UI Bekali Warga Binaan Lapas Cikarang Keterampilan Wirausaha Pascabebas
A
A
A
BEKASI - Universitas Indonesia (UI) melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan civitas akademis Pendidikan Vokasi UI, membekali warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) III Cilampayan, Desa Pasir Tanjung, Cikarang, Kabupaten Bekasi, dengan beragam keterampilan. Kegiatan yang mengedepankan aspek teknologi ini diharapkan bisa menjadikan warga binaan sebagai wirausaha setelah bebas dari Lapas.
Program pengabdian masyarakat ini diketuai dosen tetap Pendidikan Vokasi UI, Rahmi Setiawati. Rahmi mengatakan, hingga kini stigma masyarakat terhadap mantan narapidana (napi) masih negatif, sehingga ketika mereka keluar dari Lapas tetap sulit untuk mencari pekerjaan.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi seorang wirausaha. Adapun jenis keterampilan yang diberikan kepada warga binaan antara lain produksi pembuatan roti, produksi pembuatan kaligrafi dan cendramata, produksi bahan dari plastik hasil kerja sama dengan PT Glori Karsa Abadi, dan pembuatan keset dari bahan perca.
"Lapas sebagai tempat pembinaan tidak hanya memberikan kontribusi dari segi keterampilan tetapi harus mampu menciptakan wirausaha dari mantan narapidana,” ujar Rahmi Setiawati, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/9/2018).
Menurut Rahmi, peran Lapas mampu menciptakan wirausaha bagi warga binaan masyarakat pasca bebas. Sebab ketika berstatus warga binaan pemasyarakatan sudah diberikan keterampilan untuk meningkatkan kapasitasnya, memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk hasil karyanya, yang bisa dikembangkan dan berkelanjutan.
Dengan demikian perlu dipertimbangkan bagaimana sistem yang terbentuk, mulai dari hulu hingga ke hilir, yaitu mulai dari produksi yang memiliki daya saing hingga pemasaraan. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan aspek teknologi, sehingga produk-produk unggulan hasil karya warga binaan masyarakat dikenal oleh masyarakat luas baik skala nasional hingga internasional.
"Namun, perlu dibuat sistem managemen dan standar kualitas mutu dari produk-produk yang dihasilkan, sehingga memiliki daya saing di pasar internasional," katanya.
Rahmi menilai, keterkaitan kampus yang bisa memberikan instrumen pendampingan, sebagai faktor penting dalam meningkatkan kapasitas perkembangan warga binaan pemasyarakatan dengan menstimulisasi dan bergerak dalam ranah yang keberlanjutan (sustain). Mulai dari membentuk pola pikir ketika bebas menjadi wirausaha dengan keterampilan yang telah dimiliki sehingga menghasilkan produk-produk tertentu dengan melalui marketing digital, sebagai peluang pemasaran online melalui marketplace.
Rahmi menjelaskan, kegiatan mengelola website marketing digital hasil produksi warga binaan pemasyarakat dan ketika bebas (mantan narapidana) untuk mendukung terbentuknya komunitas yang mandiri, diawali dengan ketersediaan database dan terintegrasinya.
Melalui kegiatan ini warga binaan diharapkan bisa meningkatkan promosi yang mampu menciptakan branding produk-produk hasil karya mereka. Selain itu performance kapasitas warga binaan pemasyarakatan ketika bebas akan menjadi wirausaha, baik dari sisi investasi dan partisipasi menjadi agent perubahan yang memiliki daya saing.
Selain itu, dapat memperkecil terjadinya tindakan kriminalitas yang berulang yang dilakukan kembali oleh mantan narapidana ketika terperangkap pada ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. "Dengan adanya perubahan ini, ke depan mampu meningkatkan kesejahteran dan peningkatan ekonomi di Indonesia,” tandasnya.
Terkait hal ini, UI telah menjalankan sejumlah program kerja di Lapas Cilakarang. Pertama, mengidentifikasi produk unggulan warga binaan pemasyarakatan melalui pemetaan produk hasil produksi karya warga binaan pemasyarakatan, melakukan pemetaan untuk menentukan kriteria peserta yang akan dilakukan pembinaan, wawancara dengan kalapas, serta FGD atau diskusi untuk menentukan bakat dan harapan mereka pasca bebas.
Kedua, melakukan pembinaan dan membangun kesadaran tentang wirausaha malalui workshop selama dua hari. Tujuannya adalah memberikan pembekalan untuk membangun kesadaran mereka tentang konsep diri agar menjadi wirausaha dan pengenalan tentang marketing digital. Ketiga, membuat prototype website.
Rahmi menegaskan, hasil dari pengabdian masyarakat adalah memberikan keterampilan, pengetahuan dan pengembangan yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan. hal ini dimulai dari kemasan produksi yang dihasilkan hingga kemasan sampai pada kegiatan pemasaran melalui online, dengan harapan terbentuknya website untuk memasarkan secara online hasil produksi dari para warga binaan.
