Sterilisasi Pejalan Kaki di Bawah Skybridge Tanah Abang Belum Efektif
A
A
A
JAKARTA - Larangan pejalan kaki untuk melintas di bawah Skybridge Tanah Abang, Jakarta Pusat masih belum efektif. Sejumlah kurir pembawa gerobak terlihat masih hilir mudik di kawasan itu.
Di sisi lain, keberadaan petugas Satpol PP maupun Dishubtrans di lokasi tak memberikan efek berarti. Banyak kurir yang melintas membuat ruas jalan terpakai, akibatnya penyempitan jalan terasa di kawasan itu.
Kondisi ini hampir terjadi di bawah Skybridge Tanah Abang, trotoar yang dipenuhi pedagang kaki lima (PKL) membuat para kurir memilih jalanan. Mereka kemudian melintas di badan jalan, membuat lalu lintas kendaraan terganggu.
Kecepatan menjadi berkurang lantaran ketakutan pengendara kendaraan bermotor menyerempet para kurir. Salah-salah, mereka akan menjadi bulan bulanan masyarakat di kawasan itu. “Kita harus hati-hati, sudah mana jalannya lama. Kalau disenggol, bisa berabe kita,” kata Yanto (45) pengeemudi mobil Avanza yang melintas di bawah Skybridge, Kamis (7/2/2019).
Sebelumnya, Gubernur Jakarta, Anies Baswedan melarang pejalan kaki melintas di Jalan Jatibaru Raya tepatnya di bawah Skybridge Tanah Abang mulai hari ini. Sosialisasi terhadap itu sudah dilakukan sepekan lalu dengan menempatkan sejumlah petugas Satpol PP dan Dishubtrans di kawasan itu.
Petugas terlihat hanya memantau dan tak melakukan pelarangan terhadap kurir.
Imbasnya, keberadaan kurir yang melintas cukup banyak, setengah jam memantau, SINDOnews mencatat lebih dari 20 kurir melintas di bawah Skybridge ruas Stasiun Tanah Abang menuju Blok G. Sementara di ruas sebaliknya jalur terlihat steril.
Para kurir beralasan adanya PKL yang berdagang membuat trotoar menyempit. Takut mengenai lapak pedagang, para kurir memilih menggunakan jalan. “Daripada kita ribut sama pedagang. Mending kita ngalah,” ujar Rozak (29) salah satu kurir barang yang ditemui SINDOnews.
Rozak melihat, semestinya dengan trotoar yang lebar 8 meter membawa gerobak dari stasiun menuju kawasan Blok G tidak akan sulit. Meskipun harus berbagi dengan pejalan kaki, namun dengan trotoar yang lebar, maka akan cukup.
Sementara itu, Yuyu (32), pedagang aksesoris di trotoar beralasan tidak berdagang di Sky Bridge karena tidak mendapatkan lapak. Harganya yang di tawarkan terbilang mahal dan dinilai tak masuk akal. “Yang jelas bayar retribusi di trotoar jauh lebih murah,” ucap Yuyu.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi menegaskan aturan melarang pejalan kaki melintas di bawah Skybridge wajib ditaati. Meskipun belum ada sanksi bagi yang melanggar, namun Satpol PP dan Dishub yang berada dilokasi wajib melakukan pelarangan.
“Semata-mata demi Tanah Abang tertib,” ucapnya. Sementara terkait masih belum sterilnya kawasan itu, Irwandi mengaku pihaknya akan memanggil Kasudinhubtrans dan Kasatpol PP Jakarta Pusat untuk mengevaluasi. Tindak tegas wajib dilakukan agar jalan Tanah Abang nyaman bagi warga.
Di sisi lain, keberadaan petugas Satpol PP maupun Dishubtrans di lokasi tak memberikan efek berarti. Banyak kurir yang melintas membuat ruas jalan terpakai, akibatnya penyempitan jalan terasa di kawasan itu.
Kondisi ini hampir terjadi di bawah Skybridge Tanah Abang, trotoar yang dipenuhi pedagang kaki lima (PKL) membuat para kurir memilih jalanan. Mereka kemudian melintas di badan jalan, membuat lalu lintas kendaraan terganggu.
Kecepatan menjadi berkurang lantaran ketakutan pengendara kendaraan bermotor menyerempet para kurir. Salah-salah, mereka akan menjadi bulan bulanan masyarakat di kawasan itu. “Kita harus hati-hati, sudah mana jalannya lama. Kalau disenggol, bisa berabe kita,” kata Yanto (45) pengeemudi mobil Avanza yang melintas di bawah Skybridge, Kamis (7/2/2019).
Sebelumnya, Gubernur Jakarta, Anies Baswedan melarang pejalan kaki melintas di Jalan Jatibaru Raya tepatnya di bawah Skybridge Tanah Abang mulai hari ini. Sosialisasi terhadap itu sudah dilakukan sepekan lalu dengan menempatkan sejumlah petugas Satpol PP dan Dishubtrans di kawasan itu.
Petugas terlihat hanya memantau dan tak melakukan pelarangan terhadap kurir.
Imbasnya, keberadaan kurir yang melintas cukup banyak, setengah jam memantau, SINDOnews mencatat lebih dari 20 kurir melintas di bawah Skybridge ruas Stasiun Tanah Abang menuju Blok G. Sementara di ruas sebaliknya jalur terlihat steril.
Para kurir beralasan adanya PKL yang berdagang membuat trotoar menyempit. Takut mengenai lapak pedagang, para kurir memilih menggunakan jalan. “Daripada kita ribut sama pedagang. Mending kita ngalah,” ujar Rozak (29) salah satu kurir barang yang ditemui SINDOnews.
Rozak melihat, semestinya dengan trotoar yang lebar 8 meter membawa gerobak dari stasiun menuju kawasan Blok G tidak akan sulit. Meskipun harus berbagi dengan pejalan kaki, namun dengan trotoar yang lebar, maka akan cukup.
Sementara itu, Yuyu (32), pedagang aksesoris di trotoar beralasan tidak berdagang di Sky Bridge karena tidak mendapatkan lapak. Harganya yang di tawarkan terbilang mahal dan dinilai tak masuk akal. “Yang jelas bayar retribusi di trotoar jauh lebih murah,” ucap Yuyu.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi menegaskan aturan melarang pejalan kaki melintas di bawah Skybridge wajib ditaati. Meskipun belum ada sanksi bagi yang melanggar, namun Satpol PP dan Dishub yang berada dilokasi wajib melakukan pelarangan.
“Semata-mata demi Tanah Abang tertib,” ucapnya. Sementara terkait masih belum sterilnya kawasan itu, Irwandi mengaku pihaknya akan memanggil Kasudinhubtrans dan Kasatpol PP Jakarta Pusat untuk mengevaluasi. Tindak tegas wajib dilakukan agar jalan Tanah Abang nyaman bagi warga.
(whb)