Tanpa Perebutan Kursi DKI 2, Gerindra-PKS Sudah Pecah Kongsi
A
A
A
JAKARTA - Tanpa terpengaruh perebutan kursi wakil gubernur (Wagub) DKI Jakarta yang meloloskan politikus Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, hubungan Gerindra dan PKS sudah pecah kongsi. Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin.
Menurut Ujang, pecahnya hubungan Gerindra-PKS terjadi sejak Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno kalah dalam Pilpres 2019, lalu Prabowo memutuskan bergabung dengan pemerintahan Jokowi. (Baca juga: Hubungan Gerindra-PKS Diprediksi Akan Mengalami Pasang Surut )
"PKS dan Gerindra sudah pecah kongsi. Sudah beda jalan. Dan sudah jalan masing-masing. Lihat saja, PKS selalu mengkritik Prabowo sebagai Menhan (Menteri Pertahanan)," kata Ujang saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/4/2020).
Namun menurut Ujang, kongsi PKS dengan Gerindra pecah semakin dalam, dapat juga dilihat setelah diambilnya jabatan wakil gubernur DKI oleh partai besutan Prabowo itu. Padahal, kata dia, semula jatah kursi DKI 2 itu disebut-sebut milik PKS.
Namun demikian, Ujang menganggap, itulah fakta politik. Ia menyebut, tak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan. Jika pentingannya sama, akan bergabung. Sedangkan jika kepentingannya sudah berbeda, maka akan berseteru.
"Dan kepentingan PKS dengan Gerindra sudah tidak sama lagi, makanya mereka pecah kongsi," tutur Analis asal Universitas Al Azhar Indonesia ini. (Baca juga: Riza Patria Jadi Wagub DKI, Mahfud MD: Yakin Usaha Sampai )
Menurut Ujang, pecahnya hubungan Gerindra-PKS terjadi sejak Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno kalah dalam Pilpres 2019, lalu Prabowo memutuskan bergabung dengan pemerintahan Jokowi. (Baca juga: Hubungan Gerindra-PKS Diprediksi Akan Mengalami Pasang Surut )
"PKS dan Gerindra sudah pecah kongsi. Sudah beda jalan. Dan sudah jalan masing-masing. Lihat saja, PKS selalu mengkritik Prabowo sebagai Menhan (Menteri Pertahanan)," kata Ujang saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/4/2020).
Namun menurut Ujang, kongsi PKS dengan Gerindra pecah semakin dalam, dapat juga dilihat setelah diambilnya jabatan wakil gubernur DKI oleh partai besutan Prabowo itu. Padahal, kata dia, semula jatah kursi DKI 2 itu disebut-sebut milik PKS.
Namun demikian, Ujang menganggap, itulah fakta politik. Ia menyebut, tak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan. Jika pentingannya sama, akan bergabung. Sedangkan jika kepentingannya sudah berbeda, maka akan berseteru.
"Dan kepentingan PKS dengan Gerindra sudah tidak sama lagi, makanya mereka pecah kongsi," tutur Analis asal Universitas Al Azhar Indonesia ini. (Baca juga: Riza Patria Jadi Wagub DKI, Mahfud MD: Yakin Usaha Sampai )
(mhd)