Krisis Air Bersih, Kementerian PUPR Nilai Pemkot Bogor Plin-plan
A
A
A
JAKARTA - Krisis air bersih yang belakangan ini melanda ratusan ribu warga Bogor tidak hanya akibat cuaca dan peristiwa kebocoran pipa. Tetapi juga kapasitas produksi air menjadi salah satu faktor utama terganggunya penyaluran air bersih.
Kepala Sub Direktorat Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tanozisochi Lase menjelaskan, fenomena krisis air bersih di Bogor karena buruknya sistem perencanaan dan pengelolaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor itu sendiri.
"Seringnya terjadi gangguan, bagi saya bukan semata karena faktor adanya kerusakan pipa. Tapi karena sikap plin-plannya mereka (Pemkot dan PDAM) dalam membangun SPAM baru di kawasan Katulampa (mangkrak), Bogor itu kan berdasarkan data dari Bappenas mengalami kekurangan air bersih," katanya di Bogor, Selasa 24 Oktober 2017.
Maka itu, kata dia, untuk mengejar kekurangan dan mencapai target sambungan baru air yang memang sejalan dengan pemerintah pusat, pihaknya sempat menggelontorkan bantuan. Ia menceritakan, peningkatan kapasitas produksi air minum melalui pembangunan SPAM Katulampa yang sudah menghabiskan dana Rp55 miliar itu berasal dari Hibah Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR.
"Memang nilai investasi untuk membuat SPAM itu tidak murah. Tapi karena di tengah jalan, mereka (Pemkot/PDAM Tirta Pakuan) bilang akan kerja sama dengan swasta ya sudah kita tidak melanjutkan memberikan hibah itu," jelasnya.
Pada 2015 lalu Pemkot Bogor melalui PDAM sempat mengusulkan Rp800 miliar untuk pembangunan SPAM Katulampa dalam rangka meningkatkan jumlah akses air bersih dengan tujuannya tercapainya target sambunga baru (pelanggan Kota Bogor).
Namun pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR hanya mencairkan Rp55 miliar. "Sejak saat itu sudah tidak kita bantu lagi, karena plin plan," katanya.
"Tapi mereka kemarin buat strategi lagi agar kita (Kemen PUPR) mau bantu. Saat itu kita cek kelayakannya. Saya lihat mereka butuhnya besar. Tak hanya SPAM, mereka juga sempat menyodorkan untuk pembangunan instalasi pengolahan air terpusat, itupun masih dalam proses penilaian (apraisal) kami," katanya.
Dia menjelaskan, pihaknya memang menerapkan kriteria-kriteria dalam menyalurkan bantuan, untuk Pemkot Bogor melalui PDAM Tirta Pakuan. Pihaknya menilai, untuk penyediaan air minum di Kota Bogor ini, memang masih banyak PR yang harus dikerjakan.
"Intinya kita kenapa tidak kembali memberikan bantuan (kepada PDAM), karena perencanaannya belum matang. Jadi kita enggak berani mengeksekusi bantuannya," ungkapnya.
Kondisi tersebut tentunya menghambat capaian target Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR, khususnya program 100-0-100. Program tersebut merupakan Rencana strategis Kementerian PUPR tahun 2015-2019 salah satunya memuat program 100-0-100 yang artinya 100% akses air minum aman, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak.
"Untuk mencapai target program 100-0-100, PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melakukan berbagai langkah dan hasilnya pada tahun 2016, penyediaan air minum aman telah mencapai 71, 66%, sanitasi layak 64,07% dan luasan permukiman kumuh yang perlu ditangani tersisa 8,18%," katanya.
Menurutnya, saat ini sebetulnya sistim produksi air minum yang dibangun oleh pemerintah daerah melalui PDAM seluruh Indonesia itu, sudah banyak.
"Hanya sambungan ke masyarakatnya kurang. Ini disebabkan, biaya pasang sambungan ke rumah-rumah, masing-masing daerah berbeda-beda, sehingga capaiannya kecil," katanya.
Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Deni Surya Senjaya mengungkapkan, dengan dibangunnya SPAM Katulampa itu, diharapkan pelayanan PDAM Tirta Pakuan akan lebih meningkat demi kepuasan para pelanggannya.
"Dengan terbangunnya SPAM Katulampa nanti, harapan kami pelayanan PDAM bisa lebih sempurna dan bisa memberikan yang terbaik. Memang saat ini PDAM Tirta Pakuan sudah dinilai baik dari pemerintah pusat, tapi kami merasa belum puas. Kami masih harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," paparnya.
"SPAM Katulampa didesain untuk dapat memproduksi air baku hingga 600 liter perdetik. Air baku yang diproduksi berasal dari aliran Sungai Ciliwung ini diharapkan dapat mendongkrak cakupan pelayanan sebanyak 36.000 sambungan langganan (SL)," katanya.
SPAM Katulampa dibangun empat tahap dengan nilai total Rp 250 miliar. Anggaran bersumber dari APBN, APBD dan sumber lainnya. Tahap pertama berupa pembangunan intake, jalan dan bangunan pendukung yang sudah selesai dikerjakan.
