Aktivis Heran Kenapa BPOM Hanya Labeli Galon

Rabu, 05 Oktober 2022 - 20:48 WIB
Associate Director Climate Policy Initiative & NPAP Behavior Change Task Force Tiza Mafira mempertanyakan kenapa BPOM hanya menyasar satu produk saja terkait pelabelan kandungan BPA pada kemasan Polikarbonat. Foto: Ist
JAKARTA - Associate Director Climate Policy Initiative & NPAP Behavior Change Task Force Tiza Mafira mempertanyakan kenapa BPOM hanya menyasar satu produk saja terkait pelabelan kandungan BPA pada kemasan Polikarbonat.

Menurut dia, Polikarbonat juga digunakan untuk kemasan dan produk lain yang cukup banyak jumlahnya. Selain itu, zat kimia lain yang juga mengandung risiko styrine, benzene untuk styrofoam seharusnya juga diungkapkan semua agar konsumen mengetahui dan mendapatkan transparansi.

Baca juga: IDI Dukung BPOM Terapkan Label Bebas BPA di Galon Air Minum



“jika argumennya adalah ternyata BPA nggak aman, maka seharusnya tidak menyasar hanya satu produk saja karena kan nggak cuma air galon saja yang pakai polikarbonat seharusnya tidak diskriminatif terhadap brand tertentu atau produk tertentu,” ujar Tiza di Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Dia mengatakan polemik pelabelan ini terjadi karena dihembuskan kabar bahwa ada masalah kesehatan dengan galon guna ulang.

“Sebenarnya saya nggak sepakat juga sih kalau reuse dibilang lebih berisiko daripada single use. Kalau kita bicara plastic sebenarnya semua materi plastik itu ada risikonya baik single use maupun reuse,” kata Tiza

Banyak isu lain di luar BPA yang juga menjadi polemik di luar negeri. Dia mencontohkan polemik yang sempat ramai di Amerika dan Eropa soal wrapping (pembungkus) untuk fast food. Bungkus kertas makanan cepat saji ini juga dilapisi suatu jenis plastik yang mengandung zat kimia berbahaya.

“Kemudian kalau bicara tentang PET itu juga ada kajian yang menemukan bahwa PET mengandung mikroplastik. Karenanya kita juga sering diminta jangan taruh botol di dalam mobil, kalau kena panas nggak aman airnya, ada proses migrasi kimia jika PET berada di dalam kondisi-kondisi tertentu. Styrofoam juga mengandung bionzine styrine apalagi kalau dipakai untuk merebus bakmi instan,“ ungkapnya.

Tetapi, justru peraturan ambang batas aman penggunaan zat kimia yang ditetapkan BPOM yang bisa dijadikan pegangan masyarakat. “Kenapa masih banyak produk-produk yang beredar dikemas dalam plastik karena kita punya BPOM dan semua negara di dunia punya food and drugs agency yang mengatakan ini ambang batas aman kimia,” ujar Tiza.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More