Demokrat Dukung Keputusan DKI Jakarta Perpanjang PSBB Transisi
loading...
Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A
A
A
JAKARTA - Anggota DPRD DKI Fraksi Demokrat Mujiyono mendukung keputusan Pemprov DKI yang memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Transisi Fase I hingga dua pekan ke depan.
"Kalau diperpanjangnya saya sepakat, karena memang dalam waktu ke belakang ini kasus Covid-19 tidak terkendali. Kan kenaikan seminggu ini luar biasa. Pernah nembus 404 (kasus) yang biasanya paling tinggi 200 kini sudah pernah 400 dan cenderung tidak terkekan," urainya kepada wartawan, Jumat (17/7/2020).
Mujiyono menilai, naiknya kasus positif Covid-19 lantaran semakin banyak yang ikut tes dan tracking. "Mungkin karena kontak tracing sama testnya makin banyak. Otomatis jika tes makin banyak, pasti penambahan lebih banyak," katanya.
"Coba persentasenya dibandingkan, dalam seminggu saja berapa jumlah tesnya. Kalau memang tesnya linier bisa jadi karena tracking-nya," lanjutnya. (Baca juga: Terjadi Percepatan Penularan Covid-19, DKI Perpanjang PSBB Transisi)
Mujiyono juga menyoroti istilah new normal karena membuat masyarakat salah menafsirkan. "Karena pada akhirnya new normal terjemahannya d masyarakat jadi salah kaprah," tukasnya.
Menurutnya, masyarakat belum memahami maksud dari kondisi new normal. Masyarakat mengira new normal suatu keadaan tanpa adanya Covid-19 .
"Bukan kurang ya, faktor masyarakatnya yang masih bandel, yang menganggap bahwa new normal ini menjadi seolah-olah normal," tambahnya.
Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat harus memahami makna new normal dan menjaga protokol kesehatan. (Baca juga: Hasil Survei, Warga DKI Jakarta Umumnya Belum Siap Memasuki New Normal)
"Kalau diperpanjangnya saya sepakat, karena memang dalam waktu ke belakang ini kasus Covid-19 tidak terkendali. Kan kenaikan seminggu ini luar biasa. Pernah nembus 404 (kasus) yang biasanya paling tinggi 200 kini sudah pernah 400 dan cenderung tidak terkekan," urainya kepada wartawan, Jumat (17/7/2020).
Mujiyono menilai, naiknya kasus positif Covid-19 lantaran semakin banyak yang ikut tes dan tracking. "Mungkin karena kontak tracing sama testnya makin banyak. Otomatis jika tes makin banyak, pasti penambahan lebih banyak," katanya.
"Coba persentasenya dibandingkan, dalam seminggu saja berapa jumlah tesnya. Kalau memang tesnya linier bisa jadi karena tracking-nya," lanjutnya. (Baca juga: Terjadi Percepatan Penularan Covid-19, DKI Perpanjang PSBB Transisi)
Mujiyono juga menyoroti istilah new normal karena membuat masyarakat salah menafsirkan. "Karena pada akhirnya new normal terjemahannya d masyarakat jadi salah kaprah," tukasnya.
Menurutnya, masyarakat belum memahami maksud dari kondisi new normal. Masyarakat mengira new normal suatu keadaan tanpa adanya Covid-19 .
"Bukan kurang ya, faktor masyarakatnya yang masih bandel, yang menganggap bahwa new normal ini menjadi seolah-olah normal," tambahnya.
Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat harus memahami makna new normal dan menjaga protokol kesehatan. (Baca juga: Hasil Survei, Warga DKI Jakarta Umumnya Belum Siap Memasuki New Normal)
(thm)
Explore More