Trayek Angkot Diperkecil, Ini Solusi dari Pemprov DKI
A
A
A
JAKARTA - Restrukturisasi trayek angkutan umum bus besar, bus sedang, dan bus kecil di Jakarta sudah selesai dilakukan. Restrukturisasi yang memperkecil jumlah trayek saat ini menyebabkan berkurangya armada existing.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah, mengatakan, untuk mempercepat program unggulan One Karcis One Trip (OK Otrip), pihaknya terlebih dahulu melakukan restruktur trayek angkutan umum, khususnya jenis bus kecil.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan internal DKI saat ini, kata Andri, dari 157 trayek bus kecil, kini menjadi 97 trayek. Dengan restrukturisasi trayek yang mengecil, jumlah armada otomatis menyesuaikan kebutuhan. Akibatnya, dari 12.500 unit existing hanya dibutuhkan sekitar 8.000 unit armada.
"Kami sedang pikirkan sisa kelebihan armada yang tidak tertampung dalam trayek. Intinya kita tidak akan merugikan operator existing dalam peningkatan layanan angkutan umum," kata Andri di kantornya, Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa 27 Fabruari 2018.
Andri menjelaskan, restrukturisasi trayek itu dilakukan sebagai bentuk perbaikan trayek agar saling terintegrasi dan tidak saling berhimpitan. Meskipun berhimpitan setidaknya tidak melebihi 5 persen, sSehingga tidak ada trayek yang merasa dispesialkan.
Dalam uji coba OK Otrip yang dilakukan di lima trayek saat ini, merupakan trayek baru. Artinya, meskipun Rencana Induk Transportasi Jakarta (RITJ) yang akan dikeluarkan tahun ini, trayek uji coba tersebut tidak akan berubah. Namun, meskipun ada perubahan, setidaknya evaluasi dari hasil uji coba sudah didapatkan.
"Restrukturisasi ini internal. Tahun ini kami buat RITJ dengan bantuan konsultan yang anggaranya sudah disiapkan. Restrukturisasi trayek ini akan mempermudah konsultan dalam membetuk RITJ. Intinya perbaikan trayek yang selama ini sering dikeluhkan akibat jual beli trayek," tegasnya.
Terkait usulan pemanfaatan kelebihan armada akibat restrukturisasi trayek, Andri menyebut setidaknya ada dua usulan. Pertama, sistem beli putus oleh Pemprov DKI, dan kedua kerja sama dengan perusahaan oto (PO) bus existing.
"Kalau beli putus itu kayaknya sulit. Jadi kami lagi tawarkan PO bus, mau enggak beli angkot untuk discraping tapi dia dapat trayek bus besar yang kini masih banyak kekosongan akibat usia armada melebihi batas maksimal," tegasnya.
Sementara itu, pengamat transportasi dari Universitas Tarumanegara, Leksmono Suryo Putranto, mengatakan, kajian trayek transportasi itu sangat penting sekali. Artinya, pemerintah sebagai regulator tidak bisa asal-asalan menentukan trayek. Apalagi mengambil alih trayek operator existing. Dia berharap dalam pembuatan RITJ Dinas Perhubungan benar-benar menggandeng tim ahli dan operator existing.
"Kajian trayek perlu sekali. Saya tidak yakin kalau belum ada Studi. Pemerintah itu tugasnya membantu tujuan perjalanan masyarakat," ujarnya.
Ia menilai trayek angkutan umum di Jakarta sudah saatnya dimodifikasi menyesuaikan pergerakan pembangunan. Hal itu tidak sulit dilakukan mengingat Universita Indonesia setiap tahunnya memiliki kajian pemetaan pembangunan di Jakarta.
