Kisah Sopir Bus saat Mudik, Kerja Ekstra Dibayar Tak Terasa
Rabu, 27 April 2022 - 07:53 WIB
JAKARTA - Fenomena mudik lebaran erat kaitannya dengan masyarakat Indonesia. Pasalnya, banyak dari mereka yang mengadu nasib ke kota-kota besar dan memanfaatkan libur lebaran sebagai celah bertemu dengan keluarga di kampung halamannya.
Fenomena mudik tidak hanya dirasakan olah umat muslim saja. Berbagai agama serta profesi, turut memeriahkan momen tersebut. Salah satunya, para sopir bus yang senantiasa mengantar pemudik hingga tempat tujuan.
Salah seorang sopir bus Budiman, jurusan Jakarta - Tasik Rian Arifin mengaku, cukup antusias diperbolehkannya mudik oleh pemerintah saat ini. Namun, jika berbicara kapasitas penumpang, menurutnya, masih jauh jika dibandingkan dengan lebaran sebelum pandemi Covid-19.
”Dulu sebelum lockdown, H-10 aja itu udah rame. Kalau sekarang berapa hari lagi mau lebaran masih sepi. Jadi kalau dulu rame sampai rebutan, sekarang normal-normal saja,” ujar Rian saat ditemui wartawan di Terminal Kampung Rambutan, Rabu (27/4/2022).
Menurut Rian, kebijakan saat pandemi banyak merugikan para sopir bus. Salah satunya, terkait ongkos jalan. Rian mengeluhkan, tetap tidak ada penaikan ongkos jalan meskipun penumpang dalam keadaan penuh.
”Kalau dulu seratus, tiap jalan itu. Kalau lebaran sekarang cuman dikasih Rp30 ribu. Mau penuh sepi gak ada bedanya, jadi kalau sistem gaji segitu, tetep aja gaji segitu,” jelasnya.
Rian menambahkan, ongkos tersebut Ia dapatkan seusai mengantar penumpang sekali jalan.”Jadi itu satu kali jalan. Jadi misalnya dari Tasik terus balik ke Jakarta baru dikasih gaji sama uang tambahan Rp 30 ribu itu," tuturnya.
Fenomena mudik tidak hanya dirasakan olah umat muslim saja. Berbagai agama serta profesi, turut memeriahkan momen tersebut. Salah satunya, para sopir bus yang senantiasa mengantar pemudik hingga tempat tujuan.
Salah seorang sopir bus Budiman, jurusan Jakarta - Tasik Rian Arifin mengaku, cukup antusias diperbolehkannya mudik oleh pemerintah saat ini. Namun, jika berbicara kapasitas penumpang, menurutnya, masih jauh jika dibandingkan dengan lebaran sebelum pandemi Covid-19.
”Dulu sebelum lockdown, H-10 aja itu udah rame. Kalau sekarang berapa hari lagi mau lebaran masih sepi. Jadi kalau dulu rame sampai rebutan, sekarang normal-normal saja,” ujar Rian saat ditemui wartawan di Terminal Kampung Rambutan, Rabu (27/4/2022).
Menurut Rian, kebijakan saat pandemi banyak merugikan para sopir bus. Salah satunya, terkait ongkos jalan. Rian mengeluhkan, tetap tidak ada penaikan ongkos jalan meskipun penumpang dalam keadaan penuh.
”Kalau dulu seratus, tiap jalan itu. Kalau lebaran sekarang cuman dikasih Rp30 ribu. Mau penuh sepi gak ada bedanya, jadi kalau sistem gaji segitu, tetep aja gaji segitu,” jelasnya.
Rian menambahkan, ongkos tersebut Ia dapatkan seusai mengantar penumpang sekali jalan.”Jadi itu satu kali jalan. Jadi misalnya dari Tasik terus balik ke Jakarta baru dikasih gaji sama uang tambahan Rp 30 ribu itu," tuturnya.
tulis komentar anda