Mahasiswa kedokteran menanggapi kasus bayi Dera

Selasa, 19 Februari 2013 - 22:09 WIB
Mahasiswa kedokteran menanggapi kasus bayi Dera
Mahasiswa kedokteran menanggapi kasus bayi Dera
A A A
Sindonews.com – Kasus meninggalnya bayi malang Dera Nur Anggraini, rupanya menuai beragam komnetar dari kalangan mahasiswa kedokteran.

Ada yang tidak peduli dengan kasus tersebut, ada pula yang meminta perhatian pemerintah untuk melengkapi fasilitas rumah sakit, agar kasus Dera tidak terulang kembali.

Seperti dua orang mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, yang memilih enggan memberikan komentar dengan alasan tidak tahu permasalahan tersebut, karena tidak suka menyaksikan atau membaca berita.

“Saya tidak tahu banyak tentang kasus itu,” kata pria berperawakan tambun ini, yang juga enggan menyebutkan identitasnya, Selasa (19/2/2013).

Berbeda dengan mahasiswa Universita Runi Arumndari mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia mengungkapkan, rumah sakit menolak Dera bukan karena tidak mempunyai uang, melainkan rumah sakit tersebut tidak punya alat Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

"Setahu saya, Dera itu lahir prematur dan tidak bisa ditaruh sembarang tempat, harus ada inkubator khusus. Sedangkan rumah sakit yang punya NICU, alatnya sedang dipakai pasien-pasien lain yang sudah daftar terlebih dahulu," ujarnya.

Ia menambahkan, kasus Dera ini bukanlah masalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Tetapi kurangnya fasilitas rumah sakit, dan pemerintah wajib memperhatikan itu dari dahulu.

“Jangan dulu menyalahkan pisahk rumah sakit,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Apresia Kirana, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, yang juga menyuarakan pendapatnya, bahwa rumah sakit juga mempunyai alasan melakukan penolakan. Jika salah dari pihak rumah sakit, baru diproses.

"Kita belum bisa nge-judge macam-macam dulu, sebelum kita lihat pertimbangan dari dua belah pihak. Masyarakat sekarang sudah terlanjur terperangkap paradigm, kalau rumah sakit tidak mau menolong rakyat kecil," bebernya.

Apresia juga menerangkan, rumah sakit pasti mempunyai alasan untuk menolak Dera. Mungkin peralatan atau ruangan yang tidak memadai.

"Makanya, kalau alasannya tidak masuk akal, baru deh bisa diproses biar kejadian seperti itu tidak keulang lagi," jelas apresia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dera akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, Minggu (17/2/2013) malam, setelahnya ditolak oleh 10 rumah sakit.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6220 seconds (0.1#10.140)