Pengamat Sarankan Kereta Api Jarak Jauh Tidak Masuk Jakarta
A
A
A
JAKARTA - PT KAI disarankan memindahkan lokasi pemberangkatan dan pemberhentian kereta api jarak jauh (KAJJ) ke luar Ibu Kota. Melihat kondisi saat ini sudah sewajarnya PT KAI mengikuti kota-kota besar di dunia yang menghapuskan perjalanan KAJJ di kawasan Ibu Kota.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan, padatnya lalu lintas kereta api di Jakarta kian tak terkendali. Perjalanan kereta seringkali bertumpuk, imbasnya kereta menjadi terlambat datang.
Keberadaan ini tak lepas dari menumpuknya perjalanan di kereta, hingga 2017 lalu sebanyak 1.229 perjalanan kereta api yang melintas di Jakarta."Sudah sewajarnya kereta api jarak jauh berada di pinggir Ibu Kota. Hal ini untuk memaksimalkan operasi Commuter Line yang kian padat," kata Djoko pada wartawan Selasa, 6 Februari 2018 kemarin.
Pengamat dari Universitas Katolik Soegijapranata ini menuturkan, sebenarnya wacana ini harus diselesaikan sejak 2010 lal. Djoko melihat, sudah sewajarnya Jakarta mengikuti kota kota besar di dunia untuk menata perjalanan perkertaapian, salah satunya dengan menghapuskan perjalanan kereta api jarak jauh di kawasan Ibu Kota.
Di beberapa kota itu, lanjut Djoko, kereta jarak jauh tidak masuk dan berhenti di tengah Ibu Kota. Melainkan di pinggiran kota dengan stasiun pendukung. Sementara akses ke Ibu Kota di maksimalkan melalui commuter line atau kereta subway.
Kondisi demikian berbeda dengan Jakarta, yang diketahui memiliki Stasiun Senen dan Gambir yang letaknya tepat di Ibu Kota. Sejumlah stasiun kemudian dilintasi, membuat perjalanan terganggu. Meski demikian, Djoko mengakui, adanya pembangunan double double track dari Manggarai hingga Cikampek akan membuat kepadatan lalu lintas bisa berkurang.
“Selain itu, memaksimalkan ini, kita harus ada loopline untuk commuter line,” ucapnya. Sementara itu, pengguna KRL, Anggraeni, (27) mengakui, perjalanan KRL sering terganggu dengan adanya kereta api jarak jauh. Dia menuturkan, perjalanannya dari dan menuju Bekasi menjadi terlambat di beberapa stasiun, seperti Stasiun Cakung, Stasiun Cipinang dan Manggarai dan stasiun bekasi.
“Kalau ketahan bisa sampai 15-30 menit,” keluhnya. Padahal selama ini, dirinya sangat bergantung dengan KRL. Saat berangkat dan pulang kerja dirinya bergantung dari kereta untuk berhenti di stasiun manggarai, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Sudirman melalui Transjakarta.
Sementara itu, Senior Manager Humas Daop 1 PT KAI, Edi Kuswoyo enggan berkomentar mengenai usulan kereta api jarak jauh bergeser ke pinggir Ibu Kota. Meski demikian Edi mengakui lalu lintas kereta di Jakarta menjadi terpadat di Indonesia.
Hal ini terungkap dari sebanyak 1.229 perjalanan kerta api, dengan rincian 118 perjalanan KA jarak jauh, 28 KA lokal, 58 KA barang, dan 945 KRL. Sementara dari ratusan stasiun yang ada. Stasiun Manggarai menjadi terpadat. Setiap harinya lebih dari 80% kereta Jakarta melintas di kawasan itu.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan, padatnya lalu lintas kereta api di Jakarta kian tak terkendali. Perjalanan kereta seringkali bertumpuk, imbasnya kereta menjadi terlambat datang.
Keberadaan ini tak lepas dari menumpuknya perjalanan di kereta, hingga 2017 lalu sebanyak 1.229 perjalanan kereta api yang melintas di Jakarta."Sudah sewajarnya kereta api jarak jauh berada di pinggir Ibu Kota. Hal ini untuk memaksimalkan operasi Commuter Line yang kian padat," kata Djoko pada wartawan Selasa, 6 Februari 2018 kemarin.
Pengamat dari Universitas Katolik Soegijapranata ini menuturkan, sebenarnya wacana ini harus diselesaikan sejak 2010 lal. Djoko melihat, sudah sewajarnya Jakarta mengikuti kota kota besar di dunia untuk menata perjalanan perkertaapian, salah satunya dengan menghapuskan perjalanan kereta api jarak jauh di kawasan Ibu Kota.
Di beberapa kota itu, lanjut Djoko, kereta jarak jauh tidak masuk dan berhenti di tengah Ibu Kota. Melainkan di pinggiran kota dengan stasiun pendukung. Sementara akses ke Ibu Kota di maksimalkan melalui commuter line atau kereta subway.
Kondisi demikian berbeda dengan Jakarta, yang diketahui memiliki Stasiun Senen dan Gambir yang letaknya tepat di Ibu Kota. Sejumlah stasiun kemudian dilintasi, membuat perjalanan terganggu. Meski demikian, Djoko mengakui, adanya pembangunan double double track dari Manggarai hingga Cikampek akan membuat kepadatan lalu lintas bisa berkurang.
“Selain itu, memaksimalkan ini, kita harus ada loopline untuk commuter line,” ucapnya. Sementara itu, pengguna KRL, Anggraeni, (27) mengakui, perjalanan KRL sering terganggu dengan adanya kereta api jarak jauh. Dia menuturkan, perjalanannya dari dan menuju Bekasi menjadi terlambat di beberapa stasiun, seperti Stasiun Cakung, Stasiun Cipinang dan Manggarai dan stasiun bekasi.
“Kalau ketahan bisa sampai 15-30 menit,” keluhnya. Padahal selama ini, dirinya sangat bergantung dengan KRL. Saat berangkat dan pulang kerja dirinya bergantung dari kereta untuk berhenti di stasiun manggarai, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Sudirman melalui Transjakarta.
Sementara itu, Senior Manager Humas Daop 1 PT KAI, Edi Kuswoyo enggan berkomentar mengenai usulan kereta api jarak jauh bergeser ke pinggir Ibu Kota. Meski demikian Edi mengakui lalu lintas kereta di Jakarta menjadi terpadat di Indonesia.
Hal ini terungkap dari sebanyak 1.229 perjalanan kerta api, dengan rincian 118 perjalanan KA jarak jauh, 28 KA lokal, 58 KA barang, dan 945 KRL. Sementara dari ratusan stasiun yang ada. Stasiun Manggarai menjadi terpadat. Setiap harinya lebih dari 80% kereta Jakarta melintas di kawasan itu.
(whb)