Diabadikan Nama Jalan di Bogor, Berikut 5 Fakta tentang Tirto Adhi Soerjo

Rabu, 10 November 2021 - 15:51 WIB
2. Mendirikan Sarikat Priyayi dan Sarikat Dagang Islam.

Pada tahun 1906 atau dua tahun sebelum perkumpulan Budi Utomo lahir, Tirto sudah mendirikan organisasi pribumi bercorak modern pertama dengan nama Sarikat Priyayi. Organisasi ini yang kemudian cikal bakal melahirkan surat kabar Medan Prijaji pada tahun 1907. Tirto kemudian mendirikan Sarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911 di Bogor. Sarekat Dagang Islam selanjutnya berubah nama menjadi Sarekat Islam setelah H.O.S Tjokroaminoto masuk dalam organisasi atas ajakan H Samanhudi.

3. Perintis perjuangan nasional modern.

Dalam buku Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, karya Takashi Shiraishi, disebutkan Tirto merupakan putra pribumi pertama yang menggerakkan bangsa melalui tulisan. Tirto dikenal memiliki kepiawaian dan ketajaman pikiran dalam setiap tulisannya. Takeshi menyebut Titro sebagai perintis model perjuangan nasional modern, yakni lewat tulisan di koran dan organisasi.

4. Corong suara rakyat lawan kolonialisme.

Tirto benar-benar memanfaatkan media yang ia terbitkan sebagai corong suara rakyat melawan kolonialisme. Titro tak gentar dengan risiko atas tulisannya, mulai dari dibuang, diasingkan, hingga dimiskinkan. Bahkan, meskipun sebagai "pemilik media" namun wafatnya tanpa pemberitaan besar.

Dalam buku 'Pers Pergerakan dan Kebangsaan' yang ditulis Iswara Noor Raditya Akbar, disebutkan kritik-ktritik Tirto melalui tulisan pemberitaan benar-benar membuat gerah pejabat kolonial Belanda saat itu.

5. Ungkap kisah cinta para nyai.

Surat kabar Medan Prijaji yang diterbitkan Tirto pada tahun 1907 tidak hanya berisi kritikan kepada Pemerintah Kolonial. Dalam rubriknya ternyata ada cerita roman fiksi yang dimuat bersambung. Cerita roman yang ditulis Tirto merupakan gambaran kehidupan pada masa itu.

Temanya adalah kisah cinta para nyai atau wanita simpanan dengan segala intriknya. Cukup banyak bumbu seks yang disuguhkan dalam tulisan. Namun hal itu bukan pornografi, karena dianggap lumrah dalam kehidupan masyarakat saat itu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More