2019, KCI Jamin Pengguna KMT 80% Sudah E-Money
A
A
A
JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menargetkan tahun 2019 nanti 80% pengguna Commuter Line sudah menggunakan Kartu Multi Trip (KMT).
Di sisi lain, peningkatan fungsi KMT terus dilakukan PT KCI. Koordinasi dengan Bank Indonesia terus digencarkan demi membuat KMT sebagai kartu pembayaran elektronik (e money). Terhadap itu, KCI menargetkan 2019 nanti KMT sudah bisa untuk e money.
"Kami masih menunggu izin dari BI bahwa KMT kami juga bisa digunakan sebagai kartu elektronik. Mudah-mudahan dalam waktu dekat (tahun ini)," kata Direktur Utama PT KCI, Wiwik Widayanti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/2/2019).
Wiwik mengharapkan, tergabungnya KMT menjadi e money, rencana untuk mengintegrasikan seluruh transportasi di Jabodetabek kian tercapai. Sebab nantinya KMT KRL dapat digunakan untuk Transjakarta, LRT dan MRT.
"Kami juga koordinasi terus dengan moda operator lain," kata Wiwik sembari bermimpi integrasi baik dari sisi fisik maupun sistem pembayaran.
Selain tengah merampungkan KMT menjadi E Money, Wiwik mengatakan, pihaknya tengah mensosialisasikan dan mengarahkan penumpang KRL yang menggunakan Tiket Harian Berjaminan (THB) ke KMT.
Mendorong itu, peluncuran KMT edisi khusus saat momen-momen tertentu diluncurkan pihaknya sebagai bagian dari sosialisasi.
"Kami ingin memperkenalkan, mengimbau agar penumpang kami beralih dari kartu THB ke KMT. Makanya supaya menarik kami juga hadirkan KMT yang tematik, seperti saat ini kami luncurkan spesial Imlek," kata Wiwik.
Sementara itu, Vice President Coorporate Communication PT KCI, Eva Chairunissa mengakui pengguna KMT terus alami kenaikan. Saat ini 60% pengguna Commuter Line sudah menggunakan KMT, sementara sisanya masih menggunakan THB.
Eva memaparkan, di tahun 2017, rata rata pengguna KMT mencapai 860 ribu, jumlah ini terus alami peningkatan, puncaknya di tahun 2018, pengguna KMT mencapai 997 ribu per hari.
Sedangkan untuk tahun 2019. Meskipun pengguna Commuter Line menembus angka 1 juta per hari. Namun Eva mengatakan pihaknya tak mematok target tinggi. 80 persen pengguna KRL di targetkan menggunakan KMT di tahun ini.
"Targetnya 80 persen dari pengguna KRL per hari," kata Eva.
Meskipun alami peningkatan target, namun pihaknya yakin hal itu akan berjalan mulus. Bahkan ia yakin, dengan tambahan fasilitas KMT yang menjadi e money, akan memudahkan KMT menjadi kartu pembayar favorit. Sebab dengan dijadikan KMT sebagai e money, maka kartu ini bisa digunakan untuk belanja di minimarket dan pembayar tol.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga melihat rancangan KMT sebagai e money dinilai cukup telat. Ia melihat, semestinya KCI telah membuat hal itu, bahkan merancangnya jauh jauh hari.
"Bukan sekarang. Ini lebih kepada efisiensi," kata Nirwono saat menanggapi.
Nirwono melihat saat ini, masyarakat Indonesia khususnya pengguna transportasi Jabodetabek mulai dipusingkan dengan membagi pembayaran Commuter Line yang belum tergabung e money. Padahal semestinya itu bisa dilakukan dan tak kalah dengan e money milik bank yang bisa digunakan membayar Transjakarta.
Selain menyindir keterlambatan KMT sebagai E Money, Nirwono juga mencatat banyak sejumlah stasiun yang belum terintegrasi transportasi lainnya, seperti transjakarta, LRT dan MRT nantinya. Karenanya, Ia mendorong agar KCI duduk bareng dengan sejumlah transportasi lain untuk mempercepat integrasi.