Tahap kedua yang berlangsung tahun ini, PDAM sedang menggeber pengerjaan penyadap intake, pemasangan pipa air baku, dan prasedimentasi. Pada tahap tiga, pengerjaan akan difokuskan pada pembangunan instalasi pengolahan air (IPA). Proyek kemudian akan diakhiri dengan pembangunan reservoir.
Kepala Sub Direktorat Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tanozisochi Lase menjelaskan, fenomena krisis air bersih di Bogor karena buruknya sistem perencanaan dan pengelolaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor itu sendiri.
"Seringnya terjadi gangguan, bagi saya bukan semata karena faktor adanya kerusakan pipa. Tapi karena sikap plin-plannya mereka (Pemkot dan PDAM) dalam membangun SPAM baru di kawasan Katulampa (mangkrak), Bogor itu kan berdasarkan data dari Bappenas mengalami kekurangan air bersih," katanya di Bogor, Selasa 24 Oktober 2017.
Maka itu, kata dia, untuk mengejar kekurangan dan mencapai target sambungan baru air yang memang sejalan dengan pemerintah pusat, pihaknya sempat menggelontorkan bantuan. Ia menceritakan, peningkatan kapasitas produksi air minum melalui pembangunan SPAM Katulampa yang sudah menghabiskan dana Rp55 miliar itu berasal dari Hibah Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR.
"Memang nilai investasi untuk membuat SPAM itu tidak murah. Tapi karena di tengah jalan, mereka (Pemkot/PDAM Tirta Pakuan) bilang akan kerja sama dengan swasta ya sudah kita tidak melanjutkan memberikan hibah itu," jelasnya.
Pada 2015 lalu Pemkot Bogor melalui PDAM sempat mengusulkan Rp800 miliar untuk pembangunan SPAM Katulampa dalam rangka meningkatkan jumlah akses air bersih dengan tujuannya tercapainya target sambunga baru (pelanggan Kota Bogor).
Namun pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR hanya mencairkan Rp55 miliar. "Sejak saat itu sudah tidak kita bantu lagi, karena plin plan," katanya.
"Tapi mereka kemarin buat strategi lagi agar kita (Kemen PUPR) mau bantu. Saat itu kita cek kelayakannya. Saya lihat mereka butuhnya besar. Tak hanya SPAM, mereka juga sempat menyodorkan untuk pembangunan instalasi pengolahan air terpusat, itupun masih dalam proses penilaian (apraisal) kami," katanya.
Dia menjelaskan, pihaknya memang menerapkan kriteria-kriteria dalam menyalurkan bantuan, untuk Pemkot Bogor melalui PDAM Tirta Pakuan. Pihaknya menilai, untuk penyediaan air minum di Kota Bogor ini, memang masih banyak PR yang harus dikerjakan.
"Intinya kita kenapa tidak kembali memberikan bantuan (kepada PDAM), karena perencanaannya belum matang. Jadi kita enggak berani mengeksekusi bantuannya," ungkapnya.
Kondisi tersebut tentunya menghambat capaian target Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR, khususnya program 100-0-100. Program tersebut merupakan Rencana strategis Kementerian PUPR tahun 2015-2019 salah satunya memuat program 100-0-100 yang artinya 100% akses air minum aman, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak.
"Untuk mencapai target program 100-0-100, PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melakukan berbagai langkah dan hasilnya pada tahun 2016, penyediaan air minum aman telah mencapai 71, 66%, sanitasi layak 64,07% dan luasan permukiman kumuh yang perlu ditangani tersisa 8,18%," katanya.
Menurutnya, saat ini sebetulnya sistim produksi air minum yang dibangun oleh pemerintah daerah melalui PDAM seluruh Indonesia itu, sudah banyak.
"Hanya sambungan ke masyarakatnya kurang. Ini disebabkan, biaya pasang sambungan ke rumah-rumah, masing-masing daerah berbeda-beda, sehingga capaiannya kecil," katanya.
Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Deni Surya Senjaya mengungkapkan, dengan dibangunnya SPAM Katulampa itu, diharapkan pelayanan PDAM Tirta Pakuan akan lebih meningkat demi kepuasan para pelanggannya.
"Dengan terbangunnya SPAM Katulampa nanti, harapan kami pelayanan PDAM bisa lebih sempurna dan bisa memberikan yang terbaik. Memang saat ini PDAM Tirta Pakuan sudah dinilai baik dari pemerintah pusat, tapi kami merasa belum puas. Kami masih harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," paparnya.
"SPAM Katulampa didesain untuk dapat memproduksi air baku hingga 600 liter perdetik. Air baku yang diproduksi berasal dari aliran Sungai Ciliwung ini diharapkan dapat mendongkrak cakupan pelayanan sebanyak 36.000 sambungan langganan (SL)," katanya.
SPAM Katulampa dibangun empat tahap dengan nilai total Rp 250 miliar. Anggaran bersumber dari APBN, APBD dan sumber lainnya. Tahap pertama berupa pembangunan intake, jalan dan bangunan pendukung yang sudah selesai dikerjakan.
Tahap kedua yang berlangsung tahun ini, PDAM sedang menggeber pengerjaan penyadap intake, pemasangan pipa air baku, dan prasedimentasi. Pada tahap tiga, pengerjaan akan difokuskan pada pembangunan instalasi pengolahan air (IPA). Proyek kemudian akan diakhiri dengan pembangunan reservoir.
(mhd)