"Kalau mau minta bantuan, saya rasa kajiannya hanya membutuhkan waktu satu pekan. Untuk armada existing yang tidak diakomodir itu bisa dibantu PT Transportasi Jakarta sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan peningkatan kelas menjadi bus sedang. Jadi operator tidak kehilangan mata pencaharian. Misalnya, dua bus kecil jadi satu bus sedang atau enam bus kecil jadi satu bus besar," pungkasnya.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, Andri Yansyah, mengatakan, untuk mempercepat program unggulan One Karcis One Trip (OK Otrip), pihaknya terlebih dahulu melakukan restruktur trayek angkutan umum, khususnya jenis bus kecil.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan internal DKI saat ini, kata Andri, dari 157 trayek bus kecil, kini menjadi 97 trayek. Dengan restrukturisasi trayek yang mengecil, jumlah armada otomatis menyesuaikan kebutuhan. Akibatnya, dari 12.500 unit existing hanya dibutuhkan sekitar 8.000 unit armada.
"Kami sedang pikirkan sisa kelebihan armada yang tidak tertampung dalam trayek. Intinya kita tidak akan merugikan operator existing dalam peningkatan layanan angkutan umum," kata Andri di kantornya, Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa 27 Fabruari 2018.
Andri menjelaskan, restrukturisasi trayek itu dilakukan sebagai bentuk perbaikan trayek agar saling terintegrasi dan tidak saling berhimpitan. Meskipun berhimpitan setidaknya tidak melebihi 5 persen, sSehingga tidak ada trayek yang merasa dispesialkan.
Dalam uji coba OK Otrip yang dilakukan di lima trayek saat ini, merupakan trayek baru. Artinya, meskipun Rencana Induk Transportasi Jakarta (RITJ) yang akan dikeluarkan tahun ini, trayek uji coba tersebut tidak akan berubah. Namun, meskipun ada perubahan, setidaknya evaluasi dari hasil uji coba sudah didapatkan.
"Restrukturisasi ini internal. Tahun ini kami buat RITJ dengan bantuan konsultan yang anggaranya sudah disiapkan. Restrukturisasi trayek ini akan mempermudah konsultan dalam membetuk RITJ. Intinya perbaikan trayek yang selama ini sering dikeluhkan akibat jual beli trayek," tegasnya.
Terkait usulan pemanfaatan kelebihan armada akibat restrukturisasi trayek, Andri menyebut setidaknya ada dua usulan. Pertama, sistem beli putus oleh Pemprov DKI, dan kedua kerja sama dengan perusahaan oto (PO) bus existing.
"Kalau beli putus itu kayaknya sulit. Jadi kami lagi tawarkan PO bus, mau enggak beli angkot untuk discraping tapi dia dapat trayek bus besar yang kini masih banyak kekosongan akibat usia armada melebihi batas maksimal," tegasnya.
Sementara itu, pengamat transportasi dari Universitas Tarumanegara, Leksmono Suryo Putranto, mengatakan, kajian trayek transportasi itu sangat penting sekali. Artinya, pemerintah sebagai regulator tidak bisa asal-asalan menentukan trayek. Apalagi mengambil alih trayek operator existing. Dia berharap dalam pembuatan RITJ Dinas Perhubungan benar-benar menggandeng tim ahli dan operator existing.
"Kajian trayek perlu sekali. Saya tidak yakin kalau belum ada Studi. Pemerintah itu tugasnya membantu tujuan perjalanan masyarakat," ujarnya.
Ia menilai trayek angkutan umum di Jakarta sudah saatnya dimodifikasi menyesuaikan pergerakan pembangunan. Hal itu tidak sulit dilakukan mengingat Universita Indonesia setiap tahunnya memiliki kajian pemetaan pembangunan di Jakarta.
"Kalau mau minta bantuan, saya rasa kajiannya hanya membutuhkan waktu satu pekan. Untuk armada existing yang tidak diakomodir itu bisa dibantu PT Transportasi Jakarta sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan peningkatan kelas menjadi bus sedang. Jadi operator tidak kehilangan mata pencaharian. Misalnya, dua bus kecil jadi satu bus sedang atau enam bus kecil jadi satu bus besar," pungkasnya.
(thm)