Kelanjutan koalisi tergantung kinerja Jokowi-Ahok
A
A
A
Sindonews.com - Kelanjutan koalisi yang dibangun oleh PDIP dan juga partai Gerindra baru akan terlihat secara nyata pada masa kerja yang akan dijalani oleh pasangan gubernur dan wakil gubernur yang mereka usung yakni Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Pasalnya, saat ini sinyal keretakan antar kedua partai tersebut mulai ramai setelah politikus senior PDIP Taufik Kiemas menyatakan menyesal melakukan koalisi dengan Gerindra.
Menurut pengamat politik Siti Zuhro, suasana pascapilkada ini memang rawan akan terjadinya isu isu perpecahan koalisi partai. Pasalnya, banyak kepentingan antar kedua partai tersebut yang mulai terbentur dan baru terbuka pasca kemenangan yang telah mereka raih.
"Koalisi yang terbentuk atas dasar kepentingan sesaat, maka ia akan berumur pendek. Artinya, ketika kepentingan tercapai maka usai pula kebersamaan dalam koalisi. Bulan madu koalisi biasanya mulai memasuki masa kritis pascapilkada, khususnya stelah pelantikan dan mulai aktif menjalankan tugas sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah," kata Siti dalam pesan singkatnya kepada sindonews, Kamis (27/9/2012).
Kinerja Jokowi dan Basuki pun dianggap akan memberikan kontribusi besar atas kelangsungan koalisi partai tersebut. Menurut Siti, segala sepak terjang dan juga berbagai keputusan yang nanti akan diambil mereka bisa mempengaruhi kelanjutan koalisi menghadapi pemilu 2014.
"Kelanjutan koalisi PDIP-Gerinda adalah setelah Jokowi-Ahok dilantik, apakah akan solid atau tidak. Kalau keduanya oke dan koalisi dua partai ini tak terganggu, dan tetap harmonis, tak tertutup kemungkian koalisi bisa berlanjut. Tapi, bila sebaliknya, yaitu banyak masalah selama berduet memimpin jakarta, maka sulit koalisi berlanjut ke Pemilu 2014," jelasnya.
Pasalnya, lanjut Siti, koalisi partai ala Indonesia sifatnya sangat temporer. Ini dikarenakan koalisi yang tidak terformat dan tidak permanen. Koalisi dibangun atas dasar kepentingan dan orientasi kekuasaan sesaat dan bukan karena alasan ideologi ataupun visi, misi dan program yang sama.
Menurut pengamat politik Siti Zuhro, suasana pascapilkada ini memang rawan akan terjadinya isu isu perpecahan koalisi partai. Pasalnya, banyak kepentingan antar kedua partai tersebut yang mulai terbentur dan baru terbuka pasca kemenangan yang telah mereka raih.
"Koalisi yang terbentuk atas dasar kepentingan sesaat, maka ia akan berumur pendek. Artinya, ketika kepentingan tercapai maka usai pula kebersamaan dalam koalisi. Bulan madu koalisi biasanya mulai memasuki masa kritis pascapilkada, khususnya stelah pelantikan dan mulai aktif menjalankan tugas sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah," kata Siti dalam pesan singkatnya kepada sindonews, Kamis (27/9/2012).
Kinerja Jokowi dan Basuki pun dianggap akan memberikan kontribusi besar atas kelangsungan koalisi partai tersebut. Menurut Siti, segala sepak terjang dan juga berbagai keputusan yang nanti akan diambil mereka bisa mempengaruhi kelanjutan koalisi menghadapi pemilu 2014.
"Kelanjutan koalisi PDIP-Gerinda adalah setelah Jokowi-Ahok dilantik, apakah akan solid atau tidak. Kalau keduanya oke dan koalisi dua partai ini tak terganggu, dan tetap harmonis, tak tertutup kemungkian koalisi bisa berlanjut. Tapi, bila sebaliknya, yaitu banyak masalah selama berduet memimpin jakarta, maka sulit koalisi berlanjut ke Pemilu 2014," jelasnya.
Pasalnya, lanjut Siti, koalisi partai ala Indonesia sifatnya sangat temporer. Ini dikarenakan koalisi yang tidak terformat dan tidak permanen. Koalisi dibangun atas dasar kepentingan dan orientasi kekuasaan sesaat dan bukan karena alasan ideologi ataupun visi, misi dan program yang sama.
(azh)