Viral SMAN 1 Depok Akan UAS Susulan, Ini Penjelasan Kepsek
A
A
A
DEPOK - Beredar informasi perihal diulangnya Ujian Akhir Semester (UAS) di SMAN 1 Depok. Kabar itu didapat secara berantai dari pesan WhatsApp.
Kabar tersebut beredar sejak Senin (9/12/2019) sore. Kabar akan diulangnya UAS itu dipicu adanya informasi dugaan kebocoran soal UAS. Sebelumnya, beredar kabar ada dugaan 16 siswa dapat bocoran soal dari pengawas setelah membayar masing-masing Rp100 ribu, dengan total Rp1,6 juta.
Menanggapi kabar tersebut, Kepala SMAN 1 Kota Depok, Supyana, mengatakan tidak benar ada UAS susulan. Untuk penilaian, pihak sekolah akan tetap menggunakan hasil UAS. Para siswa baru saja menyelesaikan UAS pada Selasa (10/12) ini. Nilai tersebut lah yang akan digunakan sebagai penilaian.
"Memang tadi infonya ada UAS susulan, tapi enggak jadi," tukasnya, Selasa (10/12/2019).
Menurut Supyana, awal kabar dilakuan UAS susulan berasal dari wali murid yang merasa dirugikan. Bermula dari adanya siswa yang dituding menerima kecurangan saat UAS berlangsung, kemudian siswa itu melapor kepada orang tuanya.
Kabar tersebut kemudian ramai di grup wali murid hingga akhirnya sampai ke telinga kepala sekolah. "Jadi memang kabar tersebut saya terima kemarin karena ada siswa yang dituding curang dan dia melapor pada orang tuanya. Saya pun baru tahu kemarin. Namun soal kebenarannya saya kurang tahu," kata Suryana.
Dari laporan tersebut akhirnya pihak sekolah membuat tim untuk menelusuri kabar itu. Pihak sekolah sampai saat ini belum memanggil satu siswa karena untuk menghindari tindakan bullying antar siswa.
"Kami tidak mau salah langkah. Kami melakukan penyesuaian nilai dulu setelah proses koreksi selesai. Kalau kami panggil sekarang (siswa) khawatir akan terjadi bullying, dan kami sangat menghindari hal itu," ucapnya.
Setelah kabar soal dugaan bocoran soal, pihaknya juga menerima informasi perihal akan diulangnya UAS. Informasi tersebut pun diterima pihak sekolah dari pesan berantai dari wali murid.
Suryana menegaskan bahwa keputusan diadakannya UAS susulan dan lain sebagainya, baru bisa dilakukan apabila seluruh nilai siswa telah keluar dan unsur dugaan praktik kecurangan itu dapat dibuktikan. "Kan kita lihat dulu, benar enggak nih ada kecurangan dan sebagainya. Kalau sekarang kan nilainya saja belum keluar," ucapnya.
Untuk menindaklanjuti kejadian ini, pihak sekolah telah membentuk tim investigasi. Sejauh ini tim masih terfokus pada proses koreksi nilai. "Tim investigasi sudah kita bentuk, kami sedang bekerja," paparnya.
Terpisah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Jawa Barat, Aang Karyana, mengatakan, kebijakan UAS merupakan otoritas masing-masing sekolah. "Ya sekarang lagi di selidiki secara internal (sekolah). Kalau terbukti nanti kita akan ke lapangan melakukan pembinaan melibatkan pengawas dan kasi kasi dari cabang dinas," kata Aang.
Kabar tersebut beredar sejak Senin (9/12/2019) sore. Kabar akan diulangnya UAS itu dipicu adanya informasi dugaan kebocoran soal UAS. Sebelumnya, beredar kabar ada dugaan 16 siswa dapat bocoran soal dari pengawas setelah membayar masing-masing Rp100 ribu, dengan total Rp1,6 juta.
Menanggapi kabar tersebut, Kepala SMAN 1 Kota Depok, Supyana, mengatakan tidak benar ada UAS susulan. Untuk penilaian, pihak sekolah akan tetap menggunakan hasil UAS. Para siswa baru saja menyelesaikan UAS pada Selasa (10/12) ini. Nilai tersebut lah yang akan digunakan sebagai penilaian.
"Memang tadi infonya ada UAS susulan, tapi enggak jadi," tukasnya, Selasa (10/12/2019).
Menurut Supyana, awal kabar dilakuan UAS susulan berasal dari wali murid yang merasa dirugikan. Bermula dari adanya siswa yang dituding menerima kecurangan saat UAS berlangsung, kemudian siswa itu melapor kepada orang tuanya.
Kabar tersebut kemudian ramai di grup wali murid hingga akhirnya sampai ke telinga kepala sekolah. "Jadi memang kabar tersebut saya terima kemarin karena ada siswa yang dituding curang dan dia melapor pada orang tuanya. Saya pun baru tahu kemarin. Namun soal kebenarannya saya kurang tahu," kata Suryana.
Dari laporan tersebut akhirnya pihak sekolah membuat tim untuk menelusuri kabar itu. Pihak sekolah sampai saat ini belum memanggil satu siswa karena untuk menghindari tindakan bullying antar siswa.
"Kami tidak mau salah langkah. Kami melakukan penyesuaian nilai dulu setelah proses koreksi selesai. Kalau kami panggil sekarang (siswa) khawatir akan terjadi bullying, dan kami sangat menghindari hal itu," ucapnya.
Setelah kabar soal dugaan bocoran soal, pihaknya juga menerima informasi perihal akan diulangnya UAS. Informasi tersebut pun diterima pihak sekolah dari pesan berantai dari wali murid.
Suryana menegaskan bahwa keputusan diadakannya UAS susulan dan lain sebagainya, baru bisa dilakukan apabila seluruh nilai siswa telah keluar dan unsur dugaan praktik kecurangan itu dapat dibuktikan. "Kan kita lihat dulu, benar enggak nih ada kecurangan dan sebagainya. Kalau sekarang kan nilainya saja belum keluar," ucapnya.
Untuk menindaklanjuti kejadian ini, pihak sekolah telah membentuk tim investigasi. Sejauh ini tim masih terfokus pada proses koreksi nilai. "Tim investigasi sudah kita bentuk, kami sedang bekerja," paparnya.
Terpisah, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Jawa Barat, Aang Karyana, mengatakan, kebijakan UAS merupakan otoritas masing-masing sekolah. "Ya sekarang lagi di selidiki secara internal (sekolah). Kalau terbukti nanti kita akan ke lapangan melakukan pembinaan melibatkan pengawas dan kasi kasi dari cabang dinas," kata Aang.
(thm)