Cacar air tewaskan siswa SDIT Depok

Senin, 21 Oktober 2013 - 20:08 WIB
Cacar air tewaskan siswa SDIT Depok
Cacar air tewaskan siswa SDIT Depok
A A A
Sindonews.com - Sebanyak delapan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Muqorrobin di Jalan Mahoni 1A Perumnas Depok Utara, Beji, Depok terkena wabah cacar air. Padahal, seminggu yang lallu hanya terkena dua orang saja, kini sudah delapan orang.

Satu siswa yang terkena tumor otak harus mengalami gagal operasi karena terserang cacar air. Hingga akhirnya siswa kelas VI Marwah itu meninggal dunia pada Minggu 20 Oktober 2013.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Muhammad Rizki Fahrezi (12) yang didiagnosa terkena tumor otak dan harus menjalani operasi pada Kamis 17 Oktober 2013. Namun dokter RS Thamrin, Salemba, Jakarta Pusat menolak melakukan tindakan operasi karena almarhum terkena cacar.

Belum sembuh cacar yang diderita Rizki, dirinya terlebih dahulu menghembuskan nafas terakhir.

"Masuk rumah sakit Sabtu (12 Oktober). Sempat mengalami masa kritis karena seharusnya diperasi tapi dokter menolak. Saat itu anak saya kena cacar air juga jadinya batal operasi," kata Eni Fuziati, Ibu Rizki, Senin (21/10/2013).

Dirinya tidak mengetahui darimana anaknya tertular cacar air. Menurut Eni, secara mendadak anaknya mengalami panas dan muncul bercak di kulitnya. Dia mengaku, pasrah dengan kondisi yang diterimanya. Namun dia berharap pihak sekolah segera melakukan sterilisasi sehingga jumlah penderita cacar tidak bertambah.

"Saya sudah ikhlas. Yang penting anak saya saat ini sudah tenang di sana," ucapnya.

Di sekolah sendiri, hari ini diperintahkan untuk menggunakan masker guna menantisipasi adanya siswa yang tertular. Pihak yayasan mengakui, virus itu terbawa oleh salah satu murid yang terkena cacar.

"Tapi saya tidak tahu siapa yang pertama kali kena. Yang jelas semua itu anak kelas VI," kata Ketua Yayasan Al Muqorrobin Amiruddin.

Dari delapan siswa yang terkena, sambung dia, satu di antaranya sudah dinyatakan sembuh dan boleh masuk sekolah. Sedangkan sisanya masih diistirahatkan di rumah agar tak tertular ke siswa lainnya.

"Ruang kelas kan dilengkapi pendingin ruangan jadi pintu tertutup. Tapi kalau kondisinya seperti ini mungkin pendingin harus dimatikan dan pintu serta jendela dibuka. Sehingga sirkulasi udara lebih bagus karena ada pertukaran," katanya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4887 seconds (0.1#10.140)