Polusi Udara Jakarta Pengaruhi Kesehatan Pernapasan

Senin, 29 Juli 2019 - 21:43 WIB
Polusi Udara Jakarta Pengaruhi Kesehatan Pernapasan
Polusi Udara Jakarta Pengaruhi Kesehatan Pernapasan
A A A
JAKARTA - Kualitas udara di Jakarta yang buruk belakangan ini memengaruhi kesehatan. Faktor lingkungan menjadi faktor tertinggi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kepala Bidang Perencanaan dan Pembiayaan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dewi Satiasari menjelaskan, status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan menurut H. L. Bloom dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu 40% faktor lingkungan, 30% perilaku, 20% pelayanan kesehatan, dan 10% genetika (keturunan). Faktor lingkungan menjadi faktor tertinggi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, seperti lingkungan dan sanitasi yang kurang baik, hingga polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, kompor rumahan, asap rokok, dan beberapa proses kegiatan industri, terutama di daerah perkotaan.

Namun, keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan memengaruhi status kesehatan."Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan polusi udara sebagai salah satu masalah lingkungan terbesar yang berdampak buruk bagi kesehatan dan kelangsungan hidup masyarakat," kata Dewi melalui pesan singkatnya pada Senin (29/7/2019).

Adapun penyakit yang diakibatkan oleh dampak polusi udara adalah gangguan
pernapasan seperti ISPA, iritasi mata, penyakit akibat gangguan jantung dan pembuluh darah, penurunan sistim kekebalan tubuh, dan dapat menyebabkan kanker apabila terpapar polusi udara dalam jangka panjang.

Sedangkan berdasarkan laporan rutin dari fasilitas pelayanan kesehatan di DKI
Jakarta, jumlah kasus ISPA pada 2016 sampai 2018 berturut-turut sebanyak 1,801,968 kasus (2016), 1.846.180 kasus (2017), dan 1.817.579 kasus (2018). Jumlah kasus ISPA pada Januari-Mei 2019 terdapat 905.270 kasus.
Pada Januari ada 178.501 kasus, Febuari ada 232.403, Maret ada 202.034 kasus, April ada 165.105 kasus, dan Mei ada 127.227 kasus. Berdasarkan data pelaporan rutin kasus ISPA tahun 2016-Mei 2019, tren jumlah kasus ISPA bulanan memiliki pola yang hampir sama, naik di Triwulan I, kemudian turun di Triwulan II, dan mengalami kenaikan kembali pada Triwulan III.

"Penyebab kejadian ISPA bersifat multikausal, bukan hanya disebabkan polusi udara. Hal ini terlihat dari tren penurunan jumlah kasus di Triwulan II di mana menurut prediksi BMKG, DKI Jakarta mengalami musim kemarau dan konsentrasi polutan terakumulasi di udara. Karena itu, perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian di faktor penyebab kejadian ISPA lainnya," jelasnya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk mengantisipasi dampak akibat polusi udara dengan melakukan promosi kesehatan yang mengimbau masyarakat. Pertama, melakukan pengelolaan sampah dengan benar. Jangan membakar sampah, pembakaran sampah akan menghasilkan emisi karbondioksida yang membahayakan kesehatan; mengurangi aktivitas di luar ruangan; hindari asap rokok dan jauhkan anak-anak dari paparan asap rokok.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih mengakui kualitas udara di Jakarta buruk, khususnya di kawasan yang terdampak proyek pembangunan. Menurutnya, saat musim kemarau kualitas udara lebih buruk daripada musim hujan. Kemudian, ada tidaknya aktivitas lokal yang berpengaruh kepada hasil pengukuran. Misalnya ada proyek atau konstruksi di sekitar titik pengukuran.

Hal itu, lanjut Andono, diperparah oleh asap kendaraan ketika macet akibat adanya proyek tersebut. Dia berharap agar pelaksana proyek melakukan penyiraman ketika proyek sudah selesai dikerjakan."Prinsipnya kalau kualitas udara berfluktuasi tergantung kepada beberapa faktor termasuk cuaca," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Safrudin mengatakan, penyumbang polusi udara di Jakarta bukan hanya dari Jakarta saja, melainkan dari daerah-daerah sekitar kota Jakarta."Kemarau Jakarta ini, terdapat angin munton dari arah tenggara dan timur. Artinya, ada potensi polusi udara tercemar dari jawa barat sebelah utara masuk ke Jakarta," ungkapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7994 seconds (0.1#10.140)