Tindak Lanjut Keinginan Anies, Pam Jaya Pasang Pipa Air Bersih
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta gencar melakukan pemasangan pipa air bersih di sejumlah titik. Hal ini sebagai tindak lanjut keinginan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengharapkan Jakarta mendapatkan air bersih.
Ketua Badan Pengawas PAM Jaya, Haryo Tienmar mengatakan, kini upaya survei dilakukan pihaknya untuk merampungkan hal itu, pendataan warga demi memprediksi kebutuhan air dilengkapi dengan ketersedian sumber air.
"Kami lakukan secara bertahap agar air bersih bisa dinikmati masyarakat," ucap Haryo saat melakukan survei di Rusun Pesakih, Cengkareng, Jakarta Barat, Senin 27 November 2017.
Kini di ratusan penghuni warga Rusunawa Pesakih sudah dapat menikmati air bersih setelah pipa sambungan ke zona c sudah dibangun dan terpasang pada tower yang menjadi bak penampung air.
Sebelumnya, penyaluran air bersih di rusun itu telah dilakukan oleh Pam Jaya dengan membaginya dalam tiga zona. Zona A lebih dahulu terpasang, kemudian zona B, dan zona C yang mulai dinikmati sejak kemarin.
Haryo mengatakan, lambannya distribusi air bersih pada zona C lebih disebabkan saluran pipa dan sumber air bersih yang sulit.
"Air tanah yang menjadi penyumbang zona c kotor. Makanya kita alirkan dari zona b dengan membuat pipa interconection," tuturnya.
Pemasangan ini, kata Haryo menambah panjang distribusi air yang dilakukan Pam Jaya yang sebelumnya dilakukan di Rusun Muara Baru, Pluit, Penjaringan dan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu.
Sedangkan terhadap aliran di Rusunawa Pesakih. Dari tiga zona yang ada kebutuhan air akan tercapai setelah 460 m3 air akan dialiri setiap harinya.
Untuk harganya, Haryo mengatakan sebagaimana SK gubernur nomor 72 tahun 2016 penggunaan akan gratis selama menggunakan 10 m3, namun setelah pemakaian itu, maka harga menjadi Rp7.450 per m3 nya.
"Kalau di rusun, aturan harga ke konsumen menjadi kewenangan pihak UPRS rusun," ucapnya.
Sementara Yanti (35), tampak semringah dengan adanya air bersih dilingkungannya. Warga yang menghuni salah satu kamar di lantai 3 blok H menyambut baik dengan distribusi air bersih.
Terlebih selama ini, air yang didapat oleh pihaknya seringkali keruh, karena bersumber dari air tanah. "Warnanya coklat dan berbau," ucapnya.
Melihat kondisi demikian. Ia kemudian terpaksa membeli air bersih sebesar Rp900 per galonnya yang berjumlah 20 liter. Setiap harinya ia harus membayar Rp4.500 untuk pemenuhan kebutuhan masak dan anaknya yang masih balita. "Kalau saya mah pakai air tanah juga biasa," tutupnya.
Ketua Badan Pengawas PAM Jaya, Haryo Tienmar mengatakan, kini upaya survei dilakukan pihaknya untuk merampungkan hal itu, pendataan warga demi memprediksi kebutuhan air dilengkapi dengan ketersedian sumber air.
"Kami lakukan secara bertahap agar air bersih bisa dinikmati masyarakat," ucap Haryo saat melakukan survei di Rusun Pesakih, Cengkareng, Jakarta Barat, Senin 27 November 2017.
Kini di ratusan penghuni warga Rusunawa Pesakih sudah dapat menikmati air bersih setelah pipa sambungan ke zona c sudah dibangun dan terpasang pada tower yang menjadi bak penampung air.
Sebelumnya, penyaluran air bersih di rusun itu telah dilakukan oleh Pam Jaya dengan membaginya dalam tiga zona. Zona A lebih dahulu terpasang, kemudian zona B, dan zona C yang mulai dinikmati sejak kemarin.
Haryo mengatakan, lambannya distribusi air bersih pada zona C lebih disebabkan saluran pipa dan sumber air bersih yang sulit.
"Air tanah yang menjadi penyumbang zona c kotor. Makanya kita alirkan dari zona b dengan membuat pipa interconection," tuturnya.
Pemasangan ini, kata Haryo menambah panjang distribusi air yang dilakukan Pam Jaya yang sebelumnya dilakukan di Rusun Muara Baru, Pluit, Penjaringan dan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu.
Sedangkan terhadap aliran di Rusunawa Pesakih. Dari tiga zona yang ada kebutuhan air akan tercapai setelah 460 m3 air akan dialiri setiap harinya.
Untuk harganya, Haryo mengatakan sebagaimana SK gubernur nomor 72 tahun 2016 penggunaan akan gratis selama menggunakan 10 m3, namun setelah pemakaian itu, maka harga menjadi Rp7.450 per m3 nya.
"Kalau di rusun, aturan harga ke konsumen menjadi kewenangan pihak UPRS rusun," ucapnya.
Sementara Yanti (35), tampak semringah dengan adanya air bersih dilingkungannya. Warga yang menghuni salah satu kamar di lantai 3 blok H menyambut baik dengan distribusi air bersih.
Terlebih selama ini, air yang didapat oleh pihaknya seringkali keruh, karena bersumber dari air tanah. "Warnanya coklat dan berbau," ucapnya.
Melihat kondisi demikian. Ia kemudian terpaksa membeli air bersih sebesar Rp900 per galonnya yang berjumlah 20 liter. Setiap harinya ia harus membayar Rp4.500 untuk pemenuhan kebutuhan masak dan anaknya yang masih balita. "Kalau saya mah pakai air tanah juga biasa," tutupnya.
(mhd)