Solar Bersubsidi Langka, 1.500 Nelayan Bekasi Libur Melaut
Kamis, 30 Juni 2022 - 11:03 WIB
BEKASI - Lebih dari sepekan ribuan nelayan di Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi tidak bisa melaut. Pasalnya, mereka kesulitan mendapatkan BBM solar bersubsidi dan pertalite.
Seperti di Desa Pantai Bahagia. Sekitar 1.500 nelayan di wilayah tersebut pendapatannya menurun drastis karena tidak bisa melaut lantaran tidak mendapatkan BBM bersubsidi.
Selama ini nelayan membeli BBM di SPBU Batujaya, Kabupaten Karawang. Saat ini pihak SPBU tidak bisa melayani mereka karena mengalami kelebihan penjualan dari sektor pertanian.
”Di Muaragembong tidak ada SPBU, jadi nelayan biasanya beli BBM bersubsidi di Batujaya Karawang, nah sekarang mereka kesulitan melaut karena tidak bisa mendapatkan BBM,” ucap Sekretaris Desa Pantai Bahagia, Ahmad Qurtubi, Kamis (20/6/2022).
Dia mengatakan, pihak desa mengajukan surat permohonan pembangunan SPBU khusus untuk nelayan ke Dinas Pertanian, Pemkab Bekasi dan BP Migas. Jika direalisasikan, maka lokasi pembangunannya akan berada di Desa Pantai Bahagia atau Pantai Mekar.
”Nelayan yang menggunakan perahu jenis ketinting butuh lebih 10 liter pertalite per hari, kalau yang pakai perahu jenis jukung butuh 30 sampai 40 liter solar per hari, makanya kami minta supaya dibangun SPBU khusus untuk nelayan,” ungkapnya.
Camat Muaragembong, Lukman Hakim membenarkan hingga saat ini di wilayahnya tidak ada SPBU. Kondisi itu pun menjadi salah satu penyebab ribuan nelayan sulit melaut jika tidak bisa mendapat pasokan BBM bersubsidi dari SPBU Batujaya Karawang.
”Surat permohonan pembangunan SPBU akan kami sampaikan ke Pak Pj Bupati Bekasi, draft-nya sudah ada. Jadi memang alasan utamanya nelayan kesulitan mendapatkan BBM solar bersubsidi,” katanya.
Selain permohonan pembangunan SPBU, pihak kecamatan juga mengusulkan untuk mengaktifkan kembali fasilitas penyalur BBM bersubsidi yang telah vakum lebih dari 10 tahun lamanya.
”Fasilitas penyalur BBM ini dulu sudah ada, tiba-tiba mandek, gak tahu sebabnya, nah ini supaya diaktifkan kembali. Jadi selain SPBU untuk umum, juga untuk nelayan, karena ini kan untuk perekonomian nelayan juga,” tegasnya.
Seperti di Desa Pantai Bahagia. Sekitar 1.500 nelayan di wilayah tersebut pendapatannya menurun drastis karena tidak bisa melaut lantaran tidak mendapatkan BBM bersubsidi.
Selama ini nelayan membeli BBM di SPBU Batujaya, Kabupaten Karawang. Saat ini pihak SPBU tidak bisa melayani mereka karena mengalami kelebihan penjualan dari sektor pertanian.
”Di Muaragembong tidak ada SPBU, jadi nelayan biasanya beli BBM bersubsidi di Batujaya Karawang, nah sekarang mereka kesulitan melaut karena tidak bisa mendapatkan BBM,” ucap Sekretaris Desa Pantai Bahagia, Ahmad Qurtubi, Kamis (20/6/2022).
Dia mengatakan, pihak desa mengajukan surat permohonan pembangunan SPBU khusus untuk nelayan ke Dinas Pertanian, Pemkab Bekasi dan BP Migas. Jika direalisasikan, maka lokasi pembangunannya akan berada di Desa Pantai Bahagia atau Pantai Mekar.
”Nelayan yang menggunakan perahu jenis ketinting butuh lebih 10 liter pertalite per hari, kalau yang pakai perahu jenis jukung butuh 30 sampai 40 liter solar per hari, makanya kami minta supaya dibangun SPBU khusus untuk nelayan,” ungkapnya.
Camat Muaragembong, Lukman Hakim membenarkan hingga saat ini di wilayahnya tidak ada SPBU. Kondisi itu pun menjadi salah satu penyebab ribuan nelayan sulit melaut jika tidak bisa mendapat pasokan BBM bersubsidi dari SPBU Batujaya Karawang.
”Surat permohonan pembangunan SPBU akan kami sampaikan ke Pak Pj Bupati Bekasi, draft-nya sudah ada. Jadi memang alasan utamanya nelayan kesulitan mendapatkan BBM solar bersubsidi,” katanya.
Selain permohonan pembangunan SPBU, pihak kecamatan juga mengusulkan untuk mengaktifkan kembali fasilitas penyalur BBM bersubsidi yang telah vakum lebih dari 10 tahun lamanya.
”Fasilitas penyalur BBM ini dulu sudah ada, tiba-tiba mandek, gak tahu sebabnya, nah ini supaya diaktifkan kembali. Jadi selain SPBU untuk umum, juga untuk nelayan, karena ini kan untuk perekonomian nelayan juga,” tegasnya.
(ams)
tulis komentar anda