Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung Ancam Kemacetan di Bekasi
A
A
A
BEKASI - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi memproyeksikan enam ruas jalan di wilayahnya terancam macet parah saat pelaksanaan pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung yang tengah dibangun pemerintah pusat. Proyek yang dibangun sisi kiri arah Jakarta tersebut bakal berimbas parah kepada sejumlah jalan kolektor di wilayah timur DKI Jakarta tersebut.
Kabid Perencanaan, Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, Erwin Guwinda mengatakan, ancaman kemacetan itu bakal terjadi di empat jalan kolektor Bekasi. Sebab, jalan tersebut dilintasi oleh proyek kereta cepat.
Apalagi, jalan tersebut jalan penghubung dengan DKI Jakarta."Sudah pasti kemacetan terjadi di empat jalan tersebut, jadi pemerintah harus punya solusi mengatasi kemacetan itu," katanya.
Empat jalan yang terkena imbas pembangunan kereta cepat adalah Jalan Anugerah Jatiwaringin, Jalan Cikunir Galaksi, Jalan Jakamulya, dan Jalan Perumahan Cikunir. Menurut dia, seluruh jalan itu persis berada di dekat pembangunan kereta cepat.
Saat ini, Jalan Anugerah Jatiwaringin belum ada jalan alternatif. Sebab, lintasan dibawah pembangunan kereta cepat akan dibangun pedestrian sesuai dengan desain pekerja proyek. Akan tetapi tiga jalan lainnya, kata dia, masih menyisalan jalan alternatif di bawah pembangunan proyek.
Pelaksanaan pembangunan kereta api cepat itu sudah mulai dilakukan pembebasan lahan. Dan diprediksi pada 2019 ini pelaksanaan pembangunan sudah mulai dilaksanakan."Masih pembebasan lahan, kalau proyek itu sudah berjalan, kemacetan pasti terjadi," ujarnya.
Erwin mengaku, wilayah yang terkena pembebasan lahan kmulai dari Pasar Sumber Arta, Bekasi Barat sampai Bekasi Timur. Namun, untuk lahan yang dibebaskan hanya yang ada di sisi selatan. "Kalau sisi utara sudah dipakai untuk pembangunan Light Rail Transit (LRT). Kalau kereta cepat lokasinya di sisi selatan yang melintas di Tol Jakarta-Cikampek," ungkapnya.
Erwin berencana akan mengusulkan sisa lahan konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung di wilayah setempat dibuat jalan. Sebab, lahan yang dibebaskan untuk kereta itu lebarnya mencapai 30 meter dari perbatasan DKI di Pondok Gede sampai dengan Bekasi Timur. "Rencananya dibuat taman, tapi kami mengusulkan dibuat jalan untuk menetraslisir kemacetan itu," ujarnya.
Kabid Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Johan Budi menambahkan, sampai sekarang pihaknya baru satu kali rapat dengan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dan hasilnya belum bisa diaplikasikan. "Kita masih menungggu konstruksi berjalan. Nanti akan ketahuan efeknya, baru disitu kita cari solusi rekayasa lalu lintas," ujarnya.
Johan berharap, pelaksana proyek bisa mengganti jalan yang terkena pembangunan kereta cepat. Dia khawatir, proyek itu bisa berdampak kepada arus lalu lintas yang sudah ada. "Arus lalu lintas di kita ini sudah macet, jangan sampai masalah pembangunan bisa menyudutkan daerah. Tolong juga dipikirkan dong, sehingga kemacetan itu bisa berkurang," ucapnya.
Kabid Perencanaan, Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, Erwin Guwinda mengatakan, ancaman kemacetan itu bakal terjadi di empat jalan kolektor Bekasi. Sebab, jalan tersebut dilintasi oleh proyek kereta cepat.
Apalagi, jalan tersebut jalan penghubung dengan DKI Jakarta."Sudah pasti kemacetan terjadi di empat jalan tersebut, jadi pemerintah harus punya solusi mengatasi kemacetan itu," katanya.
Empat jalan yang terkena imbas pembangunan kereta cepat adalah Jalan Anugerah Jatiwaringin, Jalan Cikunir Galaksi, Jalan Jakamulya, dan Jalan Perumahan Cikunir. Menurut dia, seluruh jalan itu persis berada di dekat pembangunan kereta cepat.
Saat ini, Jalan Anugerah Jatiwaringin belum ada jalan alternatif. Sebab, lintasan dibawah pembangunan kereta cepat akan dibangun pedestrian sesuai dengan desain pekerja proyek. Akan tetapi tiga jalan lainnya, kata dia, masih menyisalan jalan alternatif di bawah pembangunan proyek.
Pelaksanaan pembangunan kereta api cepat itu sudah mulai dilakukan pembebasan lahan. Dan diprediksi pada 2019 ini pelaksanaan pembangunan sudah mulai dilaksanakan."Masih pembebasan lahan, kalau proyek itu sudah berjalan, kemacetan pasti terjadi," ujarnya.
Erwin mengaku, wilayah yang terkena pembebasan lahan kmulai dari Pasar Sumber Arta, Bekasi Barat sampai Bekasi Timur. Namun, untuk lahan yang dibebaskan hanya yang ada di sisi selatan. "Kalau sisi utara sudah dipakai untuk pembangunan Light Rail Transit (LRT). Kalau kereta cepat lokasinya di sisi selatan yang melintas di Tol Jakarta-Cikampek," ungkapnya.
Erwin berencana akan mengusulkan sisa lahan konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung di wilayah setempat dibuat jalan. Sebab, lahan yang dibebaskan untuk kereta itu lebarnya mencapai 30 meter dari perbatasan DKI di Pondok Gede sampai dengan Bekasi Timur. "Rencananya dibuat taman, tapi kami mengusulkan dibuat jalan untuk menetraslisir kemacetan itu," ujarnya.
Kabid Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Johan Budi menambahkan, sampai sekarang pihaknya baru satu kali rapat dengan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dan hasilnya belum bisa diaplikasikan. "Kita masih menungggu konstruksi berjalan. Nanti akan ketahuan efeknya, baru disitu kita cari solusi rekayasa lalu lintas," ujarnya.
Johan berharap, pelaksana proyek bisa mengganti jalan yang terkena pembangunan kereta cepat. Dia khawatir, proyek itu bisa berdampak kepada arus lalu lintas yang sudah ada. "Arus lalu lintas di kita ini sudah macet, jangan sampai masalah pembangunan bisa menyudutkan daerah. Tolong juga dipikirkan dong, sehingga kemacetan itu bisa berkurang," ucapnya.
(whb)