Sepi Wisatawan, Pedagang di Puncak Bogor Kibarkan Bendera Putih
Kamis, 05 Agustus 2021 - 18:16 WIB
BOGOR - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Puncak Bogor tepatnya Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor memasang bendera putih. Hal itu sebagai bentuk pesan maupun kondisi pedagang yang tengah terpuruk karena sepinya wisatawan .
Pantauan MNC Portal, bendera putih itu mulai terlihat dari wilayah Desa Tugu Utara sampai Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Ada yang terpasang di beberapa persimpangan jalan dan lapak pedagang itu sendiri.
Terlihat pula kondisi lalu lintas di Jalur Puncak yang sangat lengang. Kemudian, tak sedikit pula lapak pedagang kaki lima hingga tempat makan yang tutup.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak, Teguh Mulyana mengatakan, aksi pemasangan bendera putih dari para pedagang atau pelaku usaha kecil ini sebagai pesan bahwa mereka tengah terpuruk. Pasalnya, semenjak pandemi khususnya masa PPKM kawasan Puncak sepi dari wisatawan.
"Selama pandemi atau PPKM ini kan kunjungan wisatawan ke Puncak sepi. Kalaupun ada juga yang lewat paling angkutan sayuran atau lewat saja, bukan wisatawan. Jadi mereka masang bendera putih di warung-warung ini menyampaikan unek-uneknya," kata Teguh kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Pemasangan bendera putih ini lebih dipilih karena menghindari aksi demo yang bisa membuat kerumunan. Yang penting, pesan atau maksud dari para pedagang bisa tersampaikan ke pemerintah.
"Hanya menyampaikan unek-uneknya, tidak ada aksi demo, tidak ada arogansi atau yang lainnya. Pemasangan ini mereka hanya menyerah gitu, para pramuwisata pedagang dirugikan PPKM. Meskipun ada bahasa di Gadog itu penyekatan dilonggarkan tapi tetap wisatawan tidak ada," ungkapnya.
Teguh berharap, pemerintah tidak kembali memperpanjang PPKM karena sebagian besar warga Puncak hidup dari wisatawan. Para pedagang pun akan siap mematuhi protokol kesehatan apabila wisatawan berkunjung ke lapak dagangan mereka.
"Kami bukan 10 orang, tapi anggota sampai ribuan orang. Kalau PPKM terus diperpanjang, mereka tidak bisa makan, tidak bisa menafkahi anak istri. Kuncinya adalah kunjungan wisatawan," harap Teguh.
Sementara itu, salah satu pedagang nasi uduk Hamid (51) mengakui bahwa omset penjualannya merosot dratis selama pandemi covid-19 terutama PPKM. "Anjlok. Buat makan aja susah. Paling besar pendapatan saya itu dalam satu hari cuma Rp100.000. Belum buat belanja bahan belum buat makan sehari-hari. Pokoknya serba sulit," keluh Hamid.
Pria yang sudah berjualan belasan tahun di kawasan Puncak Bogor ini pun tidak ingin terlalu banyak berharap kepada bantuan dari pemerintah. Karena, yanh lebih diharapkan pendapatannya kembali normal seperti sediakala dengan kembalinya wisatawan.
"Kalau bansos dari pemerintah paling hanya cukup buat satu Minggu. Terus nanti sisanya kami bagaimana. Yang saya ingin pemerintah ikut memikirkan nasib kami sebagai rakyat," ucapnya.
Pantauan MNC Portal, bendera putih itu mulai terlihat dari wilayah Desa Tugu Utara sampai Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua. Ada yang terpasang di beberapa persimpangan jalan dan lapak pedagang itu sendiri.
Terlihat pula kondisi lalu lintas di Jalur Puncak yang sangat lengang. Kemudian, tak sedikit pula lapak pedagang kaki lima hingga tempat makan yang tutup.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak, Teguh Mulyana mengatakan, aksi pemasangan bendera putih dari para pedagang atau pelaku usaha kecil ini sebagai pesan bahwa mereka tengah terpuruk. Pasalnya, semenjak pandemi khususnya masa PPKM kawasan Puncak sepi dari wisatawan.
"Selama pandemi atau PPKM ini kan kunjungan wisatawan ke Puncak sepi. Kalaupun ada juga yang lewat paling angkutan sayuran atau lewat saja, bukan wisatawan. Jadi mereka masang bendera putih di warung-warung ini menyampaikan unek-uneknya," kata Teguh kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Pemasangan bendera putih ini lebih dipilih karena menghindari aksi demo yang bisa membuat kerumunan. Yang penting, pesan atau maksud dari para pedagang bisa tersampaikan ke pemerintah.
"Hanya menyampaikan unek-uneknya, tidak ada aksi demo, tidak ada arogansi atau yang lainnya. Pemasangan ini mereka hanya menyerah gitu, para pramuwisata pedagang dirugikan PPKM. Meskipun ada bahasa di Gadog itu penyekatan dilonggarkan tapi tetap wisatawan tidak ada," ungkapnya.
Teguh berharap, pemerintah tidak kembali memperpanjang PPKM karena sebagian besar warga Puncak hidup dari wisatawan. Para pedagang pun akan siap mematuhi protokol kesehatan apabila wisatawan berkunjung ke lapak dagangan mereka.
"Kami bukan 10 orang, tapi anggota sampai ribuan orang. Kalau PPKM terus diperpanjang, mereka tidak bisa makan, tidak bisa menafkahi anak istri. Kuncinya adalah kunjungan wisatawan," harap Teguh.
Sementara itu, salah satu pedagang nasi uduk Hamid (51) mengakui bahwa omset penjualannya merosot dratis selama pandemi covid-19 terutama PPKM. "Anjlok. Buat makan aja susah. Paling besar pendapatan saya itu dalam satu hari cuma Rp100.000. Belum buat belanja bahan belum buat makan sehari-hari. Pokoknya serba sulit," keluh Hamid.
Pria yang sudah berjualan belasan tahun di kawasan Puncak Bogor ini pun tidak ingin terlalu banyak berharap kepada bantuan dari pemerintah. Karena, yanh lebih diharapkan pendapatannya kembali normal seperti sediakala dengan kembalinya wisatawan.
"Kalau bansos dari pemerintah paling hanya cukup buat satu Minggu. Terus nanti sisanya kami bagaimana. Yang saya ingin pemerintah ikut memikirkan nasib kami sebagai rakyat," ucapnya.
(hab)
tulis komentar anda