Sejarah Jatinegara, Saksi Bisu Perjuangan Kesultanan Banten Melawan Penjajah Belanda

Sabtu, 29 Juli 2023 - 05:02 WIB
Stasiun Jatinegara merupakan cagar budaya di Jakarta Timur. Nama Jatinegara diambil dari kata Jatina Nagara dan menjadi tanda perlawanan Kesultanan Banten terhadap pemerintah Belanda. Foto: Dok SINDOnews
JAKARTA - Bagi Anda warga Jabodetabek, terutama DKI Jakarta pasti tak asing lagi dengan nama Jatinegara. Kecamatan Jatinegara di Jakarta Timur ini memiliki 8 kelurahan yakni Bali Mester, Kampung Melayu, Bidara Cina, Cipinang Cempedak, Rawa Bunga, Cipinang Besar Utara, Cipinang Besar Selatan, dan Cipinang Muara.

Jatinegara memiliki sejarah panjang yang menjadi arena perang di masa lalu. Nama Jatinegara diambil dari kata “Jatina Nagara” dan menjadi tanda perlawanan Kesultanan Banten terhadap pemerintah Belanda. Jatinegara adalah permukiman pangeran-pangeran di kesultanan tersebut sekitar abad ke-17.

Area ini juga menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat melawan penjajah Belanda. Jatinegara menjadi lokasi pelarian Pangeran Jayakarta dan para pengikutnya usai dikalahkan pasukan Belanda pimpinan Jan Pieterszoon Coen di tahun 1619.





Jatinegara yang kala itu terdiri dari pohon-pohon jati dianggap menjadi tempat terbaik untuk mengasingkan diri. Pangeran Jayakarta membuka hutan tersebut dan mendirikan pemerintahannya sendiri.

Setelah itu, seorang pemuka dan guru agama Kristen, Cornelis Senen atau Meester Cornelis dari Kepulauan Banda, Maluku membeli tanah tersebut pada tahun 1661.

Wilayah ini kemudian berkembang pesat dan dihuni banyak orang. Melansir laman Perpusnas, sarana transportasi pendukung seperti jalur kereta yang menghubungkan daerah Meester Cornelis dengan Jakarta Kota mulai dibangun pada 6 April 1875. Sementara itu, trem uap mulai beroperasi pada tahun 1881.

Wilayah Meester Cornelis ternyata masuk dalam jalur pembangunan Jalan Anyer-Panarukan oleh Daendels. Dengan begitu, tingkat perekonomian masyarakat semakin berkembang cukup pesat.

Meester Cornelis terbukti menjadi salah satu pusat perdagangan Hindia Belanda yang banyak menarik atensi masyarakat.

Pemerintah Hindia Belanda lalu memutuskan membentuk Pemerintahan Kotapraja Meester Cornelis beriringan dengan pembentukan Kotapraja Batavia. Tepat pada 1 Januari 1935, Kotapraja Meester Cornelis bergabung dengan Batavia.

Penyebutan nama Jatinegara baru ramai dilakukan ketika Jepang berkuasa. Hal itu dipilih karena tentara Jepang mengganti seluruh istilah atau nama dan atribut yang berkaitan dengan Belanda. Jepang kemudian mencari alternatif nama lain yang berasal dari istilah Melayu.
(jon)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More