"Prinsipnya permudahkan masyarakat dalam mencari dan bertransportasi. Dengan demikian masyarakat akan mau menggunakan transportasi umum dan meninggalkan kendaraan pribadi," tutupnya.
Di sisi lain, peningkatan fungsi KMT terus dilakukan PT KCI. Koordinasi dengan Bank Indonesia terus digencarkan demi membuat KMT sebagai kartu pembayaran elektronik (e money). Terhadap itu, KCI menargetkan 2019 nanti KMT sudah bisa untuk e money.
"Kami masih menunggu izin dari BI bahwa KMT kami juga bisa digunakan sebagai kartu elektronik. Mudah-mudahan dalam waktu dekat (tahun ini)," kata Direktur Utama PT KCI, Wiwik Widayanti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/2/2019).
Wiwik mengharapkan, tergabungnya KMT menjadi e money, rencana untuk mengintegrasikan seluruh transportasi di Jabodetabek kian tercapai. Sebab nantinya KMT KRL dapat digunakan untuk Transjakarta, LRT dan MRT.
"Kami juga koordinasi terus dengan moda operator lain," kata Wiwik sembari bermimpi integrasi baik dari sisi fisik maupun sistem pembayaran.
Selain tengah merampungkan KMT menjadi E Money, Wiwik mengatakan, pihaknya tengah mensosialisasikan dan mengarahkan penumpang KRL yang menggunakan Tiket Harian Berjaminan (THB) ke KMT.
Mendorong itu, peluncuran KMT edisi khusus saat momen-momen tertentu diluncurkan pihaknya sebagai bagian dari sosialisasi.
"Kami ingin memperkenalkan, mengimbau agar penumpang kami beralih dari kartu THB ke KMT. Makanya supaya menarik kami juga hadirkan KMT yang tematik, seperti saat ini kami luncurkan spesial Imlek," kata Wiwik.
Sementara itu, Vice President Coorporate Communication PT KCI, Eva Chairunissa mengakui pengguna KMT terus alami kenaikan. Saat ini 60% pengguna Commuter Line sudah menggunakan KMT, sementara sisanya masih menggunakan THB.
Eva memaparkan, di tahun 2017, rata rata pengguna KMT mencapai 860 ribu, jumlah ini terus alami peningkatan, puncaknya di tahun 2018, pengguna KMT mencapai 997 ribu per hari.
Sedangkan untuk tahun 2019. Meskipun pengguna Commuter Line menembus angka 1 juta per hari. Namun Eva mengatakan pihaknya tak mematok target tinggi. 80 persen pengguna KRL di targetkan menggunakan KMT di tahun ini.
"Targetnya 80 persen dari pengguna KRL per hari," kata Eva.
Meskipun alami peningkatan target, namun pihaknya yakin hal itu akan berjalan mulus. Bahkan ia yakin, dengan tambahan fasilitas KMT yang menjadi e money, akan memudahkan KMT menjadi kartu pembayar favorit. Sebab dengan dijadikan KMT sebagai e money, maka kartu ini bisa digunakan untuk belanja di minimarket dan pembayar tol.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga melihat rancangan KMT sebagai e money dinilai cukup telat. Ia melihat, semestinya KCI telah membuat hal itu, bahkan merancangnya jauh jauh hari.
"Bukan sekarang. Ini lebih kepada efisiensi," kata Nirwono saat menanggapi.
Nirwono melihat saat ini, masyarakat Indonesia khususnya pengguna transportasi Jabodetabek mulai dipusingkan dengan membagi pembayaran Commuter Line yang belum tergabung e money. Padahal semestinya itu bisa dilakukan dan tak kalah dengan e money milik bank yang bisa digunakan membayar Transjakarta.
Selain menyindir keterlambatan KMT sebagai E Money, Nirwono juga mencatat banyak sejumlah stasiun yang belum terintegrasi transportasi lainnya, seperti transjakarta, LRT dan MRT nantinya. Karenanya, Ia mendorong agar KCI duduk bareng dengan sejumlah transportasi lain untuk mempercepat integrasi.
"Prinsipnya permudahkan masyarakat dalam mencari dan bertransportasi. Dengan demikian masyarakat akan mau menggunakan transportasi umum dan meninggalkan kendaraan pribadi," tutupnya.
(mhd)