Survei Kepatuhan Protokol Covid-19, Pradi-Afifah Raih 60 Persen Suara
Jum'at, 04 Desember 2020 - 07:50 WIB
DEPOK - Lembaga Survey Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) kembali melakukan survei Pilkada Kota Depok , menjelang pencoblosan 9 Desember mendatang. Hasil survey DEEP menempatkan pasangan calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna- Afifah Alia , memperoleh suara 60 persen.
Sementara pasangan Mohammad Idris - Imam Budi Hartono hanya mendapatkan presentase sebesar 31%, dan 9% responden menyatakan tidak tahu. (Baca juga: Pradi Supriatna Sebut Pembangunan di Kota Depok Bergerak Lambat)
Koordinator DEEP Kota Depok, Fajri Syahiddinillah, mengatakan, survey yang dilakukan DEEP sudab ketiga kali. Untuk survey ketiga ini mengangkat soal Survei Metedologi Kampanye dan Kepatuhan Protokol Covid-19.
“Survei menggunakan metodelogi sampling dengan jumlah 800 responden, melalui wawancara dan tatap muka, dengan margin of errornya sebesar 3,5%, periode 29 November-2 Desember 2020,” kata Fajto, Jumat (4/12/2020). (Baca juga: Debat Kedua Pilkada Kota Depok Tanpa Idris, Imam Paparkan Program Unggulan)
Menurut dia, hasil keterpilihan ini bisa berdasarkan banyak faktor. Melihat dari survei yang dilakukan terkait tema, metodologi yang dilakukan paslon nomor urut 1 Pradi-Afifah, melakukan kampanye dengan pertemuan terbatas sebanyak 25 persen. Kampanye dengan blusukan sebanyak 32 persen, sedangkan untuk kampanye secara daring atau online sebanyak 21 persen.
Sedangkan paslon nomor urut 2, melakukan kampanye dengan pertemuan terbatas sebanyak 24 persen, blusukan sebanyak 17 persen, dan daring atau online 23 persen. "Untuk kampanye pertemuan terbatas paslon Pradi-Afifah unggul 2 persen, blusukan unggul 32 persen, daring 6 persen dari paslon Idris-Imam," tandasnya.
Dalam survei yang dilakukan DEEP, paling banyak responden adalah milenial dengan usia 17-27 tahun sebanyak 40 persen. Survei dilakukan menurut kelurahan yang dipilih secara acak dan proposional, 10 Laki-laki dan 10 perempuan berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) KPU depok.
"Keterpilihan paslon Pradi-Afifah lebih unggul di banding paslon Idris-Imam. Akan tetapi kampanye terus digencarkan oleh masing-masing paslon dan timses untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas yang nantinya bisa dikonversi menjadi suara pemilih," pungkasnya.
Sementara pasangan Mohammad Idris - Imam Budi Hartono hanya mendapatkan presentase sebesar 31%, dan 9% responden menyatakan tidak tahu. (Baca juga: Pradi Supriatna Sebut Pembangunan di Kota Depok Bergerak Lambat)
Koordinator DEEP Kota Depok, Fajri Syahiddinillah, mengatakan, survey yang dilakukan DEEP sudab ketiga kali. Untuk survey ketiga ini mengangkat soal Survei Metedologi Kampanye dan Kepatuhan Protokol Covid-19.
“Survei menggunakan metodelogi sampling dengan jumlah 800 responden, melalui wawancara dan tatap muka, dengan margin of errornya sebesar 3,5%, periode 29 November-2 Desember 2020,” kata Fajto, Jumat (4/12/2020). (Baca juga: Debat Kedua Pilkada Kota Depok Tanpa Idris, Imam Paparkan Program Unggulan)
Menurut dia, hasil keterpilihan ini bisa berdasarkan banyak faktor. Melihat dari survei yang dilakukan terkait tema, metodologi yang dilakukan paslon nomor urut 1 Pradi-Afifah, melakukan kampanye dengan pertemuan terbatas sebanyak 25 persen. Kampanye dengan blusukan sebanyak 32 persen, sedangkan untuk kampanye secara daring atau online sebanyak 21 persen.
Sedangkan paslon nomor urut 2, melakukan kampanye dengan pertemuan terbatas sebanyak 24 persen, blusukan sebanyak 17 persen, dan daring atau online 23 persen. "Untuk kampanye pertemuan terbatas paslon Pradi-Afifah unggul 2 persen, blusukan unggul 32 persen, daring 6 persen dari paslon Idris-Imam," tandasnya.
Dalam survei yang dilakukan DEEP, paling banyak responden adalah milenial dengan usia 17-27 tahun sebanyak 40 persen. Survei dilakukan menurut kelurahan yang dipilih secara acak dan proposional, 10 Laki-laki dan 10 perempuan berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) KPU depok.
"Keterpilihan paslon Pradi-Afifah lebih unggul di banding paslon Idris-Imam. Akan tetapi kampanye terus digencarkan oleh masing-masing paslon dan timses untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas yang nantinya bisa dikonversi menjadi suara pemilih," pungkasnya.
(thm)
tulis komentar anda