Ogah Jual Diri, Pemandu Lagu Ini Pilih Jual Makanan hingga Pemandu Travel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, beragam usaha dilakukan para pekerja hiburan di Jakarta demi bisa bertahan hidup. Seperti yang dilakoni, Diana (26), demi bertahan hidup dan menghidupi keluarga di kampung, pemandu lagu ini rela bekerja serabutan.
“Saya lebih baik cari cara dapat duit yang lain dibanding harus begitu (menjajakan diri),” kata Diana saat ditemui di kawasan Mal Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2020).
Diana yang telah bekerja sebagai pemandu lagu sejak 2016 sudah malang melintang di tempat karaoke eksekutif. Mulai dari kawasan Kelapa Gading, PIK, hingga kawasan Mangga Besar. (Baca juga: Demi Anak, Perempuan Cantik Pemandu Lagu Ini Rela Panas-panasan Ikut Demo)
Meski kerap berpindah, Diana mengaku belum pernah kencan dengan tamunya. “Saya profesional saja. Sebagai pemandu saya menjual suara saya, bukan badan saya. Yah paling minum alkohol aja,” tegasnya.
Hatinya sempat goyang saat pandemik melanda Maret 2020 lalu. Diana sempat terpikir menjajakan diri, namun suaminya lantas melarang dan meminta untuk bekerja dengan cara lain.
Dari situ ia kemudian menyadari banyak temannya sesama pemandul lagu yang membutuhkan makanan. Ia pun menjadikan itu peluang usaha. Sepekan tidak bekerja Diana mulai masak di kontrakannya. Dari situ ia mulai menabung dari jual beli masakan. “Yah lumayan mas, Rp100-200 ribu per hari mah dapat,” katanya.
Meski jika dibandingkan dengan pendapatannya sebagai pemandu lagu jauh bedanya, yakni minimal Rp500 per hari, namun Diana tetap bersyukur. Dari memasak ia masih bisa bertahan hidup. (Baca juga: Untuk Bertahan Hidup, Pemandu Lagu Jajakan Diri Lewat Online)
Sesekali Diana juga bekerja paruh waktu menjadi pemandu travel di wisma atlet. Memanfaatkan banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang datang dari berbagai negara dan mengisolasi diri, Diana kemudian menawarkan diri menjadi pemandu wisata. “Bahasa kasarnya sih kernet mas,” tuturnya terkekeh.
Perjalan ke beberapa kota besar, seperti Bandung, Semarang, hingga Surabaya, sudah ia rasakan. Sesekali ia bersama suami juga melayani perjalanan pribadi dengan bekas pasien ke kota besar lainnya. Dari dua pekerjaan itu, Diana mengaku mendapatkan penghasil Rp1-2 juta setiap pekan. “Walapun kadang kita harus tidur di POM bensin,” tuturnya.
Penghasilannya pun berubah menjelang bulan Mei, saat Kemenhub kembali membuka penerbangan. Dari situ ia mulai kehilang pendapatan itu. Sebab keberadaan bus bandara membuat sejumlah travel gelap tidak terpakai. Masyarakat lebih memilih menggunakan bus bandara karena harganya lebih murah dan jauh lebih aman.
Diana mengakui merasa nyaman bekerja sebagai pemandu lagu di karaoke eksekutif. Ia pun bisa menjaga diri selama bekerja di sana. Namun bekerja di sana tidak bisa mendapatkan kepastian soal pendapatan dan nilainya lebih kecil. (Baca juga: Pesan DPRD ke Pekerja Hiburan Malam: Demi Keselamatan Bersama, Bersabarlah )
Karena itu, selama pandemi ia mulai menurunkan gaya hidup, mulai dari berpindah kontrakan ke kawasan yang murah, hingga tak lagi jajan atau pergi ke mal. “Untungnya selama PSBB mal-mal tutup,” pungkasnya.
“Saya lebih baik cari cara dapat duit yang lain dibanding harus begitu (menjajakan diri),” kata Diana saat ditemui di kawasan Mal Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (21/7/2020).
Diana yang telah bekerja sebagai pemandu lagu sejak 2016 sudah malang melintang di tempat karaoke eksekutif. Mulai dari kawasan Kelapa Gading, PIK, hingga kawasan Mangga Besar. (Baca juga: Demi Anak, Perempuan Cantik Pemandu Lagu Ini Rela Panas-panasan Ikut Demo)
Meski kerap berpindah, Diana mengaku belum pernah kencan dengan tamunya. “Saya profesional saja. Sebagai pemandu saya menjual suara saya, bukan badan saya. Yah paling minum alkohol aja,” tegasnya.
Hatinya sempat goyang saat pandemik melanda Maret 2020 lalu. Diana sempat terpikir menjajakan diri, namun suaminya lantas melarang dan meminta untuk bekerja dengan cara lain.
Dari situ ia kemudian menyadari banyak temannya sesama pemandul lagu yang membutuhkan makanan. Ia pun menjadikan itu peluang usaha. Sepekan tidak bekerja Diana mulai masak di kontrakannya. Dari situ ia mulai menabung dari jual beli masakan. “Yah lumayan mas, Rp100-200 ribu per hari mah dapat,” katanya.
Meski jika dibandingkan dengan pendapatannya sebagai pemandu lagu jauh bedanya, yakni minimal Rp500 per hari, namun Diana tetap bersyukur. Dari memasak ia masih bisa bertahan hidup. (Baca juga: Untuk Bertahan Hidup, Pemandu Lagu Jajakan Diri Lewat Online)
Sesekali Diana juga bekerja paruh waktu menjadi pemandu travel di wisma atlet. Memanfaatkan banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang datang dari berbagai negara dan mengisolasi diri, Diana kemudian menawarkan diri menjadi pemandu wisata. “Bahasa kasarnya sih kernet mas,” tuturnya terkekeh.
Perjalan ke beberapa kota besar, seperti Bandung, Semarang, hingga Surabaya, sudah ia rasakan. Sesekali ia bersama suami juga melayani perjalanan pribadi dengan bekas pasien ke kota besar lainnya. Dari dua pekerjaan itu, Diana mengaku mendapatkan penghasil Rp1-2 juta setiap pekan. “Walapun kadang kita harus tidur di POM bensin,” tuturnya.
Penghasilannya pun berubah menjelang bulan Mei, saat Kemenhub kembali membuka penerbangan. Dari situ ia mulai kehilang pendapatan itu. Sebab keberadaan bus bandara membuat sejumlah travel gelap tidak terpakai. Masyarakat lebih memilih menggunakan bus bandara karena harganya lebih murah dan jauh lebih aman.
Diana mengakui merasa nyaman bekerja sebagai pemandu lagu di karaoke eksekutif. Ia pun bisa menjaga diri selama bekerja di sana. Namun bekerja di sana tidak bisa mendapatkan kepastian soal pendapatan dan nilainya lebih kecil. (Baca juga: Pesan DPRD ke Pekerja Hiburan Malam: Demi Keselamatan Bersama, Bersabarlah )
Karena itu, selama pandemi ia mulai menurunkan gaya hidup, mulai dari berpindah kontrakan ke kawasan yang murah, hingga tak lagi jajan atau pergi ke mal. “Untungnya selama PSBB mal-mal tutup,” pungkasnya.
(thm)