Dijadikan Area Balap Liar, Korban Berjatuhan di Jalan Tol Parigi
A
A
A
TANGERANG - Aksi balap liar remaja di jalan tol yang belum jadi, Jalan Manunggal V, Parigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) marak. Puluhan anak muda dengan aneka motor modifikasi yang juga korekan alias sudah ditambah kecepatannya berkumpul di jalan beraspal mulus itu sejak siang hari. Mereka menggeber-geber motor dengan knalpot berisik, hingga suaranya terdengar ke perkampungan.
Saripah (53), warga sekitar pun hanya bisa mengelus dada melihat aksi anak-anak muda yang bukan berasal dari kampung kelahirannya itu. Katanya, mereka berasal dari kampung-kampung di luar Tangsel.
"Dari mana-mana. Ada yang dari Tangerang, Ciledug, Kalideres, Kebayoran, Depok, Cisauk," kata pemilik warung di pinggir jalan tol di lokasi balap liar, Parigi, Jumat (23/8/2019). (Baca Juga: Sergap Balap Liar di Tangsel, Polisi Angkut Ratusan Motor Bodong
Dilanjutkan Saripah, anak-anak muda itu melakukan balap liar tanpa mengenal waktu, dari pagi, sore dan malam. Petugas kepolisian dari sektor Pondok Aren dan Polres Tangsel pun kerap membubarkan. Namun, hal itu tak membuat kapok para remaja tersebut untuk ajang adu kecepatan.
Padahal, tidak sedikit anak-anak muda peserta balap liar yang harus meregang nyawa di jalan beraspal baru tersebut, sejak pembangunan jalan berbayar itu selesai. (Baca Juga: Gerebek Area Balap Liar, Polisi Amankan Puluhan Sepeda Motor
"Sudah beberapa bulan lalu. Dulu, waktu lampunya masih nyala, malam juga. Tetapi sekarang lampunya sudah dimatikan pengelola jalan tol. Sekarang jadinya kalau sore, sama pagi saja," sambung Saripah.
Menurut ingatan Saripah, sejak beberapa bulan balap liar itu, sedikitnya ada 5-6 orang yang tewas jatuh terbentur aspal dan pembatas jalan. Sedang sejumlah remaja lainnya mengalami cacat seumur hidup.
Saat balapan dan mengetes motor pun, para remaja ini tidak melengkapi diri dengan keselamatan yang memadai, seperti helm, jaket, sepatu atau bermodal nekat saja.
"Kebanyakan anak-anak SMP dan SMA. Setiap hari selalu ada yang balapan. Paling rame Sabtu-Minggu. Tapi anak-anak ini mah gak salah. Karena jalan tolnya emang belum jadi. Makanya cepat jadiin," ungkapnya.
Sementara itu, Aan (16), salah seorang penonton tetap balap liar mengatakan, aksi balap motor itu sangat menghibur. Setiap sore, hampir selalu dirinya menonton.
"Biasanya setiap sore saya datang ke sini, nonton bersama teman. Tetapi saya tidak turun ke bawah. Dari atas saja, duduk di atas tembok berlin. Banyak yang jatuh. Ada juga yang motornya terbakar," jelasnya.
Dalam hitungannya, sedikitnya ada tiga orang pembalap liar yang jatuh dan meninggal dunia. Beberapa orang bahkan jatuh dari motor hingga harus dibawa ke RS.
"Kalau mau nonton dari dekat di jalan tolnya, ada jalan masuk yang enak. Tetapi bayar. Ada yang Rp5.000, ada yang Rp10.000. Sehari bisa dapat sampai Rp2 juta. Kalau lagi ramai, bisa sampai Rp5 juta," paparnya.
Perputaran uang di lokasi balap liar juga sangat besar. Bisa sampai puluhan, hingga ratusan juta. Karena setiap tim yang bertanding dan penonton, masing-masing punya taruhan yang membuatnya besar.
Saripah (53), warga sekitar pun hanya bisa mengelus dada melihat aksi anak-anak muda yang bukan berasal dari kampung kelahirannya itu. Katanya, mereka berasal dari kampung-kampung di luar Tangsel.
"Dari mana-mana. Ada yang dari Tangerang, Ciledug, Kalideres, Kebayoran, Depok, Cisauk," kata pemilik warung di pinggir jalan tol di lokasi balap liar, Parigi, Jumat (23/8/2019). (Baca Juga: Sergap Balap Liar di Tangsel, Polisi Angkut Ratusan Motor Bodong
Dilanjutkan Saripah, anak-anak muda itu melakukan balap liar tanpa mengenal waktu, dari pagi, sore dan malam. Petugas kepolisian dari sektor Pondok Aren dan Polres Tangsel pun kerap membubarkan. Namun, hal itu tak membuat kapok para remaja tersebut untuk ajang adu kecepatan.
Padahal, tidak sedikit anak-anak muda peserta balap liar yang harus meregang nyawa di jalan beraspal baru tersebut, sejak pembangunan jalan berbayar itu selesai. (Baca Juga: Gerebek Area Balap Liar, Polisi Amankan Puluhan Sepeda Motor
"Sudah beberapa bulan lalu. Dulu, waktu lampunya masih nyala, malam juga. Tetapi sekarang lampunya sudah dimatikan pengelola jalan tol. Sekarang jadinya kalau sore, sama pagi saja," sambung Saripah.
Menurut ingatan Saripah, sejak beberapa bulan balap liar itu, sedikitnya ada 5-6 orang yang tewas jatuh terbentur aspal dan pembatas jalan. Sedang sejumlah remaja lainnya mengalami cacat seumur hidup.
Saat balapan dan mengetes motor pun, para remaja ini tidak melengkapi diri dengan keselamatan yang memadai, seperti helm, jaket, sepatu atau bermodal nekat saja.
"Kebanyakan anak-anak SMP dan SMA. Setiap hari selalu ada yang balapan. Paling rame Sabtu-Minggu. Tapi anak-anak ini mah gak salah. Karena jalan tolnya emang belum jadi. Makanya cepat jadiin," ungkapnya.
Sementara itu, Aan (16), salah seorang penonton tetap balap liar mengatakan, aksi balap motor itu sangat menghibur. Setiap sore, hampir selalu dirinya menonton.
"Biasanya setiap sore saya datang ke sini, nonton bersama teman. Tetapi saya tidak turun ke bawah. Dari atas saja, duduk di atas tembok berlin. Banyak yang jatuh. Ada juga yang motornya terbakar," jelasnya.
Dalam hitungannya, sedikitnya ada tiga orang pembalap liar yang jatuh dan meninggal dunia. Beberapa orang bahkan jatuh dari motor hingga harus dibawa ke RS.
"Kalau mau nonton dari dekat di jalan tolnya, ada jalan masuk yang enak. Tetapi bayar. Ada yang Rp5.000, ada yang Rp10.000. Sehari bisa dapat sampai Rp2 juta. Kalau lagi ramai, bisa sampai Rp5 juta," paparnya.
Perputaran uang di lokasi balap liar juga sangat besar. Bisa sampai puluhan, hingga ratusan juta. Karena setiap tim yang bertanding dan penonton, masing-masing punya taruhan yang membuatnya besar.
(mhd)