Layak Huni, Rusunawa Rawa Buaya Kurang Diminati Warga?
A
A
A
JAKARTA - Meskipun Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat telah layak huni. Namun sejumlah warga belum menempati rusunawa itu, kini bak bangunan terbengkalai, Rusunawa Rawa Buaya masih kosong.
Tercatat dari ratusan unit rusunawa yang ada, hanya dua unit yang telah ditempati. Mereka berasal dari relokasi warga Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
Pantauan di lokasi, rusunawa yang terletak di dekat perempatan Cengkareng, Jakarta Barat telah berdiri tegak dengan lima tower. Tiga tower telah siap dipergunakan, sementara sisanya masih dalam proses finishing.
Rusunawa itu terdiri dari 16 lantai, dengan tiga lantai diperuntukan untuk pasar. Lantai satu pun terlihat telah penuh sesak dipenuhi sejumlah pedagang sayuran. Sejumlah ruko di tempat itu telah terisi penuh.
Kondisi berbeda justru terjadi di lantai dua dan tiga. Ruko-ruko masih sepi, rooling door masih tutup, menandakan ruko itu belum di tempati. Kondisi berdebu terlihat di ruko itu, keramik mulai kotor dipenuhi pasir-pasir, debu di dekat tembok terlihat, begitupun dengan ruko yang berukuran 1,5 x 1 meter masih gelap dan belum di pasang lampu.
"Kalau siang mah belum kerasa, tapi entar deh kalau malam. Aktivitas pasar keliatan. Banyak warga yang beli, pedagang jualan. Kan namanya pasar sayur yang aktif malam hari," ucap Munir (37), pedagang sayur di lantai satu, Selasa (7/8/2018).
Kondisi tak jauh berbeda juga terlihat di lantai 4 hingga lantai 16 tempat penghuni tinggal. Unit rusunawa masih terlihat kosong, pintu-pintu tertutup. Hanya dua orang yang sudah tinggal di tempat itu, yakni di lantai 6 tower A, dan lantai 9 tower A. Kedua penghuni itu merupakan relokasi dari kebakaran di Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
Dari balik jendela terlihat kondisi rusunawa telah siap digunakan, keramik unit terlihat bersih. Setiap unitnya terdiri dari dua kamar, berukuran 2x3 meter. Di sisi setiap kanan terdapat sebuah ruang yang digunakan untuk dapur dan jemuran.
Meski demikian, saat SINDO menyambangi Anindia, di lantai 6 Blok A. Dua orang satpam mengusir wartawan. Mereka melarang segala bentuk peliputan yang dilakukan media.
Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Rawa Buaya Sarjoko mengatakan, rusunawa sudah siap digunakan sejak beberapa waktu lalu. Rencananya rusunawa itu akan disediakan untuk warga Taman Kota, Kembangan yang terbakar beberapa waktu lalu.
"Sosialisasi sudah, dikasih liat unit sudah. Dikasih bebas milih unit udah. Tapi mereka enggak mau, saya enggak tahu alasanya apa," ucap Sarjoko ketika dikonfirmasi.
Kala itu, Sarjoko mengatakan, ada 20 unit KK yang diperlihatkan mengecek unit di lantai 5 rusun. Mereka sempat tertarik dan mengambil kunci, beberapa hari kemudian mereka kemudian mengembalikan kunci.
Meski begitu, dari 14 unit setiap lantainya. Sarjoko mengatakan, pihaknya akan membagi dua kategori rusun kepada penghuni, yakni warga relokasi dengan harga sekitar Rp500 ribu per bulan. Dan warga umum, dengan harga Rp1,5 juta per bulan.
"Rencananya serah terima kunci akan dilakukan beberapa hari lagi," ucap Sarjoko yang mengatakan Dinas Perumahan dan Aset akan melakukan dalam waktu dekat.
Sementara untuk pedagang di lantai 1 hingga 3, Sarjoko mengatakan, pihaknya telah menyerahkan kepada Sudin UMKMP Jakarta Barat untuk mengelolah.
Kepala Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Barat, Nuraini Silviana mengatakan, kosongnya beberapa unit ruko di lantai 1 rusun lantaran masih banyak pedagang Pasar Rawa Buaya yang menolak dipindahkan. Mereka pun kini masih menempati lokasi pasar lama.
