Panas, 2 Kandidat Wali Kota Depok Saling Sindir di Debat Putaran Ketiga
Jum'at, 04 Desember 2020 - 22:50 WIB
DEPOK - Debat putaran ketiga Pilkada Kota Depok 2020 berlangsung sengit karena kedua pasangan saling serang komentar. Dimulai dari pasangan Pradi Supriatna-Afifah Alia yang membahas soal pengelolaan budaya Depok.
Pradi mengatakan, akan membangun ruang-ruang kebudayaan sebagai ruang khusus bagi generasi muda. “Kemudian kami pastikan kami akan menjaga dan melestarikan cagar budaya yang ada di kota Depok terjaga dengan baik kami akan berupaya bangunan-bangunan bersejarah tersebut menjadi milik pemerintah Singapura lebih terjaga kami pastikan mengkampanyekan keberagaman budaya di Kota Depok sekarang,” kata Pradi, Jumat (4/12/2020).
Pradi sempat menyentil soal kurangnya baiknya pengelolaan peninggalan sejarah di Depok. Menurutnya, peninggalan sejarah yang ada bisa menjadi destinasi wisata jika dikelola dengan baik. “Tidak adanya pembinaan budaya atau kurang maksimalnya kegiatan budaya dan tidak diberikan kepada orang yang tepat terkait dengan pengelolaan budaya di Kota Depok, kami punya catatan dengan itu bahkan ada salah satu yang memang seharusnya menjadi ketua dewan budaya Kota Depok diberikan rekomendasi oleh Pak Walikota kemarin dan ini sangat disayangkan,” ujar Pradi.
Hal itu pun disanggah oleh pasangan lawan yaitu Mohammad Idris-Imam Budi Hartono . Menurut Idris, apa yang dikatakan Pradi tidak tepat. “Saya ralat sedikit, tidak ada dewan dan belum ada dewan kebudayaan di Kota Depok. Yang ada adalah dewan kesenian kota Depok dan pada waktu itu diketuai oleh Bapak Wali Kota, kepala dinas yang ada di pemerintah. Kepada ketua dewan kesenian itu memang pertimbangan jangan sampai ini didominasi oleh fungsionaris partai politik agar lebih netral,” kata Idris.
Pradi langsung menanggapi bahwa apakah tidak boleh fungsionaris partai itu memegang salah satu kegiatan yang memang ada di Kota Depok. Dia menyentil Idris agar bisa memberikan kesempatan kepada profesional untuk membangun dan membangun budaya itu sendiri. (Baca: Pilkada Tangsel Memanas, Pendukung Paslon Nomor 1 dan 3 Mulai Gontok-gontokkan)
“Dan saya pikir proses itu sudah benar ya cuma memang nampaknya bisa dilihat dari berbagai lembaga-lembaga yang ada terus terang saya mengatakan banyak dikuasai oleh kelompok Pak Idris. Dan ini saya pikir kurang tepat buat ke depan kita harus bisa menyiapkan dan memberikan kesempatan berbagai stakeholder yang ada sesuai dengan kompetensinya sesuai dengan kemampuannya,” ucapnya.
Pada bagian lain debat, giliran Imam Budi Hartono yang menyerang lawannya yaitu Afifah Alia. Imam memulai dengan ungkapan bahwa Afifah kerap kali tidak paham soal singkatan-singkatan yang dilontarkannya. Imam bertanya soal rencana implementasi janji Afifah menaikkan kesejahteraan guru swasta 3 kali lipat dari sebelumnya, melalui mekanisme di KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara)."Kalau tidak tahu KUA-PPAS, kebijakan umum anggaran, terima kasih," kata Imam.
Afifah menjawab, soal mekanismenya pastinya akan dipelajari. “Yang jelas satu, guru-guru di Depok masih mengeluh bahwa insentifnya sangat rendah. Masalah-masalah seperti itu akan learning by doing," kata Afifah.
Kemudian Afifah menyoroti soal rencananya akan menempatkan ASN pada tempatnya, mengklaim bahwa program yang akan mereka bangun tak akan hanya jadi wacana. "Dari dulu 15 tahun bicara Depok Cyber City, bicara smart city ternyata kenyataannya pelayanan secara online cuma tiga," sindir Afifah.
Afifah menyinggung soal program 1.000 kios yang dianggap tidak sesuai sama keinginan UMKM. Bahkan kini kiosnya mangkrak. Bicara lagi Depok bebas sampah, dapat Adipura, padahal kali di Depok penuh dengan sampah. “Saya merasa bahwa semua pemimpin awalnya juga tidak punya pengalaman. Pak Jokowi juga tidak punya pengalaman dalam memimpin tapi bagaimana jiwa pemimpin, bagaimana mengatur, itu yang terpenting," katanya.
Setelah Afifah selesai bicara, Imam pun menimpalinya. Imam mengatakan apa yang diungkapkan Afifah terlalu jauh dari yang dia tanyakan. "Terima kasih, Bu Afifah luar biasa, menjawabnya terlalu jauh dari apa yang saya tanyakan. Yang saya tanyakan adalah 3 kali lipat kesejahteraan guru SMA dan SMK swasta yang pernah saya dengar dalam kampanyenya. Saya juga bingung bagaimana menanggapi apa yang disampaikan Bu Afifah, terlalu tidak fokus terhadap apa yang ditanyakan oleh kami. Kami melihat bahwa ini saatnya bisa disetop oleh penyelenggara karena apa yang ditanyakan oleh kami ternyata jawabannya terlalu luas, seluas lautan," pungkasnya.
