Jokowi harus memilih, gubernur atau capres?
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang mencalonkan diri sebagai presiden, dinilai tidak fair jika tidak mengundurkan diri dari gubernur.
Bahkan, sikap Jokowi yang nekat maju sebagai capres dipandang sebagai bukti nyata kalau mantan Wali Kota Solo itu tidak serius membenahi Jakarta.
"Kalau secara fair, etika ya mundur saja," kata pengamat kebijakan publik Agus Pambagio saat dihubungi Sindonews, Selasa (8/4/2014).
Kalau dia ogah untuk mundur dari jabatan gubernur, kata Agus, itu artinya mantan wali kota Solo itu tidak serius membenahi permasalahan yang ada di ibu kota.
Kalau Jokowi serius, katanya, dia harusnya berani memilih jadi gubernur atau menjadi penguasa negeri ini.
"Ya dia (Jokowi) tidak benar-benar ingin mengabdi untuk Jakarta. Ingin jabatan A tapi masih mempertahankan jabatan B, sebagai warga DKI Jakarta saya kecewa," katanya.
Padahal, kata dia, ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta 2012 lalu, dirinya mendukung pria kelahiran Surakarta 1961 itu. Namun, ketika Jokowi menerima mandat yang diberikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi capres 2014, dirinya merasa kecewa.
"Saya mendukung (Jokowi) waktu dia menjadi gubernur dengan harapan Jakarta bisa lebih baik, tetapi setelah menjadi capres saya kecewa. Seharusnya dia (Jokowi) menyelesaikan jabatan gubernur dahulu," tandasnya.
Kalaupun dia nyapres, kata Agus, sebaiknya Jokowi mundur dahulu jadi gubernur agar lebih fokus. Kalau seperti ini terlihat tidak jantan saja, walaupun secara aturan dibolehkan.
"Ya kalau dia memang tetap ingin maju, ya mundur saja," ujarnya.
Baca:
Jokowi harus tahu etika berpolitik
Jokowi ogah mundur, warga DKI kecewa 2 kali
Bahkan, sikap Jokowi yang nekat maju sebagai capres dipandang sebagai bukti nyata kalau mantan Wali Kota Solo itu tidak serius membenahi Jakarta.
"Kalau secara fair, etika ya mundur saja," kata pengamat kebijakan publik Agus Pambagio saat dihubungi Sindonews, Selasa (8/4/2014).
Kalau dia ogah untuk mundur dari jabatan gubernur, kata Agus, itu artinya mantan wali kota Solo itu tidak serius membenahi permasalahan yang ada di ibu kota.
Kalau Jokowi serius, katanya, dia harusnya berani memilih jadi gubernur atau menjadi penguasa negeri ini.
"Ya dia (Jokowi) tidak benar-benar ingin mengabdi untuk Jakarta. Ingin jabatan A tapi masih mempertahankan jabatan B, sebagai warga DKI Jakarta saya kecewa," katanya.
Padahal, kata dia, ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta 2012 lalu, dirinya mendukung pria kelahiran Surakarta 1961 itu. Namun, ketika Jokowi menerima mandat yang diberikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi capres 2014, dirinya merasa kecewa.
"Saya mendukung (Jokowi) waktu dia menjadi gubernur dengan harapan Jakarta bisa lebih baik, tetapi setelah menjadi capres saya kecewa. Seharusnya dia (Jokowi) menyelesaikan jabatan gubernur dahulu," tandasnya.
Kalaupun dia nyapres, kata Agus, sebaiknya Jokowi mundur dahulu jadi gubernur agar lebih fokus. Kalau seperti ini terlihat tidak jantan saja, walaupun secara aturan dibolehkan.
"Ya kalau dia memang tetap ingin maju, ya mundur saja," ujarnya.
Baca:
Jokowi harus tahu etika berpolitik
Jokowi ogah mundur, warga DKI kecewa 2 kali
(mhd)