"Kami masih melakukan pendekatan, butuh waktu untuk meyakinkan mereka," ucap Sylviana. (Baca Juga: Rusunawa Rawa Buaya akan dilengkapi pasar modern
Sedangkan untuk lantai 2 dan 3, Sylvi mengatakan ratusan unit yang ada disitu masih belum diserahkan oleh Dinas Perumahan dan Gedung DKI Jakarta. Setelah nantinya di serahkan, Sylvi akan mengajak UMKM khususnya Oke Oce untuk menempati ruko itu. "Totalnya di tiga lantai ada 400 ruko," ucapnya.
Camat Kembangan, Agus Ramdhani mengatakan, belum pindahnya sejumlah warga Taman Kota ke Rusunawa Rawa Buaya karena warga mendapatkan perlindungan dan intimidasi dari LSM dan dua oknum Polisi.
"Oknum itu sudah lama tinggal di sana. Dan mereka juga memanfaatkan lahan itu untuk mencari uang. Salah satunya mendirikan kontrakan di sana. Coba sebaiknya polisi melakukan investigasi terhadap oknum tersebut," kata Agus.
Agus sendiri tak bisa berbuat banyak terhadap hal itu. Ia mengakui, kondisi ini membuat pihaknya sulit merelokasi warga. Karena warga yang tinggal ngotot di sana, status tanah pun menjadi abu abu. Karena Pemkot Jakbar masih tak berani melakukan penertiban di sana.
Kondisi ini membuat ratusan bangunan yang dahulu terbakar kembali berdiri tegak. Rumah rumah warga mulai muncul dengan gagah, pemukiman itu kembali normal.
Kasatpol PP Jakarta Barat Tamo Sijabat mengaku telah lepas tangan terkait polemik yang terjadi di Taman Kota. Berbagai upaya pemindahan telah dilakukan. Namun warga tidak merespon baik dan bahkan melakukan aksi protes kepada pemerintah. Tidak mau terjadi gesekan sementara waktu tindakan tegas belum bisa dilakukan. "Jadi instruksinya adalah tunggu suasana aman dulu baru kami ratakan," katanya.
Tercatat dari ratusan unit rusunawa yang ada, hanya dua unit yang telah ditempati. Mereka berasal dari relokasi warga Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
Pantauan di lokasi, rusunawa yang terletak di dekat perempatan Cengkareng, Jakarta Barat telah berdiri tegak dengan lima tower. Tiga tower telah siap dipergunakan, sementara sisanya masih dalam proses finishing.
Rusunawa itu terdiri dari 16 lantai, dengan tiga lantai diperuntukan untuk pasar. Lantai satu pun terlihat telah penuh sesak dipenuhi sejumlah pedagang sayuran. Sejumlah ruko di tempat itu telah terisi penuh.
Kondisi berbeda justru terjadi di lantai dua dan tiga. Ruko-ruko masih sepi, rooling door masih tutup, menandakan ruko itu belum di tempati. Kondisi berdebu terlihat di ruko itu, keramik mulai kotor dipenuhi pasir-pasir, debu di dekat tembok terlihat, begitupun dengan ruko yang berukuran 1,5 x 1 meter masih gelap dan belum di pasang lampu.
"Kalau siang mah belum kerasa, tapi entar deh kalau malam. Aktivitas pasar keliatan. Banyak warga yang beli, pedagang jualan. Kan namanya pasar sayur yang aktif malam hari," ucap Munir (37), pedagang sayur di lantai satu, Selasa (7/8/2018).
Kondisi tak jauh berbeda juga terlihat di lantai 4 hingga lantai 16 tempat penghuni tinggal. Unit rusunawa masih terlihat kosong, pintu-pintu tertutup. Hanya dua orang yang sudah tinggal di tempat itu, yakni di lantai 6 tower A, dan lantai 9 tower A. Kedua penghuni itu merupakan relokasi dari kebakaran di Taman Kota, Kembangan, Jakarta Barat.