"Setelah narapidana bebas, mereka diharapkan bisa melanjutkan kembali dengan membuat atau mendesain pemasaran secara online dari produk yang dihasilkan berdasarkan hasil keterampilan yang dimiliki, sehingga ketika pasca bebas dari Lapas, para narapidana bisa menghasilkan uang dan meningkatkan kesejahteraan melalui wirausaha, sehingga stereotype negatif tidak menjadi beban bagi para narapidana," pungkas Rahmi.
Program pengabdian masyarakat ini diketuai dosen tetap Pendidikan Vokasi UI, Rahmi Setiawati. Rahmi mengatakan, hingga kini stigma masyarakat terhadap mantan narapidana (napi) masih negatif, sehingga ketika mereka keluar dari Lapas tetap sulit untuk mencari pekerjaan.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi seorang wirausaha. Adapun jenis keterampilan yang diberikan kepada warga binaan antara lain produksi pembuatan roti, produksi pembuatan kaligrafi dan cendramata, produksi bahan dari plastik hasil kerja sama dengan PT Glori Karsa Abadi, dan pembuatan keset dari bahan perca.
"Lapas sebagai tempat pembinaan tidak hanya memberikan kontribusi dari segi keterampilan tetapi harus mampu menciptakan wirausaha dari mantan narapidana,” ujar Rahmi Setiawati, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/9/2018).
Menurut Rahmi, peran Lapas mampu menciptakan wirausaha bagi warga binaan masyarakat pasca bebas. Sebab ketika berstatus warga binaan pemasyarakatan sudah diberikan keterampilan untuk meningkatkan kapasitasnya, memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk hasil karyanya, yang bisa dikembangkan dan berkelanjutan.
Dengan demikian perlu dipertimbangkan bagaimana sistem yang terbentuk, mulai dari hulu hingga ke hilir, yaitu mulai dari produksi yang memiliki daya saing hingga pemasaraan. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan aspek teknologi, sehingga produk-produk unggulan hasil karya warga binaan masyarakat dikenal oleh masyarakat luas baik skala nasional hingga internasional.
"Namun, perlu dibuat sistem managemen dan standar kualitas mutu dari produk-produk yang dihasilkan, sehingga memiliki daya saing di pasar internasional," katanya.
Rahmi menilai, keterkaitan kampus yang bisa memberikan instrumen pendampingan, sebagai faktor penting dalam meningkatkan kapasitas perkembangan warga binaan pemasyarakatan dengan menstimulisasi dan bergerak dalam ranah yang keberlanjutan (sustain). Mulai dari membentuk pola pikir ketika bebas menjadi wirausaha dengan keterampilan yang telah dimiliki sehingga menghasilkan produk-produk tertentu dengan melalui marketing digital, sebagai peluang pemasaran online melalui marketplace.
Rahmi menjelaskan, kegiatan mengelola website marketing digital hasil produksi warga binaan pemasyarakat dan ketika bebas (mantan narapidana) untuk mendukung terbentuknya komunitas yang mandiri, diawali dengan ketersediaan database dan terintegrasinya.
Melalui kegiatan ini warga binaan diharapkan bisa meningkatkan promosi yang mampu menciptakan branding produk-produk hasil karya mereka. Selain itu performance kapasitas warga binaan pemasyarakatan ketika bebas akan menjadi wirausaha, baik dari sisi investasi dan partisipasi menjadi agent perubahan yang memiliki daya saing.
Selain itu, dapat memperkecil terjadinya tindakan kriminalitas yang berulang yang dilakukan kembali oleh mantan narapidana ketika terperangkap pada ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. "Dengan adanya perubahan ini, ke depan mampu meningkatkan kesejahteran dan peningkatan ekonomi di Indonesia,” tandasnya.
Terkait hal ini, UI telah menjalankan sejumlah program kerja di Lapas Cilakarang. Pertama, mengidentifikasi produk unggulan warga binaan pemasyarakatan melalui pemetaan produk hasil produksi karya warga binaan pemasyarakatan, melakukan pemetaan untuk menentukan kriteria peserta yang akan dilakukan pembinaan, wawancara dengan kalapas, serta FGD atau diskusi untuk menentukan bakat dan harapan mereka pasca bebas.
Kedua, melakukan pembinaan dan membangun kesadaran tentang wirausaha malalui workshop selama dua hari. Tujuannya adalah memberikan pembekalan untuk membangun kesadaran mereka tentang konsep diri agar menjadi wirausaha dan pengenalan tentang marketing digital. Ketiga, membuat prototype website.
Rahmi menegaskan, hasil dari pengabdian masyarakat adalah memberikan keterampilan, pengetahuan dan pengembangan yang diberikan kepada warga binaan pemasyarakatan. hal ini dimulai dari kemasan produksi yang dihasilkan hingga kemasan sampai pada kegiatan pemasaran melalui online, dengan harapan terbentuknya website untuk memasarkan secara online hasil produksi dari para warga binaan.
"Setelah narapidana bebas, mereka diharapkan bisa melanjutkan kembali dengan membuat atau mendesain pemasaran secara online dari produk yang dihasilkan berdasarkan hasil keterampilan yang dimiliki, sehingga ketika pasca bebas dari Lapas, para narapidana bisa menghasilkan uang dan meningkatkan kesejahteraan melalui wirausaha, sehingga stereotype negatif tidak menjadi beban bagi para narapidana," pungkas Rahmi.
(thm)