Pradi mengatakan, akan membangun ruang-ruang kebudayaan sebagai ruang khusus bagi generasi muda. “Kemudian kami pastikan kami akan menjaga dan melestarikan cagar budaya yang ada di kota Depok terjaga dengan baik kami akan berupaya bangunan-bangunan bersejarah tersebut menjadi milik pemerintah Singapura lebih terjaga kami pastikan mengkampanyekan keberagaman budaya di Kota Depok sekarang,” kata Pradi, Jumat (4/12/2020).
Pradi sempat menyentil soal kurangnya baiknya pengelolaan peninggalan sejarah di Depok. Menurutnya, peninggalan sejarah yang ada bisa menjadi destinasi wisata jika dikelola dengan baik. “Tidak adanya pembinaan budaya atau kurang maksimalnya kegiatan budaya dan tidak diberikan kepada orang yang tepat terkait dengan pengelolaan budaya di Kota Depok, kami punya catatan dengan itu bahkan ada salah satu yang memang seharusnya menjadi ketua dewan budaya Kota Depok diberikan rekomendasi oleh Pak Walikota kemarin dan ini sangat disayangkan,” ujar Pradi.
Hal itu pun disanggah oleh pasangan lawan yaitu Mohammad Idris-Imam Budi Hartono . Menurut Idris, apa yang dikatakan Pradi tidak tepat. “Saya ralat sedikit, tidak ada dewan dan belum ada dewan kebudayaan di Kota Depok. Yang ada adalah dewan kesenian kota Depok dan pada waktu itu diketuai oleh Bapak Wali Kota, kepala dinas yang ada di pemerintah. Kepada ketua dewan kesenian itu memang pertimbangan jangan sampai ini didominasi oleh fungsionaris partai politik agar lebih netral,” kata Idris.
Pradi langsung menanggapi bahwa apakah tidak boleh fungsionaris partai itu memegang salah satu kegiatan yang memang ada di Kota Depok. Dia menyentil Idris agar bisa memberikan kesempatan kepada profesional untuk membangun dan membangun budaya itu sendiri. (Baca: Pilkada Tangsel Memanas, Pendukung Paslon Nomor 1 dan 3 Mulai Gontok-gontokkan)
“Dan saya pikir proses itu sudah benar ya cuma memang nampaknya bisa dilihat dari berbagai lembaga-lembaga yang ada terus terang saya mengatakan banyak dikuasai oleh kelompok Pak Idris. Dan ini saya pikir kurang tepat buat ke depan kita harus bisa menyiapkan dan memberikan kesempatan berbagai stakeholder yang ada sesuai dengan kompetensinya sesuai dengan kemampuannya,” ucapnya.
Pada bagian lain debat, giliran Imam Budi Hartono yang menyerang lawannya yaitu Afifah Alia. Imam memulai dengan ungkapan bahwa Afifah kerap kali tidak paham soal singkatan-singkatan yang dilontarkannya. Imam bertanya soal rencana implementasi janji Afifah menaikkan kesejahteraan guru swasta 3 kali lipat dari sebelumnya, melalui mekanisme di KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara)."Kalau tidak tahu KUA-PPAS, kebijakan umum anggaran, terima kasih," kata Imam.
Afifah menjawab, soal mekanismenya pastinya akan dipelajari. “Yang jelas satu, guru-guru di Depok masih mengeluh bahwa insentifnya sangat rendah. Masalah-masalah seperti itu akan learning by doing," kata Afifah.
Kemudian Afifah menyoroti soal rencananya akan menempatkan ASN pada tempatnya, mengklaim bahwa program yang akan mereka bangun tak akan hanya jadi wacana. "Dari dulu 15 tahun bicara Depok Cyber City, bicara smart city ternyata kenyataannya pelayanan secara online cuma tiga," sindir Afifah.
Afifah menyinggung soal program 1.000 kios yang dianggap tidak sesuai sama keinginan UMKM. Bahkan kini kiosnya mangkrak. Bicara lagi Depok bebas sampah, dapat Adipura, padahal kali di Depok penuh dengan sampah. “Saya merasa bahwa semua pemimpin awalnya juga tidak punya pengalaman. Pak Jokowi juga tidak punya pengalaman dalam memimpin tapi bagaimana jiwa pemimpin, bagaimana mengatur, itu yang terpenting," katanya.
Setelah Afifah selesai bicara, Imam pun menimpalinya. Imam mengatakan apa yang diungkapkan Afifah terlalu jauh dari yang dia tanyakan. "Terima kasih, Bu Afifah luar biasa, menjawabnya terlalu jauh dari apa yang saya tanyakan. Yang saya tanyakan adalah 3 kali lipat kesejahteraan guru SMA dan SMK swasta yang pernah saya dengar dalam kampanyenya. Saya juga bingung bagaimana menanggapi apa yang disampaikan Bu Afifah, terlalu tidak fokus terhadap apa yang ditanyakan oleh kami. Kami melihat bahwa ini saatnya bisa disetop oleh penyelenggara karena apa yang ditanyakan oleh kami ternyata jawabannya terlalu luas, seluas lautan," pungkasnya.
(hab)
tulis komentar anda