Lompat dari Lantai 3 Mapolresta Bogor, Terduga Pencabulan Tewas
A
A
A
BOGOR - Seorang terduga pelaku cabul, SF (41) tewas setelah lompat dari lantai tiga gedung Mapolresta Bogor Kota, Jalan Kapten Muslihat, Bogor Tengah, Kota Bogor. Keluarga yang tidak terima dengan kematian kerabatnya itu melaporkan kasus tersebut ke polisi dan Komnas HAM.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Bogor Kota Kompol Agah Sanjaya saat dikonfirmasi membenarkan adanya terduga pelaku cabul yang tewas di area Mapolresta Bogor Kota.
Menurutnya, peristiwa tersebut terjadi pada Selasa 4 September 2018 malam. Kasus ini bermula saat anggotanya mendapat laporan bahwa warga Kampung Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, menangkap seorang pria yang diduga telah menyodomi remaja berusia 15 tahun.
Karena warga semakin beringas, beberapa anggota Satreskrim yang tiba di lokasi bertindak cepat mengamankan terduga pelaku dan membawanya ke Mako Polresta Bogor Kota.
"Ketika sedang gelar perkara di ruang reskrim, ada anggota polisi membawa SF ke ruang penyidik dalam kondisi tangan diborgol ke belakang. Waktu itu saya ada disitu," jelas Kompol Agah, dalam keterangan persnya, Juat (7/9/2018).
Dengan wajah luka lebam dan lecet, SF kemudian duduk disamping pintu ruang penyidik yang berada di gedung lantai 3 itu. "Terus saya bertanya. Kang, punya anak istri? Dia tidak merespons," katanya.
Sesuai standar operasional prosedure (SOP), ia memerintahkan anak buahnya untuk membawa SF ke klinik untuk mengobati luka di sekitar wajahnya. "Saat hendak dibawa ke klinik, SF tergolek lemas dan tiba-tiba berontak hingga teriak sekencang-kencangnya," katanya.
Teriakan SF membuat seluruh anggota polisi yang ada di lantai 3 dibuat kaget. Selepas berteriak, SF berlari ke ruangan kosong berada di ujung gedung dan melompat lewat jendela lantai 3.
"Anggota saya sempat ngejar. Tak lama berteriak, SF kabur maka segera saya turun ke bawah dari lantai tiga," bebernya.
Saat tiba di bawah, ia mendapati tubuh SF tergeletak di parkiran motor belakang gedung Satreskrim. Kepalanya bersimbah darah akibat membentur lantai.
"Saya panggil petugas medis RS Bhayangkara. Setelah dinyatakan masih ada denyut nadinya, langsung kami bawa ke RSUD," ujarnya.
Namun saat diperiksa dokter IGD, FS dinyatakan sudah meninggal dunia karena luka parah di bagian kepala akibat melompat dari lantai 3 gedung Mako Polresta yang baru selesai dibangun itu.
"Intinya diluar dugaan. Tidak ada tanda-tanda melarikan diri. Tujuannya apakah mau bunuh diri atau melarikan diri, belum tahu," katanya.
Sementara itu, kematian SF menuai reaksi dan tanda tanya bagi anggota keluarganya. Sebab, pada Selasa 4 September 2018 malam, SF dijemput sejumlah warga dan dibawa ke sebuah rumah kosong karena dituduh mencabuli seorang reamaja.
SF kemudian dianiaya sejumlah warga dan keluarga korban sodomi. Usai dihakimi, SF kemudian diserahkan ke aparat kepolisian.
"Saat diserahkan masih hidup, tapi setelah dipulangkan sudah tidak bernyawa. Kami sebagai keluarga tidak ikhlas atas kematian SF. Kalau benar dia melakukan asusila, silahkan diproses hukum. Kami ingin menuntut keadilan," ungkap sepupu SF, Rudi, kepada wartawan.
Lantaran kematian SF dianggap tak wajar, Rudi mengaku akan melaporkannya kepada aparat kepolisian dan Komnas HAM. Ada dua laporan yakni kepada pelaku penganiayaan dan kepada pihak kepolisian yang menyebabkan korban tewas.
