Sebab geng motor marak di masyarakat
A
A
A
Sindonews.com - Minimnya ruang terbuka publik menjadi salah satu penyebab maraknya perkumpulan anak muda yang tidak terorganisir. Termasuk kemunculan geng motor Tangki Boys, yang meresahkan warga Pondok Gede, Bekasi.
Pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati menilai, fenomena geng motor di Indonesia terjadi seiring dengan pertumbuhan yang tak terkontrol seperti di Jakarta. Bahkan di beberapa kota besar lainnya misalnya di Bandung, Jawa Barat.
Pertumbuhan yang tak terkontrol, sambung Devie, menyebabkan kehidupan warga semakin tidak bisa diatur dengan baik.
"Seperti ada ungkapan, bahwa 'big cities tend to have big problem'. Dan bisa kita lihat, lokasi terbentuknya geng motor adalah kota besar," kata Devie kepada Sindo, Selasa (25/2/2014).
Selain tidak terkontrolnya pertumbuhan masyarakat, pemicu lainnya karena sudah lunturnya norma dalam lingkungan. Kemudian, norma itu digantikan peranannya oleh lingkungan pergaulan dan solidaritas antarteman.
"Dengan semakin besarnya ukuran kota dan kian beragam lapisan-lapisannya, aparat pun semakin kesulitan untuk mengawasi masyarakat," tukasnya.
Sekadar diketahui, puluhan anak muda yang kerap nongkrong memakai motor dan mengatasnamakan kumpulan itu dengan sebutan Tangki Boys. Kegiatan puluhan anak baru gede (ABG) itu kerap meresahkan warga Pondok Gede, Bekasi dan sekitarnya.
Dosen vokasi UI itu menambahkan, besarnya angka generasi muda di Indonesia juga menyumbang adanya kenakalan anak muda. Karena banyaknya anak muda yang tidak tahu memanfaatkan energinya itu.
"Pada masa muda, energi mereka masih sangat tinggi. Dan ketika tidak ada kontrol maka terjadilah kasus seperti ini," papar Devie.
Baca:
Polisi: Broadcast balas dendam geng motor informasi sesat
Pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati menilai, fenomena geng motor di Indonesia terjadi seiring dengan pertumbuhan yang tak terkontrol seperti di Jakarta. Bahkan di beberapa kota besar lainnya misalnya di Bandung, Jawa Barat.
Pertumbuhan yang tak terkontrol, sambung Devie, menyebabkan kehidupan warga semakin tidak bisa diatur dengan baik.
"Seperti ada ungkapan, bahwa 'big cities tend to have big problem'. Dan bisa kita lihat, lokasi terbentuknya geng motor adalah kota besar," kata Devie kepada Sindo, Selasa (25/2/2014).
Selain tidak terkontrolnya pertumbuhan masyarakat, pemicu lainnya karena sudah lunturnya norma dalam lingkungan. Kemudian, norma itu digantikan peranannya oleh lingkungan pergaulan dan solidaritas antarteman.
"Dengan semakin besarnya ukuran kota dan kian beragam lapisan-lapisannya, aparat pun semakin kesulitan untuk mengawasi masyarakat," tukasnya.
Sekadar diketahui, puluhan anak muda yang kerap nongkrong memakai motor dan mengatasnamakan kumpulan itu dengan sebutan Tangki Boys. Kegiatan puluhan anak baru gede (ABG) itu kerap meresahkan warga Pondok Gede, Bekasi dan sekitarnya.
Dosen vokasi UI itu menambahkan, besarnya angka generasi muda di Indonesia juga menyumbang adanya kenakalan anak muda. Karena banyaknya anak muda yang tidak tahu memanfaatkan energinya itu.
"Pada masa muda, energi mereka masih sangat tinggi. Dan ketika tidak ada kontrol maka terjadilah kasus seperti ini," papar Devie.
Baca:
Polisi: Broadcast balas dendam geng motor informasi sesat
(mhd)