Terminal Baranangsiang Disepakati Jadi Stasiun Akhir LRT di Bogor

Selasa, 16 Juli 2019 - 14:47 WIB
Terminal Baranangsiang Disepakati Jadi Stasiun Akhir LRT di Bogor
Terminal Baranangsiang Disepakati Jadi Stasiun Akhir LRT di Bogor
A A A
BOGOR - Pemkot Bogor dan Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek (BPTJ), akhirnya menyepakati Terminal Baranangsiang yang terletak di Kelurahan Baranangsiang, Bogor Timur, dijadikan sebagai stasiun akhir kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek di Kota Hujan.

Kesepakatan itu diambil setelah Pemkot Bogor melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Perhubungan bersama BPTJ, meninjau langsung ke lokasi yang akan dilintasi LRT di Kota Bogor.

Selain Terminal Baranangsiang, dalam peninjauan tersebut tim dari Pemkot Bogor dan Kemenhub juga fokus pada dua titik yang tak jauh dari pintu Tol Bogor Baranangsiang, yakni Kampung Sela Awi, Kecamatan Bogor Utara; dan Kampung Sawah, Kecamatan Bogor Timur.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menjelaskan, peninjauan ini dilakukan untuk memastikan jika LRT jadi dilelang atau dilakukan lanjutan trase kedua dari Cibubur, Cimanggis ke Bogor. Karenanya perlu melihat posisi stasiun akhir LRT di Bogor yang pas.

"Jadi ada dua lokasi peninjauan. Yang pertama terkait Terminal Baranangsiang, kedua soal LRT. Untuk LRT, di Sela Awi dan Kampung Sawah. Kami harus tahu dulu dimana kira-kira stasiun akhirnya. Dengan begitu kami bisa merencanakan hal lainnya," ungkap Dedie, Selasa (16/7/2019).

Berhubung peninjauan bersama BPTJ berkaitan dengan seluruh sistem Jabodetabek, dirinya meminta BPTJ untuk bisa memberikan masukan kepada pemerintah pusat. Di antaranya Dirjen Perkeretapian dan Dirjen Kekayaan Negara untuk segera memberikan gambaran secara utuh tentang rencana-rencananya.

Mantan salah satu direktur KPK ini menambahkan, pihaknya masih berdiskusi terkait Perpres Nomor 49/2017 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Tail Transit Terintegrasi di wilayahnya Jabodebek.

Menurutnya, jika memang itu yang akan dipakai sebagai acuan, maka Baranangsiang dipastikan akan digunakan. Kalaupun ada revisi teknis pelelangan, itu juga ada di perpres.

"Jadi kami masih berusaha ikut serta proaktif supaya Kota Bogor tidak ketinggalan melakukan proses perencanaan dan terlambat mengantisipasi. Tentunya kami tidak ingin kehilangan momentum Kota Bogor menjadi kota modern dengan adanya sambungan LRT. Kalau kalah cepat, bisa mengubah program transportasi yang ada di Kota Bogor," jelasnya.

Dedie mengungkapkan, pemerintah pusat sudah banyak memberikan perhatian untuk Kota Bogor. Termasuk hibah trem dari Belanda, salah satunya dialokasikan ke Kota Bogor.

"Trem rencananya tahun depan kalau secara peluang teknisnya lencar. Tahun depan sudah dikirim dari Belanda," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPTJ Bambang Prihartono menyatakan, pihaknya tak hanya bicara Kota Bogor saja, karena di Jabodetabek sudah mencapai 100 juta pergerakan orang perhari.

"Padahal dua tahun yang lalu masih 50 juta orang per hari. Jadi peningkatannya signifikan sekali. Karena itu pihaknya mempunyai rencana induk yang disetujui tiga provinsi dan delapan wali kota yaitu rencana induk Jabodetabek tahun 2018-2019," jelasnya.

Dengan dibangunnya Stasiun LRT di sana, diharapkan dapat berbarengan dengan revitalisasi Terminal Baranangsiang. Pemerintah pusat, kata dia, sengaja membangun stasiun akhir LRT Jabodebek di kawasan Baranangsiang untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses transportasi umum.

"Nanti masih ada terminal. Nanti kita juga akan bicarakan dengan pengembang yang lain untuk mensinergikan rencana pembangunan LRT," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6482 seconds (0.1#10.140)