"Pihak keluarga meminta kasus ini dikupas tuntas. Ada Dan kami sudah membuat laporan secara resmi," tambahnya diamini keluarga lain.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Bogor Kota Kompol Agah Sanjaya saat dikonfirmasi membenarkan adanya terduga pelaku cabul yang tewas di area Mapolresta Bogor Kota.
Menurutnya, peristiwa tersebut terjadi pada Selasa 4 September 2018 malam. Kasus ini bermula saat anggotanya mendapat laporan bahwa warga Kampung Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, menangkap seorang pria yang diduga telah menyodomi remaja berusia 15 tahun.
Karena warga semakin beringas, beberapa anggota Satreskrim yang tiba di lokasi bertindak cepat mengamankan terduga pelaku dan membawanya ke Mako Polresta Bogor Kota.
"Ketika sedang gelar perkara di ruang reskrim, ada anggota polisi membawa SF ke ruang penyidik dalam kondisi tangan diborgol ke belakang. Waktu itu saya ada disitu," jelas Kompol Agah, dalam keterangan persnya, Juat (7/9/2018).
Dengan wajah luka lebam dan lecet, SF kemudian duduk disamping pintu ruang penyidik yang berada di gedung lantai 3 itu. "Terus saya bertanya. Kang, punya anak istri? Dia tidak merespons," katanya.
Sesuai standar operasional prosedure (SOP), ia memerintahkan anak buahnya untuk membawa SF ke klinik untuk mengobati luka di sekitar wajahnya. "Saat hendak dibawa ke klinik, SF tergolek lemas dan tiba-tiba berontak hingga teriak sekencang-kencangnya," katanya.
Teriakan SF membuat seluruh anggota polisi yang ada di lantai 3 dibuat kaget. Selepas berteriak, SF berlari ke ruangan kosong berada di ujung gedung dan melompat lewat jendela lantai 3.
"Anggota saya sempat ngejar. Tak lama berteriak, SF kabur maka segera saya turun ke bawah dari lantai tiga," bebernya.
Saat tiba di bawah, ia mendapati tubuh SF tergeletak di parkiran motor belakang gedung Satreskrim. Kepalanya bersimbah darah akibat membentur lantai.
"Saya panggil petugas medis RS Bhayangkara. Setelah dinyatakan masih ada denyut nadinya, langsung kami bawa ke RSUD," ujarnya.
Namun saat diperiksa dokter IGD, FS dinyatakan sudah meninggal dunia karena luka parah di bagian kepala akibat melompat dari lantai 3 gedung Mako Polresta yang baru selesai dibangun itu.
"Intinya diluar dugaan. Tidak ada tanda-tanda melarikan diri. Tujuannya apakah mau bunuh diri atau melarikan diri, belum tahu," katanya.
Sementara itu, kematian SF menuai reaksi dan tanda tanya bagi anggota keluarganya. Sebab, pada Selasa 4 September 2018 malam, SF dijemput sejumlah warga dan dibawa ke sebuah rumah kosong karena dituduh mencabuli seorang reamaja.
SF kemudian dianiaya sejumlah warga dan keluarga korban sodomi. Usai dihakimi, SF kemudian diserahkan ke aparat kepolisian.
"Saat diserahkan masih hidup, tapi setelah dipulangkan sudah tidak bernyawa. Kami sebagai keluarga tidak ikhlas atas kematian SF. Kalau benar dia melakukan asusila, silahkan diproses hukum. Kami ingin menuntut keadilan," ungkap sepupu SF, Rudi, kepada wartawan.
Lantaran kematian SF dianggap tak wajar, Rudi mengaku akan melaporkannya kepada aparat kepolisian dan Komnas HAM. Ada dua laporan yakni kepada pelaku penganiayaan dan kepada pihak kepolisian yang menyebabkan korban tewas.
"Pihak keluarga meminta kasus ini dikupas tuntas. Ada Dan kami sudah membuat laporan secara resmi," tambahnya diamini keluarga lain.
(ysw)