Terbakar, Perawatan Mesin Bus Yutong Diduga Tak Optimal
A
A
A
JAKARTA - Terbakarnya Bus "Yutong" Transjakarta diperkirakan karena perawatan mesin yang kurang optimal.
Hal itu diungkapkan pengamat otomotif Bebin Yuwana ketika berbincang dengan Sindonews, Selasa (2/8/2014).
"Kalau menurut saya, peristiwa terbakarnya bus Transjakarta itu karena perawatan yang kurang optimal," kata Bebin.
Namun, Bebin melanjutkan, ada dua kemungkinan yang bisa diambil dari masalah perawatan ini.
"Pertama masalah kelistrikan. Kedua masalah kebocoran yang ada pada tangki bahan bakar. Atau kombinasi keduanya," ujar mantan Direktur Teknis di Perusahaan Otomotif asal Korea Selatan tersebut.
Di samping itu, pemeliharaan bus juga harus dilakukan secara kontinyu. Pemeliharaan bus tidak hanya sekedar ganti oli atau servis rutin, tetapi pemeriksaan menyeluruh secara intensif.
"Harus mendetail sampai melihat kondisi komponen kelistrikan ada yang cacat atau tidak. Tangki bahan bakar seperti apa kondisinya," tandasnya.
Selain itu, pengetahuan pramudi terhadap hal teknis juga menjadi keharusan. Di sini, pramudi bisa melakukan pencegahan terjadinya kerusakan lebih parah.
"Pramudi bisa mengetahui kondisi bus dari panel yang ada di speedometer, serta pengetahuannya soal mesin. Begitu merasa mobil tidak enak saat dikemudikan, langsung minta diperbaiki," tutup Bebin.
Hal itu diungkapkan pengamat otomotif Bebin Yuwana ketika berbincang dengan Sindonews, Selasa (2/8/2014).
"Kalau menurut saya, peristiwa terbakarnya bus Transjakarta itu karena perawatan yang kurang optimal," kata Bebin.
Namun, Bebin melanjutkan, ada dua kemungkinan yang bisa diambil dari masalah perawatan ini.
"Pertama masalah kelistrikan. Kedua masalah kebocoran yang ada pada tangki bahan bakar. Atau kombinasi keduanya," ujar mantan Direktur Teknis di Perusahaan Otomotif asal Korea Selatan tersebut.
Di samping itu, pemeliharaan bus juga harus dilakukan secara kontinyu. Pemeliharaan bus tidak hanya sekedar ganti oli atau servis rutin, tetapi pemeriksaan menyeluruh secara intensif.
"Harus mendetail sampai melihat kondisi komponen kelistrikan ada yang cacat atau tidak. Tangki bahan bakar seperti apa kondisinya," tandasnya.
Selain itu, pengetahuan pramudi terhadap hal teknis juga menjadi keharusan. Di sini, pramudi bisa melakukan pencegahan terjadinya kerusakan lebih parah.
"Pramudi bisa mengetahui kondisi bus dari panel yang ada di speedometer, serta pengetahuannya soal mesin. Begitu merasa mobil tidak enak saat dikemudikan, langsung minta diperbaiki," tutup Bebin.
(ysw)