terdiri dari kader PKK, Tenaga Kesehatan dan Kader KB yang bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting dengan sasaran calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, bayi dua tahun (baduta), serta bayi lima tahun (balita).
DP3AP2KB juga memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Ada juga program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) yang juga dikuatkan beserta akses pelayanan keluarga berencana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Dini Anggraeni mengatakan Dinkes telah menggunakan aplikasi SiData untuk melakukan pendataan anak berstatus stunting dengan terinci yakni by name by address. Sehingga, intervensi yang disiapkan akan lebih sesuai target yang dibutuhkan anak, keluarga atau lingkungan berstatus stunting.
Program yang dikerahkan Dinkes dalam penanganan kasus stunting cukup banyak. Program itu di antaranya konsumsi pangan dilakukan promosi dan konseling menyusui, pemberian makanan bayi anak pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, suplementasi gizi makro, suplementasi tablet penambah darah, suplemen ibu hamil, vitamin A, kalsium dan zinc, serta fasilitas Pos Gizi.
"Untuk pelayanan kesehatan, Dinkes cukup fokus dengan pemantauan pertumbuhan, pemeriksaan kehamilan gratis, pendampingan ibu hamil oleh kader Srikandi, kelas ibu hamil dan balita, posyandu remaja, imunisasi, pemberian obat cacing. Dinkes juga melakukan penyuluhan calon pengantin dan menyediakan sistem rujukan terintegrasi," ungkapnya.
Dia menambahkan keberhasilan penurunan stunting di Kota Tangerang merupakan buah dari kerja sama dengan melakoni program yang ada secara holistik dan terintegratif.
Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Pemkot Tangerang berhasil menekan angka stunting dari 15,3 persen pada 2021 menjadi 11,8 persen pada 2022 atau turun 3,5 persen. Angka ini termasuk terendah di Banten.
Intervensi ini diperkuat dengan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yang menugaskan seluruh OPD mengambil peran sesuai tupoksinya sehingga target ini dapat tercapai.
“Walaupun Kota Tangerang termasuk terendah masalah stunting se-Banten, tapi dengan berbagai program dan ikhtiar yang dilakukan, Pemkot Tangerang tetap targetkan permasalahan stunting di Kota Tangerang dapat selesai optimal,” ujar Arief, Selasa (16/5/2023).
Kepala DP3AP2KB Jatmiko menuturkan DP3AP2KB di 2022 dalam penanganan stunting membentuk 754 Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di 13 kecamatan. Tim terdiri dari kader PKK, Tenaga Kesehatan dan Kader KB yang bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting dengan sasaran calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, bayi dua tahun (baduta), serta bayi lima tahun (balita).
DP3AP2KB juga memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Ada juga program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) yang juga dikuatkan beserta akses pelayanan keluarga berencana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Dini Anggraeni mengatakan Dinkes telah menggunakan aplikasi SiData untuk melakukan pendataan anak berstatus stunting dengan terinci yakni by name by address. Sehingga, intervensi yang disiapkan akan lebih sesuai target yang dibutuhkan anak, keluarga atau lingkungan berstatus stunting.
Program yang dikerahkan Dinkes dalam penanganan kasus stunting cukup banyak. Program itu di antaranya konsumsi pangan dilakukan promosi dan konseling menyusui, pemberian makanan bayi anak pada masa 1.000 hari pertama kehidupan, suplementasi gizi makro, suplementasi tablet penambah darah, suplemen ibu hamil, vitamin A, kalsium dan zinc, serta fasilitas Pos Gizi.
"Untuk pelayanan kesehatan, Dinkes cukup fokus dengan pemantauan pertumbuhan, pemeriksaan kehamilan gratis, pendampingan ibu hamil oleh kader Srikandi, kelas ibu hamil dan balita, posyandu remaja, imunisasi, pemberian obat cacing. Dinkes juga melakukan penyuluhan calon pengantin dan menyediakan sistem rujukan terintegrasi," ungkapnya.
Dia menambahkan keberhasilan penurunan stunting di Kota Tangerang merupakan buah dari kerja sama dengan melakoni program yang ada secara holistik dan terintegratif.
(jon)