Solidaritas Dukungan Lintas Elemen untuk Gerakan 'Kita Semua Maryam'
A
A
A
JAKARTA - Adara Relief International bersama tokoh masyarakat Indonesia, anggota legistalif, para profesional, pemerhati persoalan kemanusiaan, dan elemen masyarakat lainnya menyatakan mendukung gerakan Internasional #kitasemuamaryam #weareallmary #weareallmaryam yang telah berlangsung di seluruh penjuru dunia sejak 28 Januari hingga 8 Maret 2019 mendatang.
Gerakan ini merupakan bentuk solidaritas dukungan terhadap perempuan Al Quds yang telah banyak mengalami penderitaan selama menjaga kesucian Al Quds dan Tanah Air mereka dari penjajahan zionis Israel sejak 70 tahun lalu.
Konsekuensi perjuangan mereka amat berat dan membutuhkan ketegaran luar biasa seperti ditahan, dipisahkan dari keluarga dan anak-anak, rumah dirampas dan dihancurkan, dilarang memasuki kota tempat tinggal, bahkan dilarang memasuki masjid Al Aqsha.
"Mereka layaknya Ibunda Maryam yang sepanjang hidupnya dinisbahkan untuk menjaga Baitul Maqdis. Terusir dengan cara yang zalim, namun cinta dan khidmatnya untuk Al-Quds tidak pernah surut," kata Ketua Adara Relief Internasional, Nurjanah Hulwani, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/2/2019).
Adara percaya terciptanya perdamaian dunia dimulai dari terciptanya perdamaian di Al Quds. Hak-hak asasi setiap manusia harus mendapatkan perlindungan. Hal yang telah banyak dilanggar oleh penjajah Israel atas perempuan-perempuan Al Quds dan bangsa Palestina secara umum. "Oleh karenanya gerakan ini dapat menjadi salah satu langkah penting untuk mewujudkan hal tersebut," tandasnya.
Nurjanah menuturkan, sekecil apapun kontribusi yang diberikan sesungguhnya menjadi kekuatan bagi perempuan di Al Quds,. Karena perjuangan mereka di Al Quds merupakan senjata terbaik untuk menghentikan kezhaliman yang dilakukan Israel.
"Perempuan Al Quds membutuhkan dukungan kita semua. Mereka adalah kita, kita adalah mereka. Karena kita semua Maryam," pungkasnya.
Gerakan ini merupakan bentuk solidaritas dukungan terhadap perempuan Al Quds yang telah banyak mengalami penderitaan selama menjaga kesucian Al Quds dan Tanah Air mereka dari penjajahan zionis Israel sejak 70 tahun lalu.
Konsekuensi perjuangan mereka amat berat dan membutuhkan ketegaran luar biasa seperti ditahan, dipisahkan dari keluarga dan anak-anak, rumah dirampas dan dihancurkan, dilarang memasuki kota tempat tinggal, bahkan dilarang memasuki masjid Al Aqsha.
"Mereka layaknya Ibunda Maryam yang sepanjang hidupnya dinisbahkan untuk menjaga Baitul Maqdis. Terusir dengan cara yang zalim, namun cinta dan khidmatnya untuk Al-Quds tidak pernah surut," kata Ketua Adara Relief Internasional, Nurjanah Hulwani, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/2/2019).
Adara percaya terciptanya perdamaian dunia dimulai dari terciptanya perdamaian di Al Quds. Hak-hak asasi setiap manusia harus mendapatkan perlindungan. Hal yang telah banyak dilanggar oleh penjajah Israel atas perempuan-perempuan Al Quds dan bangsa Palestina secara umum. "Oleh karenanya gerakan ini dapat menjadi salah satu langkah penting untuk mewujudkan hal tersebut," tandasnya.
Nurjanah menuturkan, sekecil apapun kontribusi yang diberikan sesungguhnya menjadi kekuatan bagi perempuan di Al Quds,. Karena perjuangan mereka di Al Quds merupakan senjata terbaik untuk menghentikan kezhaliman yang dilakukan Israel.
"Perempuan Al Quds membutuhkan dukungan kita semua. Mereka adalah kita, kita adalah mereka. Karena kita semua Maryam," pungkasnya.
(thm)