Dari balik jendela terlihat kondisi rusunawa telah siap digunakan, keramik unit terlihat bersih. Setiap unitnya terdiri dari dua kamar, berukuran 2x3 meter. Di sisi setiap kanan terdapat sebuah ruang yang digunakan untuk dapur dan jemuran.
Meski demikian, saat SINDO menyambangi Anindia, di lantai 6 Blok A. Dua orang satpam mengusir wartawan. Mereka melarang segala bentuk peliputan yang dilakukan media.
Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Rawa Buaya Sarjoko mengatakan, rusunawa sudah siap digunakan sejak beberapa waktu lalu. Rencananya rusunawa itu akan disediakan untuk warga Taman Kota, Kembangan yang terbakar beberapa waktu lalu.
"Sosialisasi sudah, dikasih liat unit sudah. Dikasih bebas milih unit udah. Tapi mereka enggak mau, saya enggak tahu alasanya apa," ucap Sarjoko ketika dikonfirmasi.
Kala itu, Sarjoko mengatakan, ada 20 unit KK yang diperlihatkan mengecek unit di lantai 5 rusun. Mereka sempat tertarik dan mengambil kunci, beberapa hari kemudian mereka kemudian mengembalikan kunci.
Meski begitu, dari 14 unit setiap lantainya. Sarjoko mengatakan, pihaknya akan membagi dua kategori rusun kepada penghuni, yakni warga relokasi dengan harga sekitar Rp500 ribu per bulan. Dan warga umum, dengan harga Rp1,5 juta per bulan.
"Rencananya serah terima kunci akan dilakukan beberapa hari lagi," ucap Sarjoko yang mengatakan Dinas Perumahan dan Aset akan melakukan dalam waktu dekat.
Sementara untuk pedagang di lantai 1 hingga 3, Sarjoko mengatakan, pihaknya telah menyerahkan kepada Sudin UMKMP Jakarta Barat untuk mengelolah.
Kepala Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Barat, Nuraini Silviana mengatakan, kosongnya beberapa unit ruko di lantai 1 rusun lantaran masih banyak pedagang Pasar Rawa Buaya yang menolak dipindahkan. Mereka pun kini masih menempati lokasi pasar lama.
"Kami masih melakukan pendekatan, butuh waktu untuk meyakinkan mereka," ucap Sylviana. (Baca Juga: Rusunawa Rawa Buaya akan dilengkapi pasar modern
Sedangkan untuk lantai 2 dan 3, Sylvi mengatakan ratusan unit yang ada disitu masih belum diserahkan oleh Dinas Perumahan dan Gedung DKI Jakarta. Setelah nantinya di serahkan, Sylvi akan mengajak UMKM khususnya Oke Oce untuk menempati ruko itu. "Totalnya di tiga lantai ada 400 ruko," ucapnya.
Camat Kembangan, Agus Ramdhani mengatakan, belum pindahnya sejumlah warga Taman Kota ke Rusunawa Rawa Buaya karena warga mendapatkan perlindungan dan intimidasi dari LSM dan dua oknum Polisi.
"Oknum itu sudah lama tinggal di sana. Dan mereka juga memanfaatkan lahan itu untuk mencari uang. Salah satunya mendirikan kontrakan di sana. Coba sebaiknya polisi melakukan investigasi terhadap oknum tersebut," kata Agus.
Agus sendiri tak bisa berbuat banyak terhadap hal itu. Ia mengakui, kondisi ini membuat pihaknya sulit merelokasi warga. Karena warga yang tinggal ngotot di sana, status tanah pun menjadi abu abu. Karena Pemkot Jakbar masih tak berani melakukan penertiban di sana.
Kondisi ini membuat ratusan bangunan yang dahulu terbakar kembali berdiri tegak. Rumah rumah warga mulai muncul dengan gagah, pemukiman itu kembali normal.
Kasatpol PP Jakarta Barat Tamo Sijabat mengaku telah lepas tangan terkait polemik yang terjadi di Taman Kota. Berbagai upaya pemindahan telah dilakukan. Namun warga tidak merespon baik dan bahkan melakukan aksi protes kepada pemerintah. Tidak mau terjadi gesekan sementara waktu tindakan tegas belum bisa dilakukan. "Jadi instruksinya adalah tunggu suasana aman dulu baru kami ratakan," katanya.
(mhd)