Unik, di Sini Utang Uang Bayar Pakai Sampah

Kamis, 23 April 2015 - 07:30 WIB
Unik, di Sini Utang Uang Bayar Pakai Sampah
Unik, di Sini Utang Uang Bayar Pakai Sampah
A A A
JAKARTA - Ada yang unik di kawasan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat. Sebagian warga di kawasan ini membayar utang jutaan rupiah dengan sampah rumah tangga milik mereka masing-masing.

Ya, di RT 14/16, Kebon Kosong ini aparat pemerintahan Kecamatan Kemayoran menyediakan bank sampah. Melalui bank ini, warga setempat dapat meminjam uang yang dibayar menggunakan sampah.

Salah seorang warga Rudi Hermawan mengatakan, pernah mengalami kesulitan karena harus membutuhkan uang Rp2 juta dalam waktu cepat. Karena tidak memiliki tabungan, Rudi pun menyampaikan keluh kesahnya kepada Joko petugas bank sampah di kawasan tersebut.

"Saya diberi pinjaman uang Rp2 juta oleh bank sampah. Uang itu saya kembalikan bukan dalam bentuk uang, tetapi bentuknya sampah," kata Rudi, Rabu 22 April kemarin kepada Sindonews.
Rudi mengaku cara ini sangat membantu dan tak membuatnya terbebani karena hanya menggantinya menggunakan sampah.

Dengan adanya bank sampah, sedikit banyak pola hidupnya menjadi berubah. Jika sebelumnya tidak peduli ketika melihat botol air mineral di jalan, saat ini jika menemukan botol air mineral langsung diambil dan disimpan.

"Dalam satu hari dirinya bisa mengumpulkan 2 kg sampah non-organik dan 1 kg sampah organik," ucapnya. Melalui sampah inilah Rudi telah membayar lunas seluruh utangnya. Kini Rudi tetap mengumpulkan sampah tersebut karena dapat ditukar dengan uang.

Camat Kemayoran Heri Purnomo mengatakan, masyarakat di Kebon Kosong sudah mengalami perubahan paradigma tentang sampah. Mereka kini berbondong mengumpulkan sampah rumah tangga.

Menurut Heri, sampah rumah tangga masih memiliki nilai jual. Untuk sampah organik seperti bekas sayuran, olahan daging dan hewan seperti ayam dan ikan. Sementara sampah non-organik yakni botol air mineral, plastik mi instan dan kardus.

"Sampah organik dihargai Rp500 per kilo, sementara untuk sampah non-organik dihargai Rp700," katanya. Terkait teknis penghitungan sampah, Heri melanjutkan, ketua RW bertanggung jawab atas warganya, artinya ketua RW yang memiliki data warganya menyerahkan kepada petugas bank sampah.

Sehingga ketika warga datang membawa sampah ada petugas yang melakukan penimbangan. Setelah ditimbang diketahui berapa nilai sampah. Kemudian diberikan pilihan kepada masyarakat, apakah uang hasil penjualan sampah itu mau diberikan hari itu juga, atau satu minggu sekali, satu bulan sekali bahkan satu tahun sekali.

Dengan demikian masyarakat Kebon Kosong bisa mandiri baik dalam memilah sampah maupun dalam segi ekonomi karena mendapatkan keuntungan dari penjualan sampah tersebut.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6382 seconds (0.1#10.140)