Maju di Pilkada Depok, JJ Rizal Klaim Banyak Dukungan
A
A
A
DEPOK - Sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal mengklaim banyak didukung oleh kalangan pengamat, akademisi dan aktivis untuk maju dalam Pilkada Depok 2015.
Sebagai warga Beji, Depok, Rizal mengaku jatuh hati dengan Depok yang sudah sejak abad ke 17 menjadi kota penyangga atau kota transit.
"Banyak teman - teman pengamat dukung saya, Depok ini kota tak mandiri. Lapangan pekerjaan susah, sekolah negeri untuk SMA langka. Depok hanya jadi tempat tidur disini, beranak, belum lagi kita bicara tawuran yang sering terjadi di Sawangan," tukasnya dalam diskusi bersama IDEACT, komunitas politik anak muda di Depok, Sabtu (06/09/2014).
Rizal pun banjir dukungan di sosial media dengan hashtag #JJ4D1 dan #SaveDepok. Rizal pindah ke Depok dari Rawa Belong, Jakarta dan memilih Beji sebagai tempat tinggalnya.
"Di Depok enggak ada taman yang baik selain UI, meskipun saat UI dipindah ke Depok zaman Soeharto karena ada muatan politis kala itu terkait peristiwa Malari. Namun Depok beruntung akhirnya punya taman sebagus UI. Saya pilih tinggal di Beji, yang ada taman, tinggal di Beji belakang Poltek UI," katanya.
Rizal juga kecewa dengan identitas Depok sebagai konservatorium bambu, daerah biru dimana banyak resapan air, serta daerah hijau, berubah menjadi daerah abu - abu atau maraknya pembangunan apartemen dan gedung.
Ia menjelaskan bahwa keruwetan terjadi di Margonda dimana tak ada ruang bagi pejalan kaki, sedangkan pembangunan tidak merata di wilayah Tapos ataupun Sawangan dan kecamatan lainnya.
"Saya itu jatuh cinta sama Depok karena airnya. Di Rawa Belong saya mandi itu seperti minyak dengan air, kusut wajah saya. Di Depok kok lebih fresh karena airnya, kedua karena pohonnya, kita enggak perlu wali kota superhero, atau superman. Di masa depan, ciptakan wali kota dan wakil wali kota yang menjadi medium partisipasi publik, perubahan bukan kerjaan mudah, kerja ramai - ramai, sebab Depok sama permasalahannya sama Jakarta, benang kusut dan urgent," tandasnya.
Sebagai warga Beji, Depok, Rizal mengaku jatuh hati dengan Depok yang sudah sejak abad ke 17 menjadi kota penyangga atau kota transit.
"Banyak teman - teman pengamat dukung saya, Depok ini kota tak mandiri. Lapangan pekerjaan susah, sekolah negeri untuk SMA langka. Depok hanya jadi tempat tidur disini, beranak, belum lagi kita bicara tawuran yang sering terjadi di Sawangan," tukasnya dalam diskusi bersama IDEACT, komunitas politik anak muda di Depok, Sabtu (06/09/2014).
Rizal pun banjir dukungan di sosial media dengan hashtag #JJ4D1 dan #SaveDepok. Rizal pindah ke Depok dari Rawa Belong, Jakarta dan memilih Beji sebagai tempat tinggalnya.
"Di Depok enggak ada taman yang baik selain UI, meskipun saat UI dipindah ke Depok zaman Soeharto karena ada muatan politis kala itu terkait peristiwa Malari. Namun Depok beruntung akhirnya punya taman sebagus UI. Saya pilih tinggal di Beji, yang ada taman, tinggal di Beji belakang Poltek UI," katanya.
Rizal juga kecewa dengan identitas Depok sebagai konservatorium bambu, daerah biru dimana banyak resapan air, serta daerah hijau, berubah menjadi daerah abu - abu atau maraknya pembangunan apartemen dan gedung.
Ia menjelaskan bahwa keruwetan terjadi di Margonda dimana tak ada ruang bagi pejalan kaki, sedangkan pembangunan tidak merata di wilayah Tapos ataupun Sawangan dan kecamatan lainnya.
"Saya itu jatuh cinta sama Depok karena airnya. Di Rawa Belong saya mandi itu seperti minyak dengan air, kusut wajah saya. Di Depok kok lebih fresh karena airnya, kedua karena pohonnya, kita enggak perlu wali kota superhero, atau superman. Di masa depan, ciptakan wali kota dan wakil wali kota yang menjadi medium partisipasi publik, perubahan bukan kerjaan mudah, kerja ramai - ramai, sebab Depok sama permasalahannya sama Jakarta, benang kusut dan urgent," tandasnya